Jumat, 25 Mei 2012

PEREMPUAN MANA YANG TIDAK MAU CANTIK ?



Pertanyaan konyol bukan ? Menyoal perempuan tak jauh dari kecantikan, dan memang perempuan sangat peduli dengan kecantikan. Tidak heran, kecantikan menjadi ladang bisnis yang luar biasa cerah. Tidak percaya ? Ada saja produk yang dipercaya bermanfaat untuk menjamin dan menunjang kecantikan perempuan. Ujung rambut sampai ujung kuku perempuan, adalah peluang pasar yang sangat menggiurkan. Untuk rambut pun, tersedia berbagai macam jenis produk : shampoo, conditioner, hair tonic, vitamin, cat rambut, ikat rambut, bandana, sanggul, dan sebagainya. Belum lagi membicarakan kosmetika wajah mulai dari bedak, eye shadow, lipstik, vitamin E untuk memperhalus kulit, pemutih, perawatan di salon, cat kuku, manicure, pedicure, dan seterusnya. Industri fashion juga berkembang karena perempuan. Berbagai jenis pakaian jadi untuk segala suasana, belum lagi acessoriesnya : gelang, cincin, kalung, anting, sepatu, tas, parfum dan lainnya.

Inilah nilai kecantikan dalam definisi bisnis, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang dikeluarkan perempuan untuk membeli kenyamanan dan rasa percaya diri. Industri secara pintar merumuskan arti kecantikan agar produk yang ditawarkan dapat menjadi kebutuhan. Misalnya : perempuan cantik itu biasanya digambarkan langsing dan putih. Akhirnya ada saja yang  berusaha diet, makan berbagai macam produk vitamin dan suplemen  demi melangsingkan diri. Karena cantik itu putih, produk dengan janji dapat memutihkan kulit menjadi laku. Atau mungkin contoh lainnya, cantik itu adalah dengan model busana dan acessories tertentu, sehingga karena merasa masih juga kurang cantik walaupun sudah berdandan, terpaksalah tas Hermes atau LV digunakan untuk kamuflase, atau barangkali sebagai nilai tambah : sudah cantik, berkelas lagi.  Itulah cara industri mendefinisikan  “cantik”.

Dalam pemahaman saya, cantik adalah aura dari setiap perempuan. Yang menjadi sulit untuk menemukan kecantikan seorang perempuan adalah mungkin karena mindset kita sudah terlanjur termakan oleh definisi industri kecantikan. Untuk menemukan aura kecantikan sejati seorang perempuan barangkali kita perlu merubah mindset kita, dengan melihat setiap perempuan sebagai seorang pribadi apa adanya. Sempat muncul dalil gurauan begini : “semakin tinggi biaya kosmetika yang dikeluarkan seorang perempuan untuk menunjang kecantikannya semakin rendah tingkat  percayaan diri terhadap aura kecantikannya. Lagipula kalau dipikir-pikir bukankah paradigma kecantikan itu sebenarnya adalah untuk dikagumi, bukan untuk dicintai. Artis yang populer karena kecantikannya, pada akhirnya akan pudar di hari tuanya. Tapi artis yang populer karena karakternya, mungkin tidak akan hilang kepopulerannya walaupun sudah pudar kecantikannya. Dengan demikian, paradigma kecantikan itu bila dipandang se simple penampilan, agaknya akan sia-sia, karena pada akhirnya orang tidak bisa menolak menjadi tua.

Aura kecantikan seorang perempuan terletak pada karakternya. Dengan cara pandang yang demikian, kita dapat menemukan kecantikan dalam diri setiap perempuan, entah dia itu penampilannya mendekati atau menjauhi penampilan para perempuan di dalam iklan. Karakter seseorang lebih menunjukkan jati diri dan keperibadian yang terpancar dari kehidupan. Pada akhirnya karakter itu pula yang membuat seorang perempuan memiliki kelayakan tidak hanya untuk dikagumi, namun juga dicintai. 

--to my dearest angels at home--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar