Jumat, 27 Juli 2012

Ibadah Yang Sejati


Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)

Kata “ibadah”, pada umumnya kita artikan sebagai penyembahan(worship) kepada Allah. Namun kita sering mengasosiasikannya hanya dengan kegiatan ritual peribadatan dalam gereja seperti persekutuan doa dan kebaktian. Contohnya kita mengenal istilah Ibadah Pengucapan Syukur, Ibadah Minggu, Ibadah Rabu Abu, dan sebagainya. Namun makna dari ibadah, bukanlah sekedar bentuk kegiatan agamawi yang demikian. Penyembahan kepada Tuhan memiliki arti yang lebih dalam dari sekedar ritual penyembahan menurut aturan agama. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, menyebut ibadah yang sejati adalah hidup yang “mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah”

Ibadah yang sejati adalah suatu persembahan, suatu kurban bagi Allah. Dalam kebaktian Minggu kita pun memberikan persembahan kepada Tuhan berupa harta benda kita. Namun ibadah yang sejati bukanlah persembahan dari harta yang kita miliki, namun mempersembahkan tubuh kita, bukan milik kita yang berada di luar diri kita, namun diri kita seutuhnya. Persembahan tubuh berarti menyangkut kemanusiaan kita seutuhnya, yang dengan sadar kita persembahkan bagi Allah, merupakan bentuk penyangkalan diri, bahwa diri kita ini bukan lagi milik kita, namun sepenuhnya milik Allah. Ibadah yang sejati adalah penyerahan total kepada Allah.

Oleh karena ibadah yang sejati adalah penyerahan diri secara total kepada Allah, maka tubuh yang dipersembahkan itu harus memiliki kriteria yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan Allah. Sebagai persembahan yang hidup berarti diri kita yang telah ditebus oleh Kristus. Persembahan yang hidup adalah tubuh yang telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus (Roma 6:11). Jadi yang kita persembahkan adalah hidup kita yang baru, sebagai syukur kita atas penebusan Kristus. Dengan demikian, melalui hidup yang baru itu pula, kita senantiasa rindu untuk hidup kudus dihadapan Allah, karena hanya kekudusanlah yang layak dihadapan Allah yang kudus. Dengan begitu hidup kita dapat selalu berkenan dihadapan-Nya.

Apa yang sudah kita persembahkan bagi Allah sebagai bentuk ibadah kita ?

Jumat, 20 Juli 2012

MEMBERI DENGAN KEMURAHAN HATI

Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. (Matius 14:19)

Tuhan itu baik, kasih setia-Nya tetap dan untuk selama-lamanya. Berkat-Nya mengalir setiap waktu bagi umat-Nya. Amin saudaraku ? Mungkin kalimat ini sering kita dengar dan kita tentu meng-amin-kannya. Hidup yang diberkati Tuhan, sungguh lumrah menjadi bagian dari doa kita sehari-hari, baik dalam doa pribadi, maupun saat kita mendoakan orang lain. Dalam SMS, surat-menyurat, ucapan ulang tahun maupun email pribadi, sering kita menyisipkan akronim GBU (God Bless You), sebagai doa agar sahabat, rekan kita itu diberkati Tuhan selalu.


Hal yang lebih penting dari berkat Tuhan, adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkannya. Ada orang yang menganggap bahwa berkat itu adalah “hak” atau hadiah yang diberikan Tuhan karena menurut, dan berbuat baik. Paradigma hidup yang demikian hanyalah melahirkan sikap yang menilai berkati Tuhan sebagai kenikmatan bagi diri kita saja. Namun bukankah cara pandang yang demikian itu sangat mementingkan diri sendiri? Lalu bagaimana menyikapi berkat Tuhan yang ada pada kita?


Peristiwa Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang, sering kita lihat dari sudut pandang Tuhan yang ajaib membuat mujizat. Namun, dibalik mujizat tersebut, ada nilai-nilai yang dapat kita pelajari :


Pertama, Tuhan Yesus menunjukkan kasih dan kepedulian kepada umat-Nya. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (Mat 14:16).

Kedua, Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya untuk memberikan apa yang ada pada mereka, sebagai bentuk keperdulian mereka kepada sesama. Bukan masalah seberapa besar, namun bagaimana hati mereka mau menyerahkannya untuk perkerjaan Tuhan. Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." (Mat 14:17-18)

Ketiga, Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya agar tidak berfokus pada berkat, tapi kepada Bapa sang pemberi berkat. Sebelum membagikan berkat, Tuhan Yesus  mengawali dengan doa ucapan syukur (Mat 14:19). Mujizat pun terjadi, 5.000 orang dikenyangkan dengan 5 roti dan 2 ikan.

Mungkin kita hanya punya 5 roti dan 2 ikan, namun kalau Tuhan mau memakainya, akan menjadi berkat yang luar biasa. Bagian kita adalah menyadari bahwa berkat yang dipercayakan pada kita itu tetaplah milik Tuhan. Karena itu, kalau kita bisa memberi lakukanlah itu demi kemurahan Allah karena kita hanyalah melaksanakan tugas sebagai saluran berkat. Kita bisa memberi bukan karena kita punya, tapi karena kemurahan Allah berlimpah atas kita.

Jumat, 13 Juli 2012

Hari Pertama Masuk Sekolah Adalah Hari Yang Menjengkelkan

Baru beberapa hari yang lalu berjalan-jalan ke supermarket, bertemu seorang Ibu yang meminta saran, bagaimana caranya bisa tahu sebuah jeruk dengan diameter 7 cm. Pertanyaan yang aneh. Usut punya usut ternyata permintaan anak yang lagi menghadapi masa orientasi di sebuah sekolah menengah. Hahaha… lucu, sekaligus menyebalkan. Hari pertama masuk sekolah, bagi siswa baru tampaknya adalah hari yang paling menjengkelkan. Betapa tidak ? Sudah dapat dibayangkan sambutan yang jauh dari ramah, bukannya diterima baik-baik malah dikerjain. Barangkali demikian citra umum dari masa orientasi siswa baru yang telah menjadi tradisi bertahun-tahun di banyak sekolah. Dulunya tradisi demikian lebih banyak tampak di perguruan tinggi, tapi kelihatannya akhir-akhir ini menular pula ke Sekolah Menengah.


Jaman dulu, kegiatan orientasi sangat identik dengan perploncoan. Secara umum mahasiswa atau siswa baru disela-sela kegiatan orientasi di kelas, mereka juga harus menghadapi kakak-kakak kelas yang budiman, tukang ngerjain yang harus dituruti, tukang bentak sok galak dan arogan tidak boleh salah. Semua perintahnya harus dituruti, kalau tidak hukuman yang aneh-aneh harus diterima. Banyak alasan yang digunakan untuk mencari pembenaran dari pelestarian kegiatan yang sekilas sangat tidak masuk akal dilakukan di dalam dunia pendidikan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda, yang katanya masa depan bangsa itu.


Beberapa alasan yang sering kita dengar, dalam tekanan kakak kelas galak itu diharapkan anak baru memiliki solidaritas yang tinggi satu dengan yang lain, lebih cepat mengenal teman maupun kakak kelas,  ujian mental agar tidak jadi anak mami yang cengeng, dan berbagai argumen lainnya. Di sisi lain, banyak fihak yang melihatnya sebagai bentuk balas dendam karena para senior itu dulunya juga dibegitukan sehingga sekaranglah waktunya panen ngerjain anak baru. Itulah dinamikanya masa orientasi yang sempat saya kenal di masa lalu, yang semoga di hari-hari ini sudah ber evolusi menjadi lebih baik, edukatif dan lebih bersahabat.


Akibat yang ditimbulkan memang tidak selalu negatif. Banyak juga yang melihat kegiatan perploncoan itu asyik dan seru, walaupun menjengkelkan dan menyebalkan.Namun dilihat dari kacamata apapun, kegiatan orientasi yang diisi dengan kegiatan perploncoan demikian, tampaknya kurang selaras dengan tujuan pendidikan dalam undang-undang dasar, yaitu suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.  Sudah waktunya tata cara “perploncoan” ini dihapuskan dari menu orientasi siswa baru digantikan dengan kegiatan lain yang lebih positif dan bermanfaat tanpa mengurangi esensi dari tujuan diselenggarakannya masa orientasi itu.
Sekolah sebagai penyelenggara semestinya dapat mengarahkan para panitia orientasi yang biasa dipegang oleh organisasi kesiswaan untuk dapat menjadi kakak-kakak yang ramah, bersahabat dan membimbing adik-adik barunya.


Selamat menikmati tahun ajaran baru, semoga berkesan dan menyenangkan.

Selasa, 10 Juli 2012

Uji Kecerdasan Politik Warga DKI


Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba …..

Hari ini 11 Juli 2012, warga DKI akan mendatangi TPS untuk memilih Gubernur yang baru. Aura persaingan, kampanye, blow up media Pilkada DKI tahun 2012 tampaknya cukup istimewa, karena mengundang banyak perhatian baik warga DKI maupun rakyat Indonesia pada umumnya. Banyak yang berpendapat, perebutan jabatan Gubernur DKI sangat strategis, tidak hanya karena mengendalikan ibukota negara dan sentral ekonomi nasional (dimana sebagian besar uang RI berputar), juga secara politis dianggap menentukan peta politik menuju pergantian kekuasan nasional 2014. Selain itu, dengan semakin banyaknya pilihan calon membuat gairah masyarakat untuk memperhatikan dan berharap Jakarta akan menjadi lebih baik menjadi semakin tinggi. Bahkan orang yang biasanya apatis dengan politik pun sekarang menjadi pengamat Pilkada DKI.

Menjadi Gubernur DKI mestinya tidak sama dengan mengatur daerah lain di Indonesia. Di Jakarta, rakyat yang diatur dari Presiden sampai pemulung, dari anggota DPR sampai pedagang sapi, dari pengusaha paus hingga pengusaha teri. Masalah Jakarta pun tak kalah kompleks, karena problem Jakarta menyangkut semua problema kota metropolitan dan menyangkut citra bangsa dan negara, karena Jakarta lah serambi Indonesia. Kalau orang asing masuk ibukota negara melihat kekacauan, maka dianggap kacaulah bangsa ini. Yang menarik, dalam kampanye para calon tampaknya menyelesaikan masalah Jakarta seperti kemacetan, banjir, pendidikan, penataan wilayah kumuh, kemiskinan dan sebagainya, seolah menjadi masalah yang mudah diselesaikan. Bahkan kalau dipikir jauh sebelum Foke jadi Gubernur pun masalah itu sudah ada, dan sampai hari ini tidak tuntas. Jadi, mengapa dalam kampanye2 masalah-masalah itu sepertinya mudah diatasi ? Bahkan ada yang berani pasang target 3 tahun kelar ? Luar biasa memang.

Hari ini kecerdasan politik warga DKI diuji. Kampanye tinggalah kampanye, tidak afdol kalau tidak berjanji, tidak seru kalau tidak menebar pesona dan jargon. Namanya juga kampanye, semua calon maunya menjual diri, yang mudah-mudahan laku. Masalah mewujudkan janji, itu persoalan nanti kalau terpilih bukan ? Saya yakin di dalam jajaran birokrasi DKI tentu banyak sekali orang-orang pintar yang tahu persis persoalan DKI. Hanya mengapa penyelesaiannya tidak pernah tuntas, itu yang jadi pertanyaannya. Bahkan Gubernur lulusan Jerman pun tak mampu menuntaskannya. Apakah dia kurang pandai ? Tampaknya tidak. Jadi yang menjadi persoalan bukanlah pada kepintaran, tapi kepemimpinan.

DKI membutuhkan kepemimpinan yang tegas, berwibawa dan dipercaya oleh warga DKI. Hanya dengan kepemimpinan yang didukung, semua visi dan program pemimpin DKI baru bisa jalan. Sepintar apapun pemimpinnya kalau tidak legitimate dan didukung oleh seluruh jajaran birokrasi hingga rakyatnya, akan sangat berat menjalankan roda pemerintahan.
Oleh karena itu, warga Jakarta harus jeli melihat para calon, bukan pada apa yang mereka janjikan, tapi lebih pada karakter kepemimpinannya :
1. Siapa yang mempunyai visi yang paling jelas untuk DKI, track record kepemimpinan yang berwibawa, disegani dan kredible di mata rakyat?
2. Siapa yang memiliki kapasitas kepemimpinan untuk berani tegas memberantas korupsi, mendisiplinkan jajarannya, dan bersih dari KKN, sekaligus komitmen yang kuat untuk DKI ?
3.  Siapa yang paling jauh dari kepentingan dibelakang layar dari elit politik nasional yang mencoba mencari kendaraan politik nasional dengan menguasai Jakarta ?
4. Siapa yang paling mampu menahan diri dari bargaining politik dan ekonomi, tegas untuk tidak berkompromi dengan kepentingan sekelompok kecil elit politik dan ekonomi dalam membagun dan menata Jakarta ?
5. Siapa yang paling memiliki kepekaan  untuk melihat persoalan Jakarta dari jendela hati yang terdalam, untuk memulai menata Jakarta dengan menyelesaikan masalah-masalah yang paling menyentuh kepentingan mereka yang selama ini terpinggirkan ; seperti masalah urbanisasi, kemiskinan, dan penataan sektor informal.
6. Siapa yang paling tegas dan mampu menimbulkan rasa aman bagi warga Jakarta, terkait persoalan kriminalitas, tawuran, premanisme dan konflik antar kelompok ?
7. Seharusnya masih banyak daftar karakter lain yang dibutuhkan warga Jakarta, silahkan Anda menambahkannya.

Yang jelas, 5 menit waktu anda merenung dan kemudian mencoblos, menjadi keputusan nasib Jakarta 5 tahun ke depan. Boleh saja ada orang beranggapan “buat saya siapa Gubernurnya ngga ngaruh” tapi yang jelas ketidakpedulian itu seringkali mendatangkan kekecewaan diakhir nanti. Kekecewaan karena terpikat janji dan hingar bingar panggung kampanye dengan penyanyi seksinya, kekecewaan karena terpikat selembar Rp. 50,000 -an, bahkan kekecewaan karena tidak menggunakan hak pilih (karena bisa saja disalahgunakan untuk kepentingan calon tertentu).  Kalaupun tidak ada yang ideal, paling tidak anda bisa memilih salah satu calon dengan masalah yang paling sedikit.

Kepada warga DKI, selamat berlibur, selamat berpesta demokrasi, semoga sukses menemukan  Gubernur DKI idaman Anda.

Senin, 09 Juli 2012

Kearifan Lokal di Sunday Market

Hari Minggu pagi, matahari baru saja terbit, tapi di ujung jalan Raya Solo Baru sudah tampak ramai. Ratusan, mungkin juga ribuan orang lalu lalang diseputar bundaran air mancur Solo Baru. Mereka bukan tampak seperti orang yang sedang berolah raga, tapi lebih mirip orang ke pasar - banyak orang berjualan, banyak orang yang sekedar lihat kiri – kanan, berbelanja atau menikmati jajanan yang disediakan. Aneka barang dan jasa tersedia di sini, dari mainan anak-anak, pakaian, jajanan, makanan berat, es krim, ikan hias, tanaman, dan sebagainya. Namun suasana ini tidak berjalan lama. Menjelang pukul 09.00 lokasi mulai sepi, dan kembali menjadi fungsinya semula, yaitu jalan raya. Kalau anda warga Solo, atau kebetulan pernah berjalan-jalan di seputar kota Solo di Minggu pagi, pemandangan pasar kaget Minggu pagi ini dapat dijumpai tidak hanya di Solo Baru, namun juga di dalam Stadion Manahan Solo, seputar UNS, dan sekitar Alun-Alun Utara. Apalagi sejak adanya event Car Free Day, bertambah lagi hiburan Minggu pagi.
Pasar kaget di Minggu pagi, atau kita sebut saja sebagai Sunday Market, yang munculnya hanya 3-4 jam saja di Minggu pagi menjadi fenomena yang menarik. Di beberapa kota lain, biasanya kota Kabupaten atau Kecamatan di Jawa Tengah kita temukan juga kegiatan semacam ini digelar di alun-alun kota pada hari Sabtu atau malam minggu. Mengapa menarik ? Di sinilah kita melihat terbentuknya suatu pranata sosial yang tidak hanya semata bermotif ekonomi, namun juga potret kearifan lokal, dimana pasar kaget tersebut menjadi tempat berekreasi, berinteraksi dan bersosialisasi.
Secara ekonomi, tentu munculnya Sunday Market ini diawali dengan adanya peluang pasar. Dulunya wilayah itu sepi, hanya saja setiap Minggu pagi banyak orang yang berolah raga atau berjalan-jalan bersama keluarga, sekedar menghirup udara segar. Di mana ada orang berkumpul, mulai berdatangan para pedagang untuk mengais rejeki di situ. Pertama-tama tentu para pedagang makanan, supaya selesai berolah raga atau berjalan-jalan bisa menikmati jajanan atau sarapan pagi. Mungkin juga, karena hadirnya anak-anak, menjadi peluang juga bagi pedagang mainan dan jajanan anak. Karena gayung bersambut, lama kelamaan tanpa ada yang mengkoordinir lahirlah pasar kaget Sunday Market itu. Inilah cermin perekonomian kita yang banyak ditopang oleh sektor informal, sehingga suasana apapun menjadi ladang yang subur para pedagang kaki lima.Semakin banyaknya pedagang yang berjualan dengan beraneka ragam barang, akhirnya menarik minat orang untuk datang ke situ.Banyak orang datang bukan lagi sekedar berolah raga atau menghirup udara segar, tapi juga berkembang menjadi mereka yang ingin menikmati rekreasi murah besama kawan dan keluarga. Jadilah pasar kaget itu sebagai tempat rekreasi yang murah meriah, bukan sekedar tempat bertransaksi kebutuhan, namun juga menjadi ajang rekreasi dan bersosialisasi.
Disini kita melihat terbentuknya sebuah mall yang bukan berasal dari kekuatan pemodal besar dengan gedung yang megah dan menjulang, namun berasal dari bekerjanya “invisible hand” (hukum permintaan dan penawaran) dalam wadah pranata sosial yang khas. Berbeda dari mall yang menyedot perhatian orang dengan tenant yang terkenal dan sarana hiburan dan permainan yang mahal dan modern, Sunday Market menarik mereka yang merindukan suasana yang guyub, rukun, dimana kearifan lokal tercermin dari jajanan kampung, makanan seperti nasi liwet, bubur ayam, soto, tahu kupat, mainan tradisional, kereta kuda keliling lokasi, dan suasana informal dimana anda tidak perlu risih datang ke sana dengan menggunakan sandal jepit, belum mandi, bahkan masih berpakaian ala baby-doll.
Di satu sisi, tentu ada orang yang sedikit merasa kesal karena pagi-pagi sudah harus menghadapi kemacetan akibat keramaian yang ditimbulkan, sehingga melihat dari sisi ketidaknyamanan dan ketergangguan kita sehingga melihatnya tidak berguna. Kita terpaku pada keberhasilan pembangunan yang diukur dengan kemegahan gedung perkantoran, pasar modern, mall, dan perkembangan infrastruktur perkotaan. Ada saatnya kita perlu melihat sisi lain dari negeri ini, yaitu sektor informal yang ikut menyangga perekonomian, tanpa merepotkan pemeritah untuk memberi mereka pekerjaan, dan secara statistik menghapus diri mereka dari kelompok pengangguran. Yang mereka butuhkan hanyalah akses untuk bertumbuh, untuk di tata, bukan dibinasakan. Barangkali disinilah kita dapat menemukan arti dari konsep “trickle down effect” dalam perekonomian, dimana ada bagian kecil dari perputaran uang yang demikian besar di negeri ini benar-benar dapat menetes sampai ke level paling bawah. Bukankah ini roh dari ekonomi kerakyatan itu ?

Sabtu, 07 Juli 2012

KOLEKTOR GADGET



Pernahkah anda menemui orang dengan multi gadget seperti ini : duduk bekerja di depan laptop, namun sesekali melirik ke blackberry nya yang berbunyi kalau-kalau ada BBM yang masuk. Sesaat menerima menelpon dengan HP lainnya. Sejenak melemaskan otot dari depan laptop, tangan beralih mengelus Ipad atau tablet android untuk memainkan game kesayangan, sambil menikmati lagu yang mengalun lembut dari Ipod yang terpasang manis di docking speakernya. Lengkap sudah kebahagiaan sang kolektor gadget, yang hidup dikelilingi oleh bermacam gadgetnya.

Sebagian orang yang praktis, tentu berpikir bukankah semua fungsi yang dibutuhkan itu tadi dapat dipenuhi oleh maksimal 2 gadget saja ? Satu buah komputer/laptop untuk bekerja, terima dan kirim email, browsing internet, menghibur diri dengan game, musik atau video dan sebuah HP dengan koneksi internet yang dapat digunakan sebagai modem sekaligus menelpon, SMS, texting (BBM dengan BB atau chat dengan Android), mendengarkan musik, memutar video secara mobile, dan bermain game. Lalu mengapa harus punya banyak gadget ?

Ada orang yang punya alasan lifestyle, dimana status sosial haruslah didukung dengan tentengan gadget terbaru. Dengan demikian, kehadiran sebuah HP, blackberry, Ipad atau tablet menjadi tuntutan penampilan. Tak heran kalau kita melihat banyak orang memiliki dan berlangganan layanan blackberry yang sesungguhnya ditujukan untuk aplikasi perkantoran karena kecanggihan push email dan BBM-chat justru lebih banyak dimanfaatkan sebagai social media, alias media rumpisari. Yang penting kalau pas makan bareng diluar, gadget yang ditaruh di atas meja nggak jauh beda dengan rekan semeja. Apalagi kalau ditanya tidak punya PIN BB, apa kata dunia ? Atau, sudah umum kan, kita melihat anak-anak kecil yang menenteng tablet PC atau Ipad yang peruntukan utamanya adalah bermain games.

Ada juga orang dengan alasan praktis, memiliki berbagai macam gadget dengan alasan apa boleh buat. Memiliki HP adalah suatu keharusan, karena masih menjadi komunikasi utama, namun tidak suka digabung dengan Iphone atau Blackberry nya dengan alasan batere yang cepat habis, atau lebih baik ada 2 supaya aktifitas browsing atau texting tidak terganggu telepon. Lalu mengapa selan HP masih harus punya blackberry dan ipad atau tablet android sekaligus ? Nah, ini biasanya didahului dengan keluhan, keduanya punya fungsi berbeda yang tidak asyik bila disatukan. Di satu sisi harus punya blackberry karena tuntutan rekanan bisnis yang maunya ber BBM ria, dan menolak karena tidak mau (tidak bisa) chatting dengan software chatting lain seperti ping chat atau whatsup. Celakanya aktifitas browsing dan entertainment di BB nggak akan se asyik menggunakan tablet android atau Ipad. Hehehe

Inilah potret konsumen kelas menengah atas kita. Tidak heran kalaupun orang bilang di dunia ini blackberry sedang stress kehilangan market share, tapi tidak demikian di Indonesia. Mengapa ? Di dunia blackberry banyak dimakan android dan iphone, namun di Indonesia, mereka dapat hidup berdampingan dengan damai. Hal ini menjadi cermin betapa luar biasanya daya beli dan nafsu belanja kelas menengah ke atas di Indonesia. Oleh karenanya tidak heran Indonesia menjadi pasar yang sangat diperhitungkan oleh produsen-produsen kelas dunia. Kita melihat bukan sekedar soal gadget, namun produk-produk fashion kelas dunia pun berjejer di mall-mall Indonesia, seperti Gucci, Luis Vuitton, Mont Blanc, dan sebaginya.

Kembali soal gadget, berapa banyak gadget di saku anda hari ini ?