Selasa, 31 Desember 2013

Tahun Baru = Kalender Baru Saja ?

Tahun baru 2014 baru saja kita masuki.

Pertama saya ucapkan selamat tahun baru bagi teman2 yang merayakannya.

Malam ini kebetulan kota Solo cerah, sehingga tidak ada salahnya melihat-lihat suasana, apalagi mall baru dekat rumah akan menyelenggarakan pesta kembang api. Tentu tidak ada ruginya menyaksikan hiburan gratis setahun sekali ini. Pukul 10 malam, suasana dalam mall sudah sepi kecuali area city walk yang sedang ada event musik. Kemeriahan suasana berpindah ke luar mall, dari area parkir sampai jalan raya di depan sana. Tampaknya orang sudah tidak sabar lagi menyaksikan pesta kembang api. Suasana lain yang mulai terasa adalah orang-orang mulai tumpah ruah ke jalanan. Ada yang bermobil, bersepeda motor dengan bunyi knalpot yang memekakkan telinga, dan tentu saja pasukan berjalan kaki yang berduyun-duyun menyerbu keramaian. Kemacetan mulai terjadi.Kebetulan cukup banyak event di kota Solo dan sekitar. Selain pesta kembang api, ada pula event car free night dan sekaten. Segala kemeriahan  itu menjelaskan 1 hal : semua orang sedang bersukaria merayakan berakhirnya tahun 2013 dan menyambut 2014.

Satu pertanyaan usil yang sempat saya lontarkan  : mengapa sih ganti kalender saja harus dirayakan, bukannya nanti tanggal 1 Januari 14 akan sama saja dengan 31 Desember 13? Sontak respon muncul :  bukannya pergantian tahun harus kita syukuri? (lha memangnya kalau ganti hari tidak perlu disyukuri?) Tapi ya sudahlah, bukan bermaksud merusak suasana hati teman yang merayakan. kadang muncul pertanyaan dalam hati : mengapa kita harus merayakan tahun baru? Bukannya setiap hari selalu ada hari baru, akumulasi 7 hari jadi minggu baru, akumulasi 30 hari jadi bulan baru, akumulasi 12 bulan jadi tahun baru? Bukankah setiap detik yang akan kita lalui  menjadi sesuatu yang baru buat kita ! Tahun baru dimulai tiap 1 Januari dipikir-pikir jadi tidak ada istimewanya bukan? Wajar kalau setiap bangun di pagi hari, kita menyambut hari baru, tantangan baru, masalah baru sekaligus peluang baru. Dari bangun tidur hingga tidur lagi kita bergelut dengan semuanya itu. Alangkah leganya saat kita menutup hari dengan suasana hati yang nyaman karena telah mengerjakan segala sesuatu yang harus dikerjakan. Indahlah hari yang seperti itu.

Karena itu, merayakan tahun baru semoga bukan sekedar karena sudah menjadi tradisi yang  disepakati secara internasional. Berbicara tahun baru bahkan kita tidak boleh lupa bahwa masih ada tahun baru yang lain, paling tidak kita mengenal di Indonesia masih ada tahun baru dalam penanggalan Hijriyah, penanggalan Jawa dan penanggalan Cina (tahun baru Imlek). Di balik semua peringatan itu, pastilah ada makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh para penggagasnya. Paling tidak, setiap orang dalam hidupnya membutuhkan suatu moment yang membuat dirinya dibangkitkan kembali, disentakkan kembali akan suatu tujuan besar dalam hidup, yang seringkali terpendam di saat rutinitas hidup mulai membelenggu. Karena itu, tahun baru adalah momentum untuk berhenti, dan melakukan 2 hal : merenungkan apa yang sudah kita lalui dan memperbarui komitmen untuk masa depan.

Jadi, kalau waktu setahun sekali itu kita tidak merasa perlu mereview hidup kita, apalagi memikirkan masa yang akan datang, sejatinya tahun baru itu ya sekedar undangan pesta perhelatan internasional saja. Ketika matahari 1 Januari meninggi, anda bangun tidur, tidak ada yang baru selain kalender baru. Hidup hari ini berjalan sepasti hidup yang kemarin, mengalir ke depan mengikuti air mengalir. Selamat Tahun Baru bagi yang merayakannya, semoga  bukan sekedar mengalir bersama pesta, namun mengalami pencerahan hidup. Semoga nanti 31 Desember 2014 kita  bisa tersenyum melihat diri kita yang sudah jauh bertumbuh lebih baik dari diri kita hari ini, dan kehadiran kita bermakna bagi orang lain.

Senin, 30 September 2013

Serunya Punya Golongan Darah Langka


Pertama kali menjadi kenal aktivitas menjadi pendonor darah dari kegiatan donor darah yang diselenggarakan secara rutin di kantor. Tadinya ikut-ikutan saja, dan mencoba untuk rutin 2 – 3 kali setahun. Mengapa akhirnya jadi rutin? Karena menjadi pendonor darah selain bermanfaat bagi orang yang sedang membutuhkan, rupanya bermanfaat bagi pendonor sendiri. Beberapa manfaat menjadi pendonor antara lain : dengan mendonorkan darah, kita dapat “memperbarui” darah yang ada di dalam tubuh kita. Selain itu untuk setiap darah yang di donorkan, selalu dilakukan pemeriksaan apakah darah kita terinfeksi virus seperti hepatitis dan HIV atau tidak, berapa tekanan darah kita, apakah kadar HB kita normal atau tidak, dan lainnya. Dengan demikian, saat darah kita lolos, berarti juga kita sehat. Adanya pemeriksaan dan nanti ditambah lagi dengan cara penyimpanannya membuat penerima donor harus membayar sejumlah uang. Itu bukan untuk membeli darah, namun untuk mengganti biaya pemeriksaan dan penyimpanannya.

Setelah beberapa lama menjadi donor, suatu ketika ada orang tua seorang rekan yang membutuhkan darah. Karena golongan darah saya sama-sama AB, dan kebetulan bukan golongan darah “favorit” yang banyak ditemukan, berangkatlah saya ke PMI dengan 2 orang teman lainnya. Sesampainya di PMI, seperti biasa diambil sampel darah, lalu kami menunggu kurang lebih 2 jam untuk menunggu hasil pemeriksaan.

Setelah hasil pemeriksaan selesai, dan kami mengantri untuk diambil darah, seorang petugas PMI menghubungi saya dan mengatakan bahwa darah saya tidak jadi di ambil. Tentu informasi ini sangat mengejutkan, dan sudah terbayang apakah ada masalah dengan saya? Ternyata bukan itu persoalannya. Menurut petugas PMI tersebut, darah saya tidak diambil karena dalam pemeriksaan diketemukan ternyata golongan darah AB saya itu tidak biasa di Indonesia, karena ber-rhesus negatif. Konon untuk orang Indonesia, tidak lebih dari 1% orang golongan darahnya dengan rhesus negatif. Akhirnya petugas PMI tersebut merekam data-data pribadi saya, dan memasukkan saya di kelompok “donor darah langka”. Mengapa tidak diperbolehkan menjadi donor sukarela? Karena kelangkaannya, saya hanya boleh diambil bila ada kebutuhan darah yang sama persis, AB Negatif. Akhirnya sampai saat ini, saya bukan lagi pendonor aktif, namun menjadi donor bila hanya ada permintaan.

Memiliki golongan darah langka, membuat saya berpikir, akan menjadi kondisi yang berat buat saya bila suatu saat membutuhkan darah. Namun hal ini dapat teratasi, karena PMI telah memiliki data saya, sehingga dapat menemukan orang dengan golongan darah yang sejenis. Di sisi lain saya bersyukur dan menganggap ini sebagai anugerah, karena entah kapan dan di mana saat ada orang yang berkebutuhan khusus, mungkin saya cocok untuk menjawab kebutuhan itu. Saya hanya berharap, Tuhan tetap menganugerahkan kesehatan kepada saya, dan melaluinya saya dapat membantu meringankan penderitaan orang lain.

Belakangan saya makin bersyukur, ternyata selain rekaman data di PMI, saya menemukan sebuah situs http://www.rhesusnegatif.com/ yang merupakan komunitas orang-orang dengan golongan darah ber rhesus negatif. Di situ ada banyak pengetahuan, informasi dan jalinan komunikasi di antara sesama pemilik golongan darah langka. Jadi, kalau ada diantara kompasioner yang sama-sama memiliki golongan darah langka, barangkali dapat masuk dan bergabung di sini.

Sekedar untuk pengetahuan kita, dari artikel yang saya baca di sini diperoleh informasi sbb :

rhesus darah adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Mereka yang mempunyai faktor protein ini disebut rhesus positif. Sedangkan yang tidak memiliki faktor protein ini disebut rhesus negatif.

Mengenali rhesus khususnya rhesus negatif menjadi begitu penting karena di dunia ini hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif. Persentase jumlah pemilik rhesus negatif berbeda-beda antar kelompok ras. Pada ras bule (seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia), jumlah pemilik rhesus negatif sekitar 15 – 18%. Sedangkan pada ras Asia, persentase pemilik rhesus negatif jauh lebih kecil. Menurut data Biro Pusat Statistik 2010, hanya kurang dari satu persen penduduk Indonesia, atau sekitar 1,2 juta orang yang memiliki rhesus negatif. Karena persentasenya sangat kecil, jumlah pendonor pun amat langka, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit.

Di dalam sistem rhesus terdapat aturan khusus dalam urusan sumbang-terima darah. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditranfusi dengan darah rhesus positif. Ini dikarenakan sistem pertahanan tubuh si reseptor (penerima donor) akan menganggap darah (rhesus positif) dari donor itu sebagai “benda asing” yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri. Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi antirhesus. Saat transfusi pertama, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius. Tapi pada tranfusi kedua, akibatnya bisa fatal karena antirhesus mencapai kadar yang cukup tinggi. Antirhesus ini akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari donor, sehingga ginjal harus bekerja keras mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah tak tercapai, tapi malah memperparah kondisi si reseptor sendiri.

Menarik bukan?

LCGC : Murah Belum Tentu Laris

Ditandatanganinya (PP) Program Kendaraan Emisi Rendah (LECP), yang diantaranya mengatur insentif khusus bagi mobil ramah lingkungan seperti hibrida, listrik, teknologi mesin bensin atau diesel turbo dan gas akan mendapatkan insentif khusus, yaitu pengurangan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM). Dengan catatan, mobil dirakit di Indonesia dan memenuhi standar minimum kandungan lokal yang telah ditentukan. PP ini menjadi titik tolak diluncurannya mobil murah semacam Agya, Alya, dan menyusul Brio Satya, Datsun Go+ dan Suzuki Wagon R.

Diskusi yang kemudian menjadi hangat, karena tampaknya akan mendapat sambutan yang sangat meriah dari pasar, ditambah lagi slogan Menteri terkait yang menyatakan inilah mobilnya rakyat kecil, karena murah harganya. Tentu kita tidak perlu memperdebatkan seberapa mahal seberapa murah, karena hakikatnya murah dan mahal itu relatif, tergantung kondisi keuangan, dan performance yang kita dapat dari barang yang dibeli. Antusiasme masyarakat di awal sepertinya cukup tinggi, sehingga dalam beberapa jam saja peluncuran di Jakarta Toyota meraup inden 1500 unit Agya.

Bermacam diskusi sudah banyak mengulas dari sisi potensi masalah kemacetan, urgensi transportasi publik, tepat tidaknya PP LCGC, bener tidaknya arah kebijakan, kerugian negara akibat pengurangan PPnBM dan aspek politisnya. Faktanya produk mobil murah sudah diluncurkan, dan masih akan menyusul merk lainnya. Karena itu, tulisan ini mencoba melihat dari sudut pandang yang lain, yaitu dari sisi karakter konsumen Indonesia, seberapa antusias menerima produk ini? Apakah city car hatchback dengan harga murah ini nantinya akan benar-benar meledak fantastis?

Data penjualan 20 besar model mobil terlaris di Indonesia seperti pernah dilansir oleh kompas.com, terlihat pada tabel berikut (sumber : kompas.com) :
Dari tabel (dengan mengabaikan jenis kendaraan niaga) dapat kita lihat fakta-fakta menarik :

Dilihat dari jenisnya, mobil-mobil terlaris adalah MPV 7 penumpang (lihat saja : Avanza, Inova, Xenia, Grand Livina, Freed, Ertiga), SUV (Rush, Terios, bahkan Fortuner dan Pajero), hatchback 1500 CC ke atas (Yaris, Jazz) dan minibus/van (APV).

Inova, sekalipun bermain di harga 250-300 jutaan, tetap bercokol di no.3 tidak jauh dari Daihatsu Xenia yang jelas-jelas mirip Avanza.

Tidak muncul jenis city car dalam data tersebut.

Sumber lain (di sini) mengatakan, menurut Gaikindo penjualan city car selama setahun (2012) hanya berkontribusi 3,92% dari total pasar mobil. Penjualan tertinggi diraup Honda Brio (8.002 unit dalam waktu 5 bulan Agustus – Desember 2013), disusul March (7.740), Picanto (7.675), Splash(5.890) dan Sirion(5.474).

Data diatas membuat kita berpikir ulang, apakah karena murah, LCGC ini nanti kemudian akan serta-merta booming dan melenggang di pasar? Berdasarkan data di atas, dapat diraba karakter konsumen mobil di Indonesia paling tidak menimbang kriteria-kriteria tertentu dalam membeli mobil, diantaranya :


  • Merk : dalam hal ini ciri Toyota minded masih terasa. Kalaupun belakangan sudah mulai masuk merk-merk lain, namun terlihat market share Toyota masih sangat dominan. Faktor kuatnya merk Toyota barangkali selain sudah berkiprah lama, service dan sparepart yang ada di mana-mana dan yang jelas re-sale value yang tinggi (memang aneh tapi nyata : baru beli sudah mikir harga jualnya nanti). Pernah dengan mobil Cherry QQ ? Pada waktu diluncurkan harganya 80-an juta saja. Tapi kurang mendapat sambutan karena merk nya bukan? Atau barangkali meluncur terlalu dini. Jadi, akankah Agya dan Ayla meledak karena faktor Toyota dan Daihatsu?
  • Akomodasi : paling tidak muat untuk 5 – 7 orang, bagasi mencukupi. Mengapa ini penting? Karena kalau anda hanya mampu memiliki 1 mobil, maka syaratnya harus all ini one, bisa dipakai sehari-hari, serumah bisa keangkut, asyik di dalam kota, handal untuk perjalanan luar kota, keren dibawa mudik lebaran.
  • Harga bukan menjadi pertimbangan utama, tapi kenyamanan juga penting. Misalnya : sama-sama akomodasi mencukupi, MPV lebih dipilih dibandingkan dengan van. Ingat jaman dulu? Tahun 70-an mobil di jalan didominasi Colt T-120. Kemudian era 80-an berganti Suzuki Carry, dan trend bergeser ke Kijang. Hari ini mobil jenis van seperti APV dan Luxio masih ada. Bahkan Suzuki Carry pun masih ada, dengan harga Rp. 100-juta an. Mengapa kalah bersaing dengan duo Avanza–Xenia? Di segmen city car sendiri, ternyata yang terlaris adalah Honda Brio, yang ternyata bukan produk termurah di katergorinya. Hal ini menunjukkan naiknya pendapatan masyarakat golongan menengah ke atas dan beragamnya penawaran merk dan jenis mobil membuat pergeseran preferensi beli mobil dari yang awalnya fungsional bergeser mencari kenyamanan berkendara.

Kembali pada heboh LCGC ini, tampaknya segmen city car yang nanti paling banyak terpengaruh, itupun data mengatakan bahwa Brio yang terlaris justru merk yang termahal di kategori tersebut. Artinya, di segmen bawah pun, pertimbangan bukan semata-mata harga, namun juga kualitas.

Secara total, pertarungan sesungguhnya di pasar mobil adalah di pasar low MPV (Avanza, Xenia, Ertiga, Spin, Grand Livina dan konon Honda sudah bersiap masuk ke segmen ini). Dengan demikian, dari semua varian mobil murah yang sedang dan akan masuk ke pasar, yang justru patut untuk diamati adalah Datsun Go+, yang satu-satunya mobil murah meriah berjenis MPV 7 seater.

Lalu ke mana LCGC model city car akan dijual ? Tampaknya segmen yang disasar adalah pembeli mobil pertama, bisa keluarga baru yang tidak butuh akomodasi luas, anak muda/mahasiswa, mobil kedua dalam keluarga, dan mungkin juga wanita yang males ribet dengan mobil ukuran besar yang semuanya didukung oleh satu keadaan : budget terbatas. Kalau budget anda lebih, pilihan bisa meluas ke city car lainnya bukan? Dilihat dari sisi wilayah –namanya juga city car– tentu potensi pasarnya ada di Jakarta dan kota-kota besar lainnya yang rawan kemacetan.

Wacana baru yang mengatakan bahwa mobil ini akan dikuota penjualannya per daerah agar tidak memperparah kemacetan Jakarta, akan menjadi tantangan tersendiri bagi produsen. Mungkin Pak Menteri karena di protes sana sini mulai berubah pikiran dan lagi-lagi mengajukan solusi simplenya (di sini) yaitu mencoba membatasi distribusi. Solusi ini bila benar diterapkan, akan membuat produsen pusing delapan keliling. Mengapa?


  • Potensi pasar terbesar justru ada di Jakarta, karena orang Jakarta (dan kota besar lainnya) lah yang paling mungkin butuh city car : mobil kecil yang lincah dalam kemacetan dan bisa dibawa masuk ke jalur alternatif (gang-gang sempit).
  • Orang kota besarlah (Jakarta salah satunya) yang memang memiliki daya beli kuat karena disitu pula perekonomian berputar. Di sini pula banyak orang merasa perlu punya mobil kedua, atau mobil untuk masing-masing anggota keluarga, karena 1 mobil tidak mampu mengatasi operasional harian untuk seluruh anggota keluarga. Bapak kerja di mana, ibu kerja di mana, anak kuliah di mana : routenya beda-beda. Jadi merasa perlu punya 1 mobil utama plus 1-2 mobil tambahan.
  • Di kota besarlah (terutama Jakarta) orang paling merasa butuh punya mobil biar murah asal mobil karena jarak yang ditempuh dalam sehari cukup jauh dari rumah, dan belum tentu bisa ditempuh dengan nyaman dengan kendaraan umum (misal : berdesakan, beberapa kali ganti kendaraan, pakai taksi mahal sekali).
  • Jadi, dari catatan di atas, tampaknya LCGC yang baru diluncurkan ini akan cukup significant mendorong pertumbuhan pasar city car, namun tidak untuk keseluruhan pasar mobil, karena membeli mobil bukan hanya soal harga, tapi banyak variabel yang dipertimbangkan.


Saya ingin tutup tulisan ini dengan satu pertanyaan : katakanlah anda punya uang untuk beli mobil sebesar Rp. 110 juta, pilih mana : sebuah Agya baru, atau Xenia berumur 2 tahun ?

Rakyat Kecil Berhak Punya Mobil ! Memangnya Kenapa?

Heboh !!

Satu kata yang paling cocok untuk melukiskan gegap gempita launching duo LCGC produksi Daihatsu dan Toyota. Kehebohan yang dibumbui perang komentar Gubernur Jakarta Jokowi dan menteri perindustrian MS Hidayat (di sini), menjadi publisitas atau iklan gratis yang manis bagi mulusnya penjualan kedua produk LCGC tersebut . Bukankah demikian? Seorang teman yang sempat mengunjungi pameran di kota Solo hari Minggu 15/9/13 kemarin, menuturkan kalau indent hari itu, estimasi delivery bulan Maret tahun 2014. Berita peluncuran Toyota Agya sebelumnya konon diberitakan dalam waktu hanya 3 jam menghasilkan penjualan lebih dari 1.500 unit. Berikut kutipan beritanya dari kompas.com :

Toyota Astra Motor (TAM) meluncurkan Agya di Senayan, Jakarta, Senin (9/9/2013). Setelah peresmian dihadapan media, malam harinya, di lokasi yang sama digelar acara khusus konsumen yang dihadiri sekitar 5.000 undangan. Dalam gelaran tersebut pengunjung dihibur oleh performa panggung dari Once, Ungu, Gigi dan Kotak. Selain menyaksikan hiburan pengunjung juga bisa melihat dari dekat semua varian Agya yang ditemani oleh wiraniaga.

“Animo pengunjung sangat besar, bahkan dalam 3 jam, sejak acara dimulai hingga selesai, pesanan mencapai 1.547 unit. Sistemnya masih sama, mereka harus membayar uang tanda jadi yang nominalnya ditentukan oleh dealer,” ujar Widyawati Soedigdo, GM Corporate Planning & Public Relation, GM Customer Service TAM, dalam acara media gathering di Jakarta, kemarin (10/9/2013).

Membaca berita di atas, tampaknya sulit untuk mengkaitkan dengan pernyataan di bawah ini :

Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan tidak setuju jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengenakan pajak khusus terhadap mobil murah yang diluncurkan pemerintah. Salah satu alasannya, mobil murah ditujukan kepada rakyat kecil.

Rakyat kecil?

Tentu murah saja tidak cukup untuk membuat mobil LCGC ini menjadi “hak” rakyat kecil untuk membelinya. Mengapa ?

Kalau yang disebut rakyat kecil adalah mereka pengguna motor yang diiming-imingi untuk beralih menjadi pengguna mobil, rasanya tidak akan semudah itu. Faktanya sebagian besar pembelian motor dilakukan secara kredit, dan nominal uang untuk mengangsur kredit motor dibandingkan dengan mengangsur kredit mobil adalah beda kelas, tidak dapat disamakan begitu saja.

Harga mobil Rp. 80-100an juta selama ini sebenarnya merupakan wilayah pasar jual beli mobil bekas, sehingga sesungguhnya kehadiran LCGC ini akan lebih mengambil konsumen mobil bekas (terutama jenis City Car). Malah nanti para makelar mobil (yang sebagian juga rakyat juga kecil) jadi pusing kepala. (… hehehe …)

Konon kebijakan mobil LCGC yang secara teoritis sangat irit akan disertai kebijakan keharusan menggunakan BBM non subsidi. Dalam hal ini tampaknya cukup relevan dengan keinginan untuk membatasi penggunaan BBM subsidi. Dalam konteks kantong “rakyat kecil” semestinya kebijakan ini menjadi salah satu pertimbangan beli mobil baru, bukan sekedar harga mobilnya yang “murah.” Masih jauh lebih murah beli BBM untuk motor kalau begitu.

Jadi apakah benar rakyat kecil punya hak untuk membeli mobil murah? Tentu saja berhak, walaupun boleh dibilang masih jauh dari terjangkau. “Rakyat kecil” tampaknya masih hanya sebagai jargon yang dilontarkan agar seolah kebijakan ini demi rakyat kecil, pro rakyat kecil, untuk rakyat kecil.

Melihat animo yang cukup besar, dan bahkan inden yang langsung menutup kapasitas produksi sampai dengan akhir tahun menunjukkan pemesan mobil murah ini tetap saja orang berduit. Siapakah mereka ?

Menurut produsen, target pasar mereka adalah kelas menengah baru, yang tergolong “new entry” pada pasar mobil, yang berencana membeli mobil pertama. Sekalipun daya belinya relatif rendah di pasar mobil tidak lalu berarti mereka benar-benar “kecil”. Katakanlah untuk membeli Daihatsu Ayla (yang bakal termurah di kelas ini) seharga Rp. 76.500.000,- dengan DP 30%, berdasarkan simulasi kredit di www.oto.co.id pembayaran pertama yang harus dilakukan (DP+asuransi+angsuran pertama) senilai Rp. 33.721.400,- dan akan mengangsur senilai Rp. 1.835.000,- per bulan selama 35 bulan berikut. Biaya ini belum termasuk anggran Pertamax tiap bulannya. Kalau dengan UMR Rp. 2,2 juta saja buruh Jakarta masih  menuntut kenaikan upah, kira-kira siapa yang sanggup keluar uang Rp. 33 juta di awal dan mengangsur Rp. 1,8 juta per bulan? Paling tidak orang yang memiliki penghasilan minimal Rp. 6 juta per bulan. Itupun harus berpikir ulang kalau sudah berkeluarga dan anak bersekolah bukan? Silahkan hitung sendiri.

Segmen kedua, adalah mereka yang mencari mobil ke dua. Kalau anda punya mobil SUV atau MPV 2000 CC di rumah, yang ber body bongsor dan merasakan galaunya rasio konsumsi bahan bakar 7-8 km per 1 liter bensin, barangkali akan berpikir untuk beli LCGC sebagai mobil kedua. Investasi besar di awal, tapi bisa berhitung untuk beberapa keuntungan : mobil praktis untuk mengantar anak ke sekolah lanjut ke pasar atau sekedar nge-mall untuk para ibu rumah tangga, beli mobil untuk anak yang sudah mulai kuliah, relatif lebih hemat bahan bakar (sekalipun diisi pertamax) dibanding SUV 2000 CC yang dibawa kerja, kecil dan lincah bermanuver di kemacetan (yang akhirnya menambah kemacetan gara-gara main serobot), lincah pula melewati gang-gang sempit sebagai jalur alternatif, cocok untuk yang tinggal di kawasan perumahan atau pemukiman padat.

Segmen ke tiga adalah para spekulan. Dalam kondisi indent yang lama, biasanya para spekulan beradu cepat untuk membeli di awal agar dapat memperoleh keuntungan dari secondary market, yaitu dijual kepada mereka yang tidak sabar antri. Selain itu, berdasarkan pengalaman, sebagai pembeli pada harga launching, akan mendapat keuntungan dari harga jual bekasnya, karena nanti kalau sudah laku biasanya harga akan terkerek naik. Kalau diamati, mobil-mobil baru Rp. 150 jutaan sekarang, waktu peluncurannya dulu harganya tidak lebih dari Rp. 100 juta juga. Dengan menimbang infasi dan umur kendaraan, dihitung-hitung masih untung.

Justru alasan yang sekiranya patut dipertimbangkan Pemerintah adalah, dengan kebijakan mobil murah dalam negeri ini, seberapa besar kans para produsen untuk dapat bersaing di pasar bebas ASEAN 2015, khususnya melawan Thailand yang tidak dapat diremehkan perkembangan industri otomotif nya. Hanya saja, kalau kemudian mobil produksi Thailand dan Indonsia bermain pada merk-merk yang itu-itu juga, sebenarnya bagiamana “persaingan” yang sesungguhnya nanti akan terjadi? Apa beda Honda/Toyota made in Thailand dengan Honda/Toyota made in Indonesia? Bisakah keduanya bersaing? Ataukah justru berkolaborasi mengatur pasar sehingga belum tentu menguntungkan Indonesia? Seharusnya kita mulai sadar untuk memainkan peran Mobil Nasional, yang dalam hal ini harus mengakui kesiapan Malaysia ketimbang Indonesia.

Jadi ?

Semuanya ini adalah soal bisnis, dan bisnis adalah tentang permintaan dan penawaran. Bisnis adalah soal uang. Siapa yang punya uang, harga cocok, anda boleh beli. Kalau anda merasa sebagai rakyat kecil dan mampu beli, ya belilah. Kalau anda kaya dan ingin beli, ya beli saja.

Begitu saja kok repot.

Rabu, 22 Mei 2013

Berhenti Merokok itu Mudah, tapi Jarang yang Berhasil!


Industri rokok memang unik. Di satu sisi, semakin modern orang semakin mengerti bahwa merokok itu lebih banyak ruginya (duit, kesehatan) dibanding kenikmatannya. Tapi di sisi lain, dilaporkan industri rokok di Indonesia terlihat terus menerus mengalami pertumbuhan, rata-rata 4,4% per tahun dari tahun 2005 – 2012. Gappri memperkirakan konsumsi rokok pada 2012 telah mencapai 300 miliar batang. Kalau diuangkan, tentu bukan uang yang kecil. Triliunan.

Memang banyak upaya Pemerintah untuk membatasi konsumsi rokok, diantaranya :
Pencantuman peringatan pada kemasan : “MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN JANIN”

Pembatasan iklan Rokok (tidak boleh memperlihatkan produk pada semua media iklan) dan pembatasan jam tayang iklan TV (di atas pukul 21.00).

Toh faktanya : omset rokok naik dari tahun ke tahun. Mengapa? Karena pada dasarnya memang belajar merokok lebih mudah daripada berhenti merokok.

Berhenti merokok? Ini topik yang menarik, karena hanya bisa ditulis oleh mantan perokok. (hehe, just kidding …). Seriusnya : topik ini menarik karena berhenti merokok itu tidak mudah. Banyak orang yang berhenti merokok karena dipaksa keadaan (paru-paru dan jantung bermasalah). Tidak bisa dipungkiri merokok itu memang sangat nikmat, sehingga kalau perokok diminta berhenti merokok, tentu reaksi pertamanya bagaikan menyuruh kucing jadi vegetarian. Akan tetapi, berhenti merokok bukanlah hal yang mustahil, karena faktanya banyak juga yang berhasil.

Mengapa merokok? Karena belajar dari orang tua yang merokok, dan belajar dari teman sebaya yang sebagian besar merokok. Sampai hari ini, banyak kita jumpai perokok di usia belasan di sekitar kita. Saya kira pemicu utama justru dari keluarga dan teman dekat yang memberi peluang untuk belajar, dan pada akhirnya mengalami ketergantungan.

Pada dasarnya, dalam hati kecil seorang perokok itu, masih memiliki setitik rasa bersalah. Bukankah demikian? Terbukti, sekarang banyak kita jumpai perokok yang mengakui bahwa merokok itu merugikan kesehatannya, dan juga kesehatan orang lain (perokok pasif) dan mengganggu kenyamanan orang di sekitar. Karenanya mulai bermunculan perokok yang mau merokok di tempat (kotak kaca/akuarium) yang disediakan, menghidar dari kerumunan (supaya tidak mengganggu orang lain) dan bahkan gosok gigi atau berkumur sehabis merokok(untuk mengurangi bau mulut). Tapi di luar orang-orang ini, banyak juga sih yang cuek bebek, merokok di dalam ruang ber-AC, merokok saat berdesakan ngantri, merokok dalam angkutan umum.

Bagi mereka yang memiliki kesadaran bahwa merokok itu tidak baik, mulai terbesit keinginan, seandainya saja saya bisa berhenti merokok, tentu lebih baik. Tapi apa daya, selalu kalah dari keinginan untuk merokok. Ada yang bilang mulut rasanya menjadi asam tanpa rokok, ide ngga bisa keluar tanpa rokok, udah kecanduan rokok, dan lainnya. Kekuatan keinginan merokok itu memiliki dorongan yang kuat lho, untuk membuat orang bersemangat dan berusaha. Demi memenuhi keinginan merokok, bisa berputar-putar kota pukul 12 malam hanya untuk menemukan secercah cahaya lampu rombong rokok yang masih buka (sad but true … )

Agar sukses berhenti merokok, kita harus tahu kiat-kiat berhenti merokok. Dari pengalaman, ada yang sukses dan banyak yang gagal. Diantaraya :


Berhenti beli rokok, dengan harapan bisa mengatasi keinginan merokok karena tidak ada rokok. Kemungkinan gagal sangat tinggi, karena biar bagaimanapun kita punya banyak teman yang baik hati yang setiap saat bersedia berbagi rokok. Kecenderungan perokok akan semakin senang bila merokok bersama (iklan yang bilang “asyiknya rame-rame” emang bener banget). Akhirnya karena sungkan dengan teman, beli lagi deh.

Mengganti rokok dengan permen. Ternyata belakangan baru tahu rokok dan permen rasa mint sangat enak dikonsumsi bareng-bareng. Gagal lagi.

Mengurangi sedikit demi sedikit. Biasanya hanya berkurang di minggu-minggu awal, setelah itu kembali seperti semula. Tidak berhasil.

Mengucilkan diri dari lingkungan perokok. Namun sebagai makhluk sosial, tidak mungkin kita meninggalkan teman gara-gara rokoknya bukan? Gagal.

Lalu, bagaimana bisa berhasil berhenti merokok ?

Barangkali pengalaman ini dapat membantu :

Semua bentuk pengaruh, alat, metode, dan dorongan dari luar untuk berhenti merokok tidak akan berguna bila tidak ada keinginan dan motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.

Karena itu yang kita lakukan adalah, bilang pada diri sendiri “mulai hari ini saya tidak merokok” Begitu saja, berhenti!

Apa betul semudah itu? Memang tidak mudah.

Awali dulu dengan merubah dulu “mindset” anda :


Merokok itu bukan suatu “kecanduan” tapi hanya “nafsu dan kebiasaan” sehingga berhenti itu dampaknya hanyalah anda akan lebih sehat.

Belajarlah dari orang yang anda kenal, berapa banyak dari mereka yang umurnya jadi lebih pendek karena kanker paru-paru dan stroke. Memang sih banyak perokok yang umurnya panjang, tapi tidak ada yang menjamin anda masuk yang berumur pendek atau yang berumur panjang.

Kalaupun anda tidak takut mati, pikirkanlah orang yang anda sayangi. Kalau anda sakit, anda jadi beban mereka. Kalau anda mati, anda membatasi peluang untuk berkesempatan melihat anak anda tumbuh dewasa dan memberikan cucu buat anda.

Setelah itu, carilah alasan apa yang cukup penting, untuk membuat anda harus tetap merokok selain untuk memenuhi nafsu kenikmatan sesaat ? Kalau Anda ngga bisa temukan, maka dengan mudah anda bisa berhenti.

Akhiri dengan keputusan bulat Anda !


Yang penting bukan caranya, tapi niatnya. Selamat mencoba.

Sabtu, 18 Mei 2013

Blackberry, Riwayatmu kini


Dilepasnya aplikasi Blackberry Messenger untuk dapat berjalan dalam platform OS Android dan IOS barangkali merupakan berita mengejutkan dari Blackberry, karena selama ini fitur BBM adalah eksklusif milik Blackberry, dan menjadi salah satu fitur unggulan. Tentu keputusan ini mengundang tanda tanya yang cukup besar, khususnya terhadap masa depan Blackberry OS.

Tentu saja, keunggulan Blackberry bukan hanya pada fitur BBM saja, melainkan juga pada fitur push email nya yang konon masih terbaik. Tidak heran, karena OS dan gadget Blackberry pada mulanya diciptakan untuk segmen bisnis, sehingga kekuatannya terletak pada push email dan messenger. Untuk fitur lainnya, seperti entertainment, games dan browser masih kalah dibandingkan dengan Android maupun IOS. Apalagi dengan jaringan pas-pasan seperti di Indonesia, sudah lumrah keluhan BB lemot.

Di satu sisi, berita munculnya BBM di Android dan IOS mengundang tanda tanya besar, strategi apa yang sedang dimainkan RIM. Paling tidak, pada tahun ini ada berita lain seputar Blackberry yang cukup menarik, yaitu :

Pertama, Peluncuran OS Blackberry. Penyempurnaan OS Blackberry 10 dengan gadget full touchscreen maupun dengan querty keyboard khas Blackberry yang baru diluncurkan awal tahun 2013 ini diharapkan lebih mampu bersaing dengan IOS dan Android. Waktulah yang akan membuktikannya. Namun yang jelas konon perkembangan sampai dengan kwartal 1 2013 ini tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda meledak. Bahkan, menurut artikel ini tampaknya penjualan Blackberry 10 masih di bawah target. Dari rencana produksi 1,5-2 juta unit sebulan, ternyata estimasi analys untuk sales di 2 bulan terakhir baru mencapai rata-rata 1,25 juta unit per bulan.
Kedua, market share Blackberry. Data yang dirilis oleh IDC berdasarkan shipment di seluruh dunia, terlihat perbandingan market share smartphone OS masih di dominasi oleh Android (75%), dan IOS (17,3%) di tempat ke-2. Blackberry pada quarter 1 2013 hanya memperoleh 2,9% market share, bahkan karena mengalami penurunan, dilewati oleh Windows Phone 8. Hal ini menunjukkan adanya tekanan terhadap bisnis Blackberry sendiri, karena data tersebut merupakan warning atas performa buruk Blackberry.
13687827431246182677
source : engadget.com
Berdasarkan kenyataan di atas, tampaknya 2 strategi yang besar yang sedang diambil adalah upaya menyelamatkan Blackberry, adalah peluncuran BB 10 yang didasarkan pada keyakinan bahwa Blackberry masih memiliki penggemar (paling tidak di Asia Pasific termasuk Indonesia). Diharapkan dengan diluncurkannya BB 10, membuat BB masih dapat eksis di dunia smartphone. Tentu dalam hal ini waktu lah yang akan membuktikan.
Strategi lainnya adalah membuka BBM ke platform Android dan IOS, yang barangkali menjadi salah satu upaya yang cukup berarti paling tidak dalam 2 kemungkinan skenario :
  • Skenario positifnya : mempertahankan eksisiting user BBM, dan sekaligus memperluas pasar BBM (yang konon akan dapat diunduh secara gratis untuk layanan messenger dan group). Hal ini dalam jangka panjang akan menguntungkan, karena dengan “teaser BBM” dapat diharapkan pengguna IOS dan Android mau beralih mencoba BB. Agar skenario ini dapat terjadi, OS maupun gadget BB 10 harus benar-benar istimewa, dibandingkan dengan kompetitornya.

  • Atau skenario negatifnya : dengan dapat dipakainya BBM di berbagai macam platform akan menyebabkan orang semakin melupakan Blackberry, karena saat ini adalah jamannya Android. Pada akhirnya Blackberry akan melakukan turn around bisnis dari penyedia OS menjadi produsen software multiplatform. Namun paling tidak secara bisnis belum tentu strategi turnaround ini buruk buat Blackberry, tapi justru semakin memperbesar bisnisnya. Bukankan penggunan Android + IOS + Blackberry saja sudah mencapai 95% market? Peluang pasar yang sangat besar. Siapa tahu suatu saat akan muncul Blackberry rasa Android. Sebagai aplikasi multi platform tampaknya BBM juga harus berbenah, agar tidak kalah bersaing dengan WA, Kakao Talk, dan free aplikasi messenger lainnya. Ke depan seharusnya BBM dikembangkan sebagai aplikasi yang lebih luas, sehingga fitur messaging dan group messaging menjadi standar free aplikasi, namun akan menjadi aplikasi berbayar untuk “extended feature” lainnya. Ini akan menjadi sumber penghasilan baru bagi Blackberry dari pengguna Android dan IOS.
Let’s wait and see.

Senin, 13 Mei 2013

Pesta Demokrasi : Pestanya Siapa ?


Raungan mesin sepeda motor memecah pagi. Rombongan motor itu memenuhi jalan dengan berseragam dan membawa atribut partai tertentu, mendukung salah satu pasangan calon Gurbenur Jawa Tengah. Ah, rupanya pesta itu kembali digelar. Seperti biasa, pesta demokrasi selalu diwarnai dengan pengerahan massa, mendengarkan orasi orang penting, lalu ketika bubaran, dimulailah pawai keliling itu. Jalanan menjadi penuh, dan pengguna jalan harus rela minggir memberi jalan agar rombongan itu lewat. Kadang tidak habis pikir, apakah dengan cara seperti itu lalu rakyat yang melihatnya jadi tercerahkan? Inilah salah satu fenomena politik negeri ini, pesta demokrasi. Mengapa disebut pesta? Karena memang hanyalah pesta. Pesta memang menyenangkan, tapi kita harus tahu tidak ada pesta yang tidak berakhir. Pesta selalu membawa kegembiraan, tapi setelah berakhir, semua kembali seperti biasa.

Proses politik semestinya bukan sekedar bagaimana kekuasaan dibentuk, tapi lebih dari itu mendewasakan rakyat, agar rakyat tidak lagi sekedar dianggap objek politik, tapi juga subjek politik yang berpartisipasi dalam proses politik. Sebagai subjek itu bukan sekedar hak 5 menit di bilik suara yang menentukan nasib 5 tahun ke depan, tapi juga sebagai subjek yang berhak untuk mendapatkan pemimpin yang memikirikan dan memberikan yang terbaik untuk seluruh rakyatnya. Karena itu, rakyat bukan sekedar sebagai pemilih, namun juga berhak menuntuk janji-janji kampanye. Dengan demikian, kampanye politik bukan hanya sebagai cara mencapai jalan menuju kekuasaan, tapi juga mengajak rakyat menyongsong masa depan yang lebih baik. Karena itu, kampanye seharusnya ditempuh dengan cara mencerdaskan rakyat untuk berpolitik secara demokratis rasional, yaitu memilih siapa pemimpin terbaik.

Agar dapat menjadi rasional, bukankah proses politik itu seharusnya adalah suatu pendidikan politik, bukan pesta politik. Tentu membangun awareness dengan beriklan, branding dan pengerahan massa, namun tentu untuk memberi pendidikan dan pencerahan, bukan mengganggu ketertiban. Lalu mengapa dari tahun ke tahun masih begitu juga? Jangan-jangan memang proses politik itu hanyalah sekedar tentang memperoleh kekuasaan. Selebihnya politik itu adalah urusan para elit, sedangkan rakyat tinggal menjadi penonton dan kembali berharap akan perbaikan nasibnya. Pesta telah berakhir, kehidupan kembali normal.
Namun yang menarik, sekalipun bertahun-tahun muncul kritik, toh kampanye politik sebagai hura-huranya pesta demokrasi selalu meriah, tak pernah sepi pengunjung. Barangkali hal seperti ini perlu disikapi secara arif oleh para elit politik. Seolah mereka takut tanpa model kampanye yang demikian, dia tidak akan dikenal, dan pada akhirnya tidak terpilih. Rakyat dianggap tidak memiliki “kecerdasan politik” dan dianggap sebagai pemilih yang emosional, yang terpesona oleh gemerlap panggung, penampilan artis, dan (barangkali) amplop uang capek ala kadarnya. Rakyat dianggap bodoh, atau memang sengaja dibodohi?

Jangan-jangan, dengan cara-cara kampanye politik seperti sekarang ini, ya memang keputusan yang tepat adalah jadi orang yang aktif menghadiri pesta. Toh semua juga tahu, apapun hasilnya, setelah pesta selesai semua kembali seperti bisa : tidak ada perubahan apa-apa. Karena itu, daripada tidak dapat apa-apa lima tahun ke depan, lebih baik ikut pesta ; paling tidak memperoleh paket kaos, uang bensin dan hiburan. Rakyat tidak butuh itu, mereka butuh diperhatikan masa depannya, butuh suatu pengharapan yang bisa dibuktikan.
Semoga pesta ini tidak selesai setelah pencoblosan dengan rakyat yang hanya bisa menunggu pesta berikutnya. Semoga kampanye cagub Jateng menghasilkan pemimpin berkualitas yang betul-betul memikirkan rakyat, dan menggerakkan warga Jateng membangun Jateng. Semoga demokrasi yang dibangun kali ini bukan sekedar hajatan.

Selamat berdemokrasi untuk rakyat Jawa Tengah.

Kamis, 09 Mei 2013

Catatan Masa Kecil : Juwana, Ketika Banjir Mengalir Sampai Jauh

Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata “Juwana”? Barangkali sebagian besar orang akan menjawab “bandeng”. Juwana identik dengan bandeng, karena adanya salah satu pusat oleh-oleh di kota Semarang yang berlabel Bandeng Juwana. Dan rasanya memang tidak salah, karena sejak jaman dulu, Juwana terkenal sebagai penghasil bandeng yang konon enak karena tidak “bau tanah”. Juwana bukanlah sekedar bandeng presto, tapi merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Pati yang terletak di 80 kilometer ke arah timur dari kota Semarang. Mengapa tiba-tiba saya menulis tentang Juwana? Banyak yang istimewa dari kota ini, tapi satu diantaranya karena saya besar di sana.

Juwana adalah kecamatan yang dinamis, karena secara ekonomi sangat strategis bagi kabupaten Pati. Selain karena posisinya berada di jalur Pantura yang sudah ramai sejak zaman dulu karena dilalui jalan Deandles, Juwana dengan sungai Juwana atau sungai Silugonggo yang merupakan salah satu muara laut utara Jawa telah lama menjadi salah satu jalur perdagangan kayu dari Kalimantan, memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menampung hasil laut dari kapal-kapal nelayan yang ada. Selain itu Juwana juga merupakan daerah hasil tambak udang dan bandeng yang cukup dikenal, termasuk hasil produksi kerupuk udang dan terasinya yang lezat. Tidak ketinggalan, Juwana pernah dikenal sebagai salah satu pusat industri logam kuningan dan batik khas desa Bakaran. Belum lagi kuliner hasil lautnya yang mak nyus. Inilah yang membuat Juwana yang kecil itu menjadi sangat dinamis.

Sebelum adanya waduk Kedungombo, salah satu trademark dari Juwana adalah banjir tahunan. Jadi, pada waktu itu kalau seseorang dikenal berasal dari Juwana dan tidak bisa berenang, dengan bergurau orang mengatakan, “bagaimana mungkin setiap tahun pekarangan rumah menjadi kolam renang, sampai gede belum juga bisa berenang?” hehe …

Nah, kali ini saya ingin bercerita tentang banjir. Seperti saya ceritakan di atas, banjir merupakan event tahunan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Istimewanya lagi, karena Juwana adalah daerah muara yang menerima semua banjir limpahan dari hulu, biasanya banjir bisa berlangsung lama, bahkan lebih dari seminggu. Untung saja, sejak dibangunnya waduk Kedungombo, banjir tidak lagi datang setiap tahun, tapi hanya kalau debit air benar-benar besar saja. Sisa-sisanya dapat dilihat hari ini, yaitu rumah-rumah warga yang dekat dengan DAS Sungai Juwana biasanya dibangun cukup tinggi dari jalan, karena dipersiapkan sebagai rumah yang kebanjiran. Pada masa itu, stasiun kota Juwana yang lama tidak difungsikan, sering menjadi lokasi pengungsian banjir, terlebih saat banjir besar, seperti tahun 1981 misalnya. Hampir sebagian besar kecamatan Juwana terendam banjir. Tentu banjir menimbulkan kerugian yang cukup besar, namun ada sisi-sisi unik dari warga dalam menghadapi banjir, karena dalam situasi banjir itu, tidak semua warga mengungsi. Biasanya warga yang rumahnya terendam kurang dari 1 meter lebih memilih tidak mengungsi, tapi menikmati saja banjirnya.

Beberapa keunikan dalam menyiasati hidup bersama banjir misalnya :
  • Selalu menyediakan beberapa “dingklik” kayu yang difungsikan sebagai jembatan yang tersebar di dalam rumah, sehingga kaki tidak basah dengan air kotor. Setelah mandi di sumur atau di kamar mandi, tinggal naik ke jembatan dingklik, mencuci kaki dengan air bersih dan bebas berjalan dari satu dingklik ke dingklik lainnya. 

  • Selalu memasang palang bambu atau kayu terapung di depan pintu rumah. Bukan sebagai anti maling, tapi dipakai sebagai penghalang agar sampah yang terbawa banjir di depan rumah tidak masuk ke dalam rumah. 

  • Selalu menyediakan ban dalam mobil bekas, yang dimanfaatkan untuk bermain air atau belajar berenang untuk anak-anak. Tidak perlu ke sungai atau mencari kolam renang (karena memang tidak ada), cukup belajar berenang di depan rumah. 

  • Kalau ban dalamnya kebetulan adalah ban dalam truk, bisa dimanfaatkan sebagai perahu anak kecil, cukup memasukkan 1 buah ember cuci pakaian ke lubang di tengah ban, jadilah sebuah perahu. Atau kalau punya lebih dari 1 ban truk, cukup dirangkai menjadi rakit dengan meletakkan selembar daun pintu di atasnya 

  • Tidak punya ban dalam ? Solusi belajar berenang atau naik rakit adalah dengan memanfaatkan batang pohon pisang. Alhasil, di musim banjir banyak pohon pisang yang ditebang untuk dimanfaatkan batangnya 

  • Untuk anak-anak sekolah yang kebanjiran dan kebetulan sekolahnya tidak banjir, maka solusi untuk dapat tetap berangkat sekolah adalah dengan berlangganan ojek perahu. Biasanya perahu dapat menampung 5 – 8 anak, menjemput dari satu rumah ke rumah lain dan membawa anak-anak sampai ke tempat terdangkal dekat sekolah. Dengan demikian, walaupun bersandal jepit, anak-anak dapat tetap bersekolah dengan seragam lengkap 

Itulah sekelumit kisah masa lalu, di mata saya sebagai anak kecil pada waktu itu. Dalam setiap bencana, memang terjadi banyak duka dan kesedihan, namun juga dapat dinikmati sebagai kesenangan dan bahkan dinantikan. Namun selalu ada hikmah dan perjuangan untuk survive, dan pada akhirnya orang dapat hidup bersama bencana itu.

Kamis, 02 Mei 2013

CSR sebagai Content Brand Building : Ayo Menabung Pohon


Dalam suatu seminar bertajuk 10 karakter dan perilaku khas konsumen Indonesia, founder Frontier Handy Irawan menyatakan berdasarkan temuan data-data marketing research Frontier, salah satu dari 10 ciri khas konsumen Indonesia itu adalah kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Walaupun penelitian ini sudah dilakukan lebih dari 5 tahun yang lalu, tampaknya masih cukup relevan saat ini kalau ukurannya isyu-isyu lingkungan di sekitar kita. Dari yang sederhana : membuang sampah. Masih banyak kita jumpai sungai yang beralih fungsi menjadi tempat sampah raksasa. Dengan santainya sebuah sepeda motor yang melintas berhenti sejenak, melempar sekantung plastik sampah ke sungai, dan melenggang santai tanpa rasa bersalah. Kasus yang lebih kompleks : pencemaran. Berapa banyak industri yang concern terhadap pengolahan limbahnya? Atau soal hutan, yang konon adalah paru-paru bumi. Semakin maraknya bencana banjir dan tanah longsor salah satunya dikontribusi oleh penggundulan hutan. Dengan setengah berseloroh, salah satu peserta seminar itu mengatakan “kalau begitu campaign iklan dengan mengangkat isyu lingkungan tidak bakalan laku dong di Indonesia” Bisa jadi.

Oleh karena itu, sekilas melirik tema campaign Bank Niaga yang mengangkat tema Nabung Pohon Yuk, sejenak membuat saya berpikir, ini tema komunikasi yang sangat menantang. Janji Bank Niaga untuk mengajak Nasabahnya mencintai lingkungan dengan cara untuk setiap pembukaan Rekening Tabungan Junior ataupun TabunganKu, CIMB Niaga akan mendonasikan satu bibit pohon, secara bisnis memang menjadi penuh tanda tanya, sekalipun sebagai CSR Bank Niaga patut kita acungi jempol. Bukankah mainstream strategy menarik nasabah baru adalah menawarkan hadiah undian gemerlap atau memberikan bunga tabungan yang lebih tinggi 0,5% - 1% per tahun dibandingkan suku bunga Bank lain ? Selain itu CIMB Niaga juga telah menyediakan rekening CIMB Niaga Peduli Lingkungan. Melalui rekening ini, CIMB Niaga mengajak masyarakat untuk bisa berkontribusi terhadap lingkungan hidup, dengan mendonasikan dananya ke rekening tersebut. Dalam kegiatan CIMB Niaga Peduli Lingkungan ini CIMB Niaga bekerja sama dengan Yayasan KEHATI untuk pelestarian lingkungan di daerah Jawa yaitu di Pesanggrahan Sangga Buana dan Taman Kehati di wilayah Sumatera dengan nilai program senilai total Rp500.000.000.

Oleh karena itu, marilah kita melihatnya dari perspektif yang lain : keperdulian.

Keperdulian, apalagi terhadap lingkungan barangkali menjadi hal yang “mahal” untuk diwujudkan, namun kalau tidak ada yang memulai, dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi di masa mendatang? Bisa jadi lagu Koes Plus Nusantara yang menggambarkan Indonesia yang subur makmur tinggalah kenangan, yang tersisa adalah hamparan beton yang kering, hutan yang gundul dan bencana alam tak berkesudahan. Mengerikan sekali membayangkan sementara peningkatan produktifitas tanaman pangan masih terbatas, ditambah lagi masih terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan property, atau barangkali pemanfaatan kayu di hutan yang tidak diimbangi dengan konservasi hutan yang memadai. Dari sisi ini kita patut merenung bahwa perilaku kita hari ini menggambarkan yang sedang kita persiapkan sebagai warisan bagi generasi mendatang, termasuk bagaimana kita memperlakukan lingkungan kita. Rusaknya keseimbangan lingkungan hari ini, akan berdampak pada menurunnya kualitas hidup generasi mendatang. Relakah kita ?

Mengangkat isyu lingkungan, barangkali baru menyentuh keperdulian kalangan terbatas, namun selalu harus ada yang memulai. Seringkali pertimbangan bisnis yang berhitung sukses – gagal secara material membuat enggan para pemasar untuk mengangkat isyu lingkungan sebagai tema utama. Namun ternyata itu bukan berarti tidak mungkin. Salah satu contohnya Body Shop yang konsisten mengangkat isyu lingkungan ternyata dapat membentuk market dan konsumen loyalnya sendiri, dan secara bisnis dapat berkembang.

Sekali lagi keperdulian. Semoga ini bukan sekedar tema CSR, namun benar-benar berasal dari hati yang memiliki keperdulian bagi masa depan, melalui kecintaan pada lingkungan. Sekalipun belum populer, namun selalu harus ada yang memulai.

Selamat untuk CIMB Niaga, Anda telah memulai satu langkah kecil menuju masa depan Indonesia yang lebih ramah lingkungan.

Senin, 22 April 2013

Kartini dan Kebayanya




Presiden Soekarno yang mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. (wikipaedia)

Kepahlawanan Raden Ajeng Kartini, sekalipun masih menimbulkan kontroversi di beberapa kalangan, namun saat ini secara umum hari Kartini masih juga dirayakan. Kegiatan yang pada umumnya dapat dengan mudah ditemukan dalam rangka peringatan hari Kartini, adalah kesetaraan gender, dengan mengangkat tema emansipasi, namun diwujudkan dengan dandanan cantik berkebaya. Pendek kata, hari Kartini adalah hari istimewa para wanita; yang dewasa berkebaya cantik ala Kartini, yang kecil pun berlenggok di atas catwalk bertemakan kebaya dan batik. Tentu melestarikan kebudayaan adalah hal yang sangat baik, namun bukankah bukan itu konteks hari Kartini ?

Kartini dijadikan pahlawan nasional tentu bukan karena kebayanya. Kartini dijadikan pahlawan Nasional karena pemikiran dan tindakannya. Barangkali gagasan Kartini hari ini adalah hal yang biasa, namun pada masanya sangatlah kontroversial. Kartini adalah figur wanita cerdas dan kritis. Karenanya sekalipun merelakan pendidikan formal nya terputus karena budaya pada masanya memang demikian, semangat belajar Kartini tidaklah pupus. Kartini melanjutkan belajarnya dengan membaca surat kabar dan berkorespondensi dengan sahabat Belandanya. Barangkali persinggungan antara permikiran Barat dengan semangat belajar Kartini pada akhirnya membuatnya kritis terhadap segala hal : tentang lingkungan budaya Jawa di mana dia hidup, tentang hasratnya untuk bersekolah di negeri Belanda, tentang cita-citanya agar kaum wanita mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

Menghayati kepahlawanan Kartini adalah mencoba menyelami hasrat yang mendalam untuk maju, niat yang kuat untuk meraih cita-cita. Kartini dengan pemikiran dan cita-citanya semestinya menjadi inspirasi, bukan hanya bagi kaum wanita, namun juga bagi bangsa yang sedang merindukan banyak hal, yang masih berkutat dengan berbagai macam persoalan ini. Semoga dalam konteks ini kita tidak hanya cukup puas nyaman menjadi penonton dan membicarakan, namun juga mau mengambil hikmah darinya agar tidak tenggelam dalam wacana yang tak berkesudahan.

Kartini bukan sekedar kebaya dan sanggulnya. Kalau inspirasi Kartini diwujudkan hanya dengan mengenakan kembali sanggul dan kebaya Kartini saja, rasanya kita ini masih sekedar menjadi fans Kartini, tidak lebih dari si kecil yang menari berkostum K-Pop setelah menonton tarian gadis-gadis Korea di TV. Memperingati hari Kartini adalah mengingat semangat Kartini untuk menjadikan dirinya lebih baik, lebih bermakna bagi orang lain, dan yang paling penting bertindak untuk memperjuangkannya. Dengan demikian, berbicara tentang Kartini seharusnya bukan lagi berbicara masalah gender semata, namun mengenai semangat Kartini yang dapat menjadi milik semua orang. Kalau hari ini banyak wanita pintar, berpendidikan tinggi dan sukses, itulah hasil dari penghayatan semangat Kartini dari generasi terdahulu. Kartini telah pergi, tapi semangatnya tetap hidup dan menjadi inspirasi.

Selamat Hari Kartini !

Kamis, 17 Januari 2013

Jempolmu Adalah Harimaumu


Kalau anda pengguna Blackberry (BB), dan tiba-tiba BB berbunyi, munculah pesan dari BBM diawali dengan kalimat sakti “Sorry BC” atau “sorry BM”, maka terangkailah kata-kata yang indah dengan penutup yang terkesan menakutkan “sebarkan kalau anda peduli”. Pada akhirnya banyak orang yang lalu ikut-ikutkan memanfaatkan fasilitas sakti “broadcast message” di blackberry itu untuk mengirimkan pesan ke seluruh contact atau kelompok contact tertentu, hanya dengan beberapa step sederhana dengan menggunakan jempol anda.
Broadcast message merupakan salah satu terobosan teknologi di blackberry messenger yang pasti sangat bermanfaat, apalagi kalau dikaitkan positioning blackberry sebagai gadget yang mumpuni sebagai “mobile office”, melengkapi fasilitas lainnya yang tidak kalah menarik, yaitu push email. Dengan broadcast message katakanlah seorang sales manager dapat dengan mudah menyampaikan satu instruksi kepada semua sales force nya dalam waktu singkat tanpa harus memilih kontak dan copy paste message satu demi satu. Namun demikian, dalam prakteknya tidak semua BM (broadcast message) yang kita terima itu bermanfaat, atau memang diharapkan.
Ada bermacam-macam BC yang mungkin bisa kita terima :
  • BC Kekanak-kanakan (atau memang dikirim anak-anak) : biasanya berisi semacam “add PIN temanku ini XXXXXX, maka kamu akan mendapatkan PIN artis-artis terkenal” atau bisa juga “nanti pukul 12.00 malam akan datang seorang anak kecil ke dalam mimpimu dan dia akan mengajakmu bermain”.  Kalau sering BC seperti ini, lebih baik cek jangan-jangan anak anda sudah membagi PIN anda ke teman-temannya.

  • BC  jualan : “ada yang mau tas LV KW 2, murah, please PING me.” Bisa bermanfaat buat yang suka shopping, tapi bisa juga nyebelin kalau dapet iklan terus-terusan.

  • BC kalimat bijak/religius : biasanya berisi kalimat-kalimat motivasi atau ayat-ayat kitab suci dan renungan hidup, buat saya merupakan bacaan yang sangat bermanfaat untuk memulai hari. Mungkin ada baiknya menyimpan  BC yang seperti ini.

  • BC hoax : mungkin maksudnya baik, tapi tidak cek dan re-cek informasi, sehingga secara tidak sadar menyebarkan berita yang tidak benar. Misalnya saja, terkait banjir Jakarta 16 Januari 2013, muncul BC yang maksudnya baik meminta orang waspada, tapi ditambahi kalimat serem “Jakarta akan terendam banjir terbesar di Indonesia yang akan dimulai sore ini pukul 18:00 wib pintu air katulampa akan dibuka sebab sudah tidak dapat menampung ketinggian air” …  Maksudnya baik, tapi datanya patut diragukan. Atau mungkin pernah dapat BC yang mendaur ulang email atau SMS hoax ini : “berikut ini daftar obat yang tidak boleh dikonsumsi karena mengandung PPA … “  Bukankah obat-obat tersebut masih beredar dan ada no reg BPOM ?

  • BC humor : misalnya yang baru saja beredar hari ini : “ sekilas info : karna banyaknya berita akan terjadinya banjir besar2an di Jakarta, maka tahun baru Imlek khusus di Jakarta, kata gong xi fat choi, diubah menjadi ngung si yuk choi … !! Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan”.  BC humor yang konteksual, walaupun kalau dibaca orang yang kebanjiran pastilah diiringi senyum kecut “kok ni orang ga punya empati sama sekali ya sama orang yang lagi kena musibah”. Atau mungkin juga BC kutipan humor yang beredar di internet dan disebarkan via BBM. Tinggal copy – paste, jadi deh.

  • BC politik : biasanya berisi sikap politik atau cacian terhadap pernyataan kontroversial seorang tokoh. Misalnya saja reaksi masyarakat atas pernyataan rasis seorang pengacara baru-baru ini, muncul BC kecaman dengan embel-embel “sebarkan terus sampai si X itu membacanya”. Atau juga BC dimanfaatkan untuk kampanye politik tim sukses calon pemimpin, entah itu walikota, gubernur, atau kades, biasanya berisi link artikel rekam jejak calon, diakhiri dengan slogan : “jangan salah pilih, coblos pasangan X dan Y demi kota Z yang lebih baik”

  • BC link artikel : biasanya salah satu cara penulis  mempromosikan tulisannya deh ini. Hehehe.

  • BC info bermanfaat : nah, kadang ada juga BC yang bermanfaat semacam yang beredar hari ini (17/1/13): “Buat teman-teman yang membutuhkan evakuasi, bisa menghubungi 6344215 (Jak Pus), 43931063 (Jak Ut), 5682284(Jak Bar), 7515054(Jak Sel), 85904904(Jak Tim)”. Mungkin juga anda pernah dapat informasi tentang modus kejahatan baru di ATM atau juga barangkali copy paste berita kompas.com untuk update lokasi-lokasi genangan banjir.  Berita atau catatan begini barangkali bisa bermanfaat, namun sebelum ikut forward ke contact kita, ada baiknya cek ke sumber lain di internet, benar atau tidaknya informasi tersebut, supaya kita tidak berpotensi meneruskan kesalahan.
Bagaimanapun teknologi BBM diciptakan untuk kemudahan, kepraktisan dan kenyamanan, namun manfaatnya  kita sendirilah yang menentukannya. Apa yang kita sebarkan, menggambarkan kepribadian kita. Jadi berpikirlah dulu sebelum jempol bertindak.
Jempolmu adalah harimaumu.

Selasa, 08 Januari 2013

Pajak UMKM 1% dari Omzet : Bukan Sekedar Masalah Uang


Dirjen Pajak sedang merencanakan untuk memberlakukan pengenaan pajak untuk UMKM sebagaimana dicatat kompas.com di sini :

Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Fuad Rahmany menyatakan akan memberlakukan pajak kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Pajak yang dikenakan sebesar satu persen dari total omzet setahun.”Yang punya usaha tetap akan dikenakan pajak penghasilan sebesar satu persen dari omzet,” ucap Fuad saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (7/1/2013).

Pengenaan pajak 1 persen dari omzet ini apabila nanti ditetapkan berpotensi mengundang kontroversi. Paling tidak akan muncul tiga pertanyaan ini :

Pertama, pengenaan pajak yang proporsional dari usaha beromset Rp. 0 – 4,8 miliar, mengandung berpotensi memberatkan terutama bagi usaha kecil, apalagi memproduksi produk yang sejenis dengan usaha menengah. Memang Dirjen Pajak pernah menyebut akan ditetapkan hanya 0,5% untuk omset dibawah Rp. 300 juta per tahun, namun pernyataan ini sedikit membingungkan karena pernyataan awalnya 1% dikenakan untuk omset Rp. 0 – 4,8 miliar; bukan >Rp. 300 juta – 4,8 miliar. Untuk melindungi usaha kecil (dan mikro), justru ada kebutuhan pemberian insentif pajak bagi mereka, agar terus mengalami pertumbuhan usaha.Dorongan pada usaha kecil ini dapat menjadi cara Pemerintah untuk menekan angka pengangguran, karena selain mendorong pertumbuhan entrepreneur baru, keberadaan mereka akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, karena usaha mikro – kecil lebih labour intensive.

Kedua, pengenaan pajak yang didasarkan pada omzet juga dapat menimbulkan persoalan tersendiri. Seperti kita ketahui, setiap jenis usaha atau industri pasti memiliki struktur permodalan, keuangan dan laba tersendiri. Ada jenis usaha yang mempunyai margin laba besar dan volumenya kecil, ada sebaliknya jenis usaha yang bermargin laba kecil namun mengandalkan volume dan nilai waktu dari uang. Dengan demikian pengenaan pajak yang dipukul rata berdasarkan omset ini akan menimbulkan ketidakadilan.  Usaha yang mendapatkan margin laba besar akan dikenai pajak yang relatif kecil dibandingkan dengan margin labanya, sebaliknya jenis usaha yang bermargin laba kecil akan kena pajak cukup besar relatif ke margin labanya.

Sebagai ilustrasi, usaha dengan omset  Rp. 1.000, dan margin laba 30% memperoleh laba bersih Rp. 300, dipotong pajak 1% dari Rp.1.000,- atau sebesar Rp.10,-, maka dia akan memperoleh pendapatan bersih Rp. 290,-, dimana nilai pajaknya adalah 10/300, atau sebesar 3,3%. Sebaliknya, usaha dengan omset yang sama sebesar Rp. 1.000,- namun dengan margin laba 5% akan mendapatkan laba bersih Rp. 50,-, dipotong pajak 1% dari Rp. 1.000,- atau sebesar Rp.10,-, maka dia akan memperoleh pendapatan bersih Rp. 40,-, dimana nilai pajaknya adalah 10/50, atau sebesar 20%.

Ketiga, belum lagi nanti bila dikaitkan dengan usaha-usaha yang baru muncul, yang tentu saja omset tidak menggambarkan tingkat keuntungan, bahkan boleh dikatakan masih merugi jika ditilik dari investasi awal yang dikeluarkan. Untuk mereka seharusnya akan lebih menarik dan bersemangat melakukan ekspansi usaha bila pembayaran pajak dimulai saat mendapatkan profit.

Melihat potensi persoalan ini, bilamana tetap akan dikenakan ujung-ujungnya pajak sebesar 1 persen ini bisa jadi akan dibebankan ke konsumen untuk mempertahankan kinerja dan kemampulabaan usaha. Pemindahan risiko ke konsumen ini berupa kenaikan harga, yang belum tentu nilainya 1%, namun bisa lebih. Masih lagi ditambah dengan kenaikan biaya lainnya sudah di depan mata : kenaikan UMP, kenaikan TDL, kemungkinan kenaikan harga BBM, dan efek dari kenaikan harga di industri hulu (bahan baku/kemasan) serta kenaikan biaya distribusi/transportasi. Pertanyaannya adalah : dalam kondisi demikian bagaimanakah UMKM mempertahankan daya saingnya ?

Catatan di atas semestinya menjadi pertimbangan untuk penetapan kebijakan  pajak ke UMKM ini, supaya selain dapat memenuhi target, namun juga tidak mengusik rasa keadilan masyarakat. Jadi semestinya ini bukan ditafsirkan sebagai penolakan membayar pajak, namun lebih kepada bagaimana pengenaan pajak itu tidak memberatkan yang kecil dan cukup adil bagi mereka. Lalu pertanyaannya : bukankah hanya 1% dan bukankah akan lebih sederhana dibandingkan harus menyusun laporan keuangan, menetapkan profit dan menghitung pajaknya? Apakah alasan-alasan di atas jadi tampak mengada-ada ?
Memang yang menjadi persoalan bila pajak UMKM dihitung berdasarkan profit maka akan terkendala dengan bagaimana kemampuan UMKM itu dalam menyusun laporan keuangan, dan menghitung pajaknya sendiri. Justru inilah yang menjadi persoalan, siapa yang mau mendidik mereka untuk dapat menghitung pajaknya sendiri dengan baik, benar dan jujur? Bukankah kalaupun nanti pajak disederhanakan dengan langsung dikenakan 1% dari omset, siapa yang dapat menentukan nilai omset sesungguhnya kalau tidak ada pencatatan? Masalahnya akan sama kalau tidak diajarin.

Yang menjadi persoalan sebenarnya adalah bukan sekedar membayar pajaknya, namun termasuk juga bagaimana nantinya pemenuhan ekspektasi masyarakat terhadap pengenaan pajak ini. Seberapa yakin para pelaku usaha khususnya UMKM terhadap imbal balik atas kewajiban membayar pajak, apakah akan diimbangi dengan hak untuk :
  • Menikmati infrastruktur yang baik sehingga biaya menjadi lebih efisien,

  • Mendapatkan pelayanan birokrasi yang ramah dan tidak berbelit-belit,

  • Menikmati  kebijakan yang masuk akal dan memenuhi rasa keadilan masyarakat

  • Yakin terhadap kesungguhan komitmen terhadap pemberantasan korupsi
Selanjutnya, menimbang daya dukung UMKM terhadap laju perekonomian, maka yang perlu dipikirkan selain menarik pajak dari mereka, justru upaya-upaya apa yang dapat dilakukan agar UKM dapat berkembang. Beberapa hal yang dapat dipikirkan :
  • Kemudahan perkreditan bagi UMKM. Sepertinya sudah banyak program untuk ini, tinggal sejauh mana sosialisasi dan realisasinya.

  • Ruang untuk berkembang bagi UMKM, antara lain dengan memfasilitasi pemasaran hasil-hasil produksi UMKM, dan bantuan standarisasi mutu agar dapat bersaing tidak hanya di dalam negeri namun juga secara global, sehingga dapat menjadi salah satu penopang ekspor

  • Meningkatkan peran KPPU agar UMKM mendapat ruang dalam persaingan usaha. Sebagai contoh di sektor retail penetrasi hypermarket yang bebas di perkotaan dan pertumbuhan minimarket berjaringan yang sudah jauh masuk ke pedesaan, bahkan berdiri di sekitar pasar tradisional, pastilah terasa dampaknya bagi retail tradisional disekitarnya. Seberapa urgent hal seperti ini untuk segera diatur ?

  • Menyediakan informasi dan akses bagi UMKM untuk dapat saling bekerja sama membangun jaringan baik dalam hal pemasaran bersama maupun saling suply bila hasil produksi mereka saling berhubungan. Misal  adanya asosiasi produsen acessories mobil, dapat di difasilitasi untuk pemasaran bersama ke dealer-dealer mobil, atau saling melengkapi satu dengan yang lain.
Bilamana UMKM dapat didorong menjadi salah satu lokomotif perekonomian, maka keuntungannya adalah selain menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, juga pada akhirnya meningkatkan penerimaan negara dari pajak dan devisa bila berhasil menembus pasar global.

Jadi, masalahnya tidak sederhana lagi bukan ?

Kamis, 03 Januari 2013

Maut Mengintip Keceriaan Liburan di Pantai


Liburan  sekolah adalah saat-saat yang dinantikan, karena pada waktu itulah anak-anak sekolah sejenak meninggalkan kesibukan belajar, atau para pekerja meninggalkan rutinitas kerja dan memanfaatkan waktu untuk berekreasi bersama keluarga.

Bermain di pantai, adalah salah satu pilihan favorit. Bermain air, merupakan permainan yang mengasyikkan, tidak pernah membosakankan. Apalagi Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan, sudah pasti memiliki banyak sekali pantai dan wisata laut yang indah, dari yang sudah mendunia seperti pantai Kuta, Bunaken, atau Belitung maupun banyak lagi nama yang kita kenal seperti Parangtritis, Baron, Kukup, Indrayanti di pesisis selatan DIY, Pantai Teleng Ria Pacitan, Tanjung Kodok Lamongan, Pantai Kartini dan Bandengan di Jepara, Pantai Ngliyep di Malang, Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Carita, Karimunjawa, Pulau Seribu dan masih banyak lagi. Namun berita menyedihkan kita baca di media, pada liburan akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013 ini. Telah terjadi beberapa kecelakaan, di mana keceriaan berenang atau bermain di air berubah menjadi bencana. Inilah beberapa kutipan beritanya :

Kejadian nahas itu bermula saat para santri Pondok Pesantren Raudlatul Falah, Gembong, Pati, Jateng, mengisi liburan di Pantai Bandengan, pada Minggu, 23 Desember kemarin. Tujuh santri berkelompok bermain menggunakan perahu karet. Namun, ombak besar datang dan menghempas perahu yang mereka tumpangi hingga terbalik. Para santri yang tidak mengenakan pelampung itu pun tenggelam. Lima orang hilang ditelan ombak, sementara dua lainnya berhasil menyelamatkan diri. http://jogja.okezone.com/read/2012/12/24/513/736356/tujuh-santri-tenggelam-di-laut-4-tewas-1-hilang

Miswari (15) seorang santri Ponpes Iskarima, Karangpandan, Karanganyar, Jateng hilang tergulung ombak saat berenang bersama 7 rekannya di Pantai Pancer, Pacitan, Kamis (27/12/2012) pagi. Dalam kejadian itu seorang korban korban lain, Fatih (12) warga Ciamis, Jawa Barat kritis dan dilarikan ke RSUD setempat.http://surabaya.detik.com/read/2012/12/28/095514/2128543/475/santri-hilang-ditelan-ombak-pantai-pancer-ditemukan

Semula hanya ingin merayakan liburan akhir tahun, namun naas bagi empat pengunjung pantai selatan karena Selasa (1/1) dikabarkan hilang ditelan ganasnya ombak pantai selatan. Tiga hanyut di Pantai Simedeng, Kabupaten Gunungkidul di antaranya, Dodo (23) warga Kuningan, Aji (23) mahasiswa asal Karawang, Jawa Barat, dan dan Tridadi (30), karyawan restotan yang ada di Pantai Indrayani, tempat para korban menginap. Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkan di tempat kejadian menyebutkan, semula Kedua korban masing-masing Dodo (23), dan Aji (23) asyik mandi di tepi pantai atau yang berdekatan dengan Pantai Indrayani. Semula gelombang laut biasa-biasa saja, namun ketika keduanya baru asyik mandi, tiba-tiba datang ombak besar langsung menggulung keduanya. Kejadian ini diketahui Tridadi (30), karyawan restoran di Pantai Indrayanti, berniat menolongnya namun naas ombak besar justru turut menggulungnya pula.http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/01/139950/Empat-Wisatawan-Hanyut-Ditelan-Ombak-Pantai-Selatan

Asep Supriatna (48), wisatawan asal Cirebon, diduga tenggelam di Pantai Citepus, Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat saat berenang, dan hingga Selasa (01/01) petang belum ditemukan.
“Pencarian terhadap jasad korban belum membuahkan hasil karena hari sudah mulai gelap dan kondisi gelombang cukup tinggi,” kata Ketua Forum Komunikasi SAR Daerah (FKSD), Okih Fajri, Selasa (01/01).http://www.beritasatu.com/mobile/nasional/90200-wisatawan-hilang-di-pantai-citepus.html

Membaca berita di atas, tentu sangat membawa kesedihan yang mendalam. Bagaimana tidak, keluar dari rumah dengan maksud berekreasi, bergembira bersama, namun bencana mengubahnya menjadi kesedihan dan tangisan keluarga.
Di sisi lain, bermain di pantai biasanya jadi kurang asyik kalau tidak bermain air, entah itu sekedar membasahi kaki, berenang atau memanfaatkan fasilitas permainan air yang ada seperti banana boat, jet ski, kano, atau berperahu karet. Namun adanya beberapa kecelakaan tadi, apakah memang bermain air di pantai menjadi demikian menakutkan ? Tentu saja tidak, asal kita tetap waspada dan berhati-hati. Berikut ini beberapa tips yang mungkin bermanfaat untuk kita saat berekreasi di pantai :
  • Jangan lupa berdoa.

  • Perhatikan kondisi badan. Kalau anda lagi tidak fit, atau memang tidak bisa berenang  tidak perlu memaksakan diri untuk berenang atau bermain olahraga air. Masih banyak aktifitas lain yang dapat dilakukan di pantai. Misalnya bermain sepakbola, volley pantai, atau untuk anak-anak dapat membangun istana pasir atau berburu batu karang atau kulit kerang untuk hiasan akuarium di rumah, atau sekedar bersantai dengan menyewa tikar dan berkeliling belanja souvenir.

  • Perhatikan cuaca dan ombak, apakah saat itu ombak sedang besar dan berangin atau tenang. Biasanya ombak di pagi hari relatif lebih tenang daripada sore hari.

  • Perhatikan lokasi-lokasi dengan tanda-tanda larangan berenang. Patuhilah tanda-tanda tersebut, karena dibuat untuk keselamatan pengunjung yang tidak menguasai medan. Lokasi yang ditandai biasanya merupakan area yang lebih dalam, dan mengandung bahaya bila berenang atau bermain sampai di situ. Tanda yang dipakai biasanya berupa bendera atau papan peringatan.

  • Sekalipun pandai berenang, bukan jaminan kita pasti baik-baik saja. Berenang di laut berbeda kondisinya dengan berenang di kolam renang.

  • Bila sedang bermain dengan perahu, banana boat, kano atau jetski, pastikan kita menggunakan pelampung dan perlengkapan keselamatan lainnya, sudah melakukan pemeriksaan kondisi peralatan dan memastikannya bekerja dengan baik, selalu pahami instruksi penggunaan, dan mintalah didampingi petugas bila perlu.

  • Jangan menggunakan perahu atau kano melebihi kapasitas. Katakanlah kalau kita ber enam, dan kapasitas perahu hanya untuk empat orang, lebih baik sewa dua perahu daripada memaksakan satu perahu untuk enam orang.

  • Tetap waspada. Bila kita pergi bersama keluarga atau rombongan teman-teman, pastikan mereka tahu kita berada di lokasi mana. Jangan bermain sendiri terpisah dari rombongan, sehingga bila terjadi sesuatu dengan kita, akan segera terdeteksi.

  • Di setiap pantai, biasanya tersedia fasilitas penjaga pantai atau menara pengawas. Namun demikian, berpikirlah bahwa tanggung jawab keselamatan kita secara pribadi sepenuhnya ada di tangan kita. Apalagi pada waktu musim liburan di mana pantai sedang penuh sesak, tidak mungkin sejumlah penjaga pantai dapat mengawasi pengunjung satu demi satu.
Demikianlah, semoga bermanfaat. Tidak lupa dalam kesempatan ini saya mengucapkan selamat tahun baru, semoga tahun 2013 ini kita dapat lebih bertumbuh dan berkarya. Bagi yang suka ke pantai, silahkan ikut berbagi pengalaman dan tips di bagian komentar.