Minggu, 20 Mei 2012

Kebangkitan Nasional Yang Sepi

Hari ini, 20 Mei 2012 merupakan hari dimana bangsa Indonesia memperingati 104 tahun Kebangkitan Nasional. Pada tanggal 20 Mei 1908, hari lahirnya Boedi Oetomo disepakati sebagai hari lahirnya semangat berbangsa, munculnya kesadaran untuk bersatu yang dipelopori oleh kaum muda. Wikipedia mencatat kelahiran Boedi Oetomo sebagai berikut : Budi Utomo (ejaan Soewandi: Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soerajipada tanggal 20 Mei 1908. Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.

Setiap tahun Kebangkitan Nasional diperingati, dan disitu kita diingatkan akan satu momentum dimana kesadaran untuk bersatu sebagai  suatu bangsa, yang memiliki martabat dan hak untuk menentukan nasibnya sendiri telah menimbulkan cikal bakal semangat untuk merdeka dari penjajahan. Nilai-nilai kebangsaan ini semakin bergulir dengan munculnya berbagai macam organisasi lain dengan tujuan yang sama. Semangat itu pula yang melahirkan Kongres Pemuda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda. Semangat itu pula yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita adalah generasi pewaris. Tentu semangat nasionalisme bukan lagi bicara soal penjajahan. Nasionalisme Indonesia kini adalah tantangan kita untuk menjaga harga diri kita sebagai bangsa, yang telah dibayar mahal oleh ratusan tahun perjuangan.

Harga diri bangsa itu yang hari ini sedang kita pertanyakan kembali, sedang kita prihatinkan bersama. Reformasi politik yang diharapkan menjadi bentuk Kebangkitan Nasional kita sebagai bangsa, yang konon berhasil menumbangkan rezim Orde Baru dan membawa angin segar bagi perkembangan demokrasi Indonesia, masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Eforia politik dan demokratisasi justru menimbulkan masalah baru, yang menunjukkan ketidakdewasaan dalam berdemokrasi. Banyak orang mau menikmati kebebasan namun kurang menghormati hak orang lain. Saat kesempatan berkuasa didapat, rupanya kepentingan pribadi dan golongan yang dikedepankan. KKN yang menjadi senjata para reformator untuk menumbangkan Orba justru menjadi penyakit yang makin kronis saja hari ini. Saat kita mengklaim semakin demokratis, justru semakin banyak benturan antar kelompok, yang menunjukkan Negara sebagai pemegang kunci persatuan dan kesatuan bangsa masih gamang bersikap tegas, sehingga memilih absen ketimbang mengambil tindakan.

Hari ini, kita kembali mengingat kebangkitan Nasional. Tampaknya kurang begitu meriah, tidak banyak bendera dan baliho didirikan. Tak juga tampak upacara di berbagai tempat, barangkali ditunda besok karena ini hari Minggu. Semoga “semangat bersatu sebagai bangsa untuk berfokus pada tujuan Nasional” tidak juga dianggap sepi. Semoga masih ada harapan, keinginan kita untuk bersama bahu membahu memikirkan nasib bangsa ini. Kok sedih ya rasanya, melihat disekitar kita banyak orang yang punya kesempatan untuk menjadi penggerak semangat bersatu dan berbangsa, justru tidak sempat lagi berpikir dan bertindak ke sana karena disibukkan dengan urusannya sendiri. Kapan kita bisa maju bersama kalau masih juga ribut sendiri ?

Selamat memperingati hari Kebangkitan Nasional bagi yang merayakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar