Pertanyaan konyol bukan ? Menyoal perempuan tak jauh dari
kecantikan, dan memang perempuan sangat peduli dengan kecantikan. Tidak heran,
kecantikan menjadi ladang bisnis yang luar biasa cerah. Tidak percaya ? Ada
saja produk yang dipercaya bermanfaat untuk menjamin dan menunjang kecantikan perempuan.
Ujung rambut sampai ujung kuku perempuan, adalah peluang pasar yang sangat
menggiurkan. Untuk rambut pun, tersedia berbagai macam jenis produk : shampoo,
conditioner, hair tonic, vitamin, cat rambut, ikat rambut, bandana, sanggul,
dan sebagainya. Belum lagi membicarakan kosmetika wajah mulai dari bedak, eye
shadow, lipstik, vitamin E untuk memperhalus kulit, pemutih, perawatan di salon,
cat kuku, manicure, pedicure, dan seterusnya. Industri fashion juga berkembang
karena perempuan. Berbagai jenis pakaian jadi untuk segala suasana, belum lagi
acessoriesnya : gelang, cincin, kalung, anting, sepatu, tas, parfum dan
lainnya.
Inilah nilai kecantikan dalam definisi bisnis, yang
ujung-ujungnya adalah biaya yang dikeluarkan perempuan untuk membeli kenyamanan
dan rasa percaya diri. Industri secara pintar merumuskan arti kecantikan agar
produk yang ditawarkan dapat menjadi kebutuhan. Misalnya : perempuan cantik itu
biasanya digambarkan langsing dan putih. Akhirnya ada saja yang berusaha diet, makan berbagai macam produk
vitamin dan suplemen demi melangsingkan
diri. Karena cantik itu putih, produk dengan janji dapat memutihkan kulit
menjadi laku. Atau mungkin contoh lainnya, cantik itu adalah dengan model
busana dan acessories tertentu, sehingga karena merasa masih juga kurang cantik
walaupun sudah berdandan, terpaksalah tas Hermes atau LV digunakan untuk
kamuflase, atau barangkali sebagai nilai tambah : sudah cantik, berkelas lagi. Itulah cara industri mendefinisikan “cantik”.
Dalam pemahaman saya,
cantik adalah aura dari setiap perempuan. Yang menjadi sulit untuk menemukan
kecantikan seorang perempuan adalah mungkin karena mindset kita sudah terlanjur
termakan oleh definisi industri kecantikan. Untuk menemukan aura kecantikan
sejati seorang perempuan barangkali kita perlu merubah mindset kita, dengan
melihat setiap perempuan sebagai seorang pribadi apa adanya. Sempat muncul
dalil gurauan begini : “semakin tinggi biaya kosmetika yang dikeluarkan seorang
perempuan untuk menunjang kecantikannya semakin rendah tingkat percayaan diri terhadap aura kecantikannya. Lagipula
kalau dipikir-pikir bukankah paradigma kecantikan itu sebenarnya adalah untuk
dikagumi, bukan untuk dicintai. Artis yang populer karena kecantikannya, pada
akhirnya akan pudar di hari tuanya. Tapi artis yang populer karena karakternya,
mungkin tidak akan hilang kepopulerannya walaupun sudah pudar kecantikannya. Dengan
demikian, paradigma kecantikan itu bila dipandang se simple penampilan, agaknya
akan sia-sia, karena pada akhirnya orang tidak bisa menolak menjadi tua.
Aura kecantikan seorang perempuan terletak pada karakternya.
Dengan cara pandang yang demikian, kita dapat menemukan kecantikan dalam diri
setiap perempuan, entah dia itu penampilannya mendekati atau menjauhi
penampilan para perempuan di dalam iklan. Karakter seseorang lebih menunjukkan
jati diri dan keperibadian yang terpancar dari kehidupan. Pada akhirnya karakter
itu pula yang membuat seorang perempuan memiliki kelayakan tidak hanya untuk
dikagumi, namun juga dicintai.
--to my dearest angels at home--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar