Jumat, 27 Juli 2012
Ibadah Yang Sejati
Jumat, 20 Juli 2012
MEMBERI DENGAN KEMURAHAN HATI
Hal yang lebih penting dari berkat Tuhan, adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkannya. Ada orang yang menganggap bahwa berkat itu adalah “hak” atau hadiah yang diberikan Tuhan karena menurut, dan berbuat baik. Paradigma hidup yang demikian hanyalah melahirkan sikap yang menilai berkati Tuhan sebagai kenikmatan bagi diri kita saja. Namun bukankah cara pandang yang demikian itu sangat mementingkan diri sendiri? Lalu bagaimana menyikapi berkat Tuhan yang ada pada kita?
Peristiwa Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang, sering kita lihat dari sudut pandang Tuhan yang ajaib membuat mujizat. Namun, dibalik mujizat tersebut, ada nilai-nilai yang dapat kita pelajari :
Pertama, Tuhan Yesus menunjukkan kasih dan kepedulian kepada umat-Nya. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (Mat 14:16).
Jumat, 13 Juli 2012
Hari Pertama Masuk Sekolah Adalah Hari Yang Menjengkelkan
Jaman dulu, kegiatan orientasi sangat identik dengan perploncoan. Secara umum mahasiswa atau siswa baru disela-sela kegiatan orientasi di kelas, mereka juga harus menghadapi kakak-kakak kelas yang budiman, tukang ngerjain yang harus dituruti, tukang bentak sok galak dan arogan tidak boleh salah. Semua perintahnya harus dituruti, kalau tidak hukuman yang aneh-aneh harus diterima. Banyak alasan yang digunakan untuk mencari pembenaran dari pelestarian kegiatan yang sekilas sangat tidak masuk akal dilakukan di dalam dunia pendidikan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda, yang katanya masa depan bangsa itu.
Beberapa alasan yang sering kita dengar, dalam tekanan kakak kelas galak itu diharapkan anak baru memiliki solidaritas yang tinggi satu dengan yang lain, lebih cepat mengenal teman maupun kakak kelas, ujian mental agar tidak jadi anak mami yang cengeng, dan berbagai argumen lainnya. Di sisi lain, banyak fihak yang melihatnya sebagai bentuk balas dendam karena para senior itu dulunya juga dibegitukan sehingga sekaranglah waktunya panen ngerjain anak baru. Itulah dinamikanya masa orientasi yang sempat saya kenal di masa lalu, yang semoga di hari-hari ini sudah ber evolusi menjadi lebih baik, edukatif dan lebih bersahabat.
Akibat yang ditimbulkan memang tidak selalu negatif. Banyak juga yang melihat kegiatan perploncoan itu asyik dan seru, walaupun menjengkelkan dan menyebalkan.Namun dilihat dari kacamata apapun, kegiatan orientasi yang diisi dengan kegiatan perploncoan demikian, tampaknya kurang selaras dengan tujuan pendidikan dalam undang-undang dasar, yaitu suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah waktunya tata cara “perploncoan” ini dihapuskan dari menu orientasi siswa baru digantikan dengan kegiatan lain yang lebih positif dan bermanfaat tanpa mengurangi esensi dari tujuan diselenggarakannya masa orientasi itu.
Sekolah sebagai penyelenggara semestinya dapat mengarahkan para panitia orientasi yang biasa dipegang oleh organisasi kesiswaan untuk dapat menjadi kakak-kakak yang ramah, bersahabat dan membimbing adik-adik barunya.
Selamat menikmati tahun ajaran baru, semoga berkesan dan menyenangkan.
Selasa, 10 Juli 2012
Uji Kecerdasan Politik Warga DKI
Senin, 09 Juli 2012
Kearifan Lokal di Sunday Market
Hari Minggu pagi, matahari baru saja terbit, tapi di ujung jalan Raya Solo Baru sudah tampak ramai. Ratusan, mungkin juga ribuan orang lalu lalang diseputar bundaran air mancur Solo Baru. Mereka bukan tampak seperti orang yang sedang berolah raga, tapi lebih mirip orang ke pasar - banyak orang berjualan, banyak orang yang sekedar lihat kiri – kanan, berbelanja atau menikmati jajanan yang disediakan. Aneka barang dan jasa tersedia di sini, dari mainan anak-anak, pakaian, jajanan, makanan berat, es krim, ikan hias, tanaman, dan sebagainya. Namun suasana ini tidak berjalan lama. Menjelang pukul 09.00 lokasi mulai sepi, dan kembali menjadi fungsinya semula, yaitu jalan raya. Kalau anda warga Solo, atau kebetulan pernah berjalan-jalan di seputar kota Solo di Minggu pagi, pemandangan pasar kaget Minggu pagi ini dapat dijumpai tidak hanya di Solo Baru, namun juga di dalam Stadion Manahan Solo, seputar UNS, dan sekitar Alun-Alun Utara. Apalagi sejak adanya event Car Free Day, bertambah lagi hiburan Minggu pagi.
Pasar kaget di Minggu pagi, atau kita sebut saja sebagai Sunday Market, yang munculnya hanya 3-4 jam saja di Minggu pagi menjadi fenomena yang menarik. Di beberapa kota lain, biasanya kota Kabupaten atau Kecamatan di Jawa Tengah kita temukan juga kegiatan semacam ini digelar di alun-alun kota pada hari Sabtu atau malam minggu. Mengapa menarik ? Di sinilah kita melihat terbentuknya suatu pranata sosial yang tidak hanya semata bermotif ekonomi, namun juga potret kearifan lokal, dimana pasar kaget tersebut menjadi tempat berekreasi, berinteraksi dan bersosialisasi.
Secara ekonomi, tentu munculnya Sunday Market ini diawali dengan adanya peluang pasar. Dulunya wilayah itu sepi, hanya saja setiap Minggu pagi banyak orang yang berolah raga atau berjalan-jalan bersama keluarga, sekedar menghirup udara segar. Di mana ada orang berkumpul, mulai berdatangan para pedagang untuk mengais rejeki di situ. Pertama-tama tentu para pedagang makanan, supaya selesai berolah raga atau berjalan-jalan bisa menikmati jajanan atau sarapan pagi. Mungkin juga, karena hadirnya anak-anak, menjadi peluang juga bagi pedagang mainan dan jajanan anak. Karena gayung bersambut, lama kelamaan tanpa ada yang mengkoordinir lahirlah pasar kaget Sunday Market itu. Inilah cermin perekonomian kita yang banyak ditopang oleh sektor informal, sehingga suasana apapun menjadi ladang yang subur para pedagang kaki lima.Semakin banyaknya pedagang yang berjualan dengan beraneka ragam barang, akhirnya menarik minat orang untuk datang ke situ.Banyak orang datang bukan lagi sekedar berolah raga atau menghirup udara segar, tapi juga berkembang menjadi mereka yang ingin menikmati rekreasi murah besama kawan dan keluarga. Jadilah pasar kaget itu sebagai tempat rekreasi yang murah meriah, bukan sekedar tempat bertransaksi kebutuhan, namun juga menjadi ajang rekreasi dan bersosialisasi.
Disini kita melihat terbentuknya sebuah mall yang bukan berasal dari kekuatan pemodal besar dengan gedung yang megah dan menjulang, namun berasal dari bekerjanya “invisible hand” (hukum permintaan dan penawaran) dalam wadah pranata sosial yang khas. Berbeda dari mall yang menyedot perhatian orang dengan tenant yang terkenal dan sarana hiburan dan permainan yang mahal dan modern, Sunday Market menarik mereka yang merindukan suasana yang guyub, rukun, dimana kearifan lokal tercermin dari jajanan kampung, makanan seperti nasi liwet, bubur ayam, soto, tahu kupat, mainan tradisional, kereta kuda keliling lokasi, dan suasana informal dimana anda tidak perlu risih datang ke sana dengan menggunakan sandal jepit, belum mandi, bahkan masih berpakaian ala baby-doll.
Di satu sisi, tentu ada orang yang sedikit merasa kesal karena pagi-pagi sudah harus menghadapi kemacetan akibat keramaian yang ditimbulkan, sehingga melihat dari sisi ketidaknyamanan dan ketergangguan kita sehingga melihatnya tidak berguna. Kita terpaku pada keberhasilan pembangunan yang diukur dengan kemegahan gedung perkantoran, pasar modern, mall, dan perkembangan infrastruktur perkotaan. Ada saatnya kita perlu melihat sisi lain dari negeri ini, yaitu sektor informal yang ikut menyangga perekonomian, tanpa merepotkan pemeritah untuk memberi mereka pekerjaan, dan secara statistik menghapus diri mereka dari kelompok pengangguran. Yang mereka butuhkan hanyalah akses untuk bertumbuh, untuk di tata, bukan dibinasakan. Barangkali disinilah kita dapat menemukan arti dari konsep “trickle down effect” dalam perekonomian, dimana ada bagian kecil dari perputaran uang yang demikian besar di negeri ini benar-benar dapat menetes sampai ke level paling bawah. Bukankah ini roh dari ekonomi kerakyatan itu ?