Setiap
tahun Kebangkitan Nasional diperingati, dan disitu kita diingatkan akan satu momentum
dimana kesadaran untuk bersatu sebagai
suatu bangsa, yang memiliki martabat dan hak untuk menentukan nasibnya
sendiri telah menimbulkan cikal bakal semangat untuk merdeka dari penjajahan.
Nilai-nilai kebangsaan ini semakin bergulir dengan munculnya berbagai macam
organisasi lain dengan tujuan yang sama. Semangat itu pula yang melahirkan
Kongres Pemuda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda. Semangat itu pula yang
melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita adalah generasi pewaris.
Tentu semangat nasionalisme bukan lagi bicara soal penjajahan. Nasionalisme Indonesia
kini adalah tantangan kita untuk menjaga harga diri kita sebagai bangsa, yang telah
dibayar mahal oleh ratusan tahun perjuangan.
Harga
diri bangsa itu yang hari ini sedang kita pertanyakan kembali, sedang kita
prihatinkan bersama. Reformasi politik yang diharapkan menjadi bentuk Kebangkitan
Nasional kita sebagai bangsa, yang konon berhasil menumbangkan rezim Orde Baru
dan membawa angin segar bagi perkembangan demokrasi Indonesia, masih menyisakan
banyak pekerjaan rumah. Eforia politik dan demokratisasi justru menimbulkan masalah
baru, yang menunjukkan ketidakdewasaan dalam berdemokrasi. Banyak orang mau
menikmati kebebasan namun kurang menghormati hak orang lain. Saat kesempatan
berkuasa didapat, rupanya kepentingan pribadi dan golongan yang dikedepankan.
KKN yang menjadi senjata para reformator untuk menumbangkan Orba justru menjadi
penyakit yang makin kronis saja hari ini. Saat kita mengklaim semakin
demokratis, justru semakin banyak benturan antar kelompok, yang menunjukkan
Negara sebagai pemegang kunci persatuan dan kesatuan bangsa masih gamang bersikap tegas, sehingga memilih absen ketimbang mengambil tindakan.
Hari
ini, kita kembali mengingat kebangkitan Nasional. Tampaknya kurang begitu
meriah, tidak banyak bendera dan baliho didirikan. Tak juga tampak upacara di
berbagai tempat, barangkali ditunda besok karena ini hari Minggu. Semoga “semangat
bersatu sebagai bangsa untuk berfokus pada tujuan Nasional” tidak juga dianggap
sepi. Semoga masih ada harapan, keinginan kita untuk bersama bahu membahu
memikirkan nasib bangsa ini. Kok sedih ya rasanya, melihat disekitar kita
banyak orang yang punya kesempatan untuk menjadi penggerak semangat bersatu dan
berbangsa, justru tidak sempat lagi berpikir dan bertindak ke sana karena
disibukkan dengan urusannya sendiri. Kapan kita bisa maju bersama kalau masih
juga ribut sendiri ?
Selamat
memperingati hari Kebangkitan Nasional bagi yang merayakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar