Sabtu, 19 Mei 2012

There's No Place Like Home


“Harta yang paling berharga, adalah keluarga… istana yang paling indah, adalah keluarga… puisi yang paling bermakna adalah keluarga.. mutiara tiada tara adalah keluarga…“ jaman dulu kala sering denger lagu ini di RCTI. Itulah pembukaan dari soundtrack film Keluarga Cemara. Mungkin generasi jadul cukup akrab dengan keluarga Cemara yang bersahaja (walaupun kalo dipikir-pikir gak masuk akal juga, sebangkrut-bangkrutnya pengusaha, masak sih sampe narik becak.. minimal buka warung gitu… ha..ha..). Tapi kita tidak sedang akan membicarakan pekerjaan si Abah sih..

Keluarga Cemara merupakan sisi lain dari dunia persinetronan Indonesia, yang menawarkan kesejatian nilai suatu keluarga. Dalam keluarga Cemara, kebahagiaan bukan didasarkan pada harta benda, namun semata-mata oleh cinta kasih yang dibangun sebagai dasar kehidupan keluarga. Dalam keseharian yang diwarnai kerja keras dan tetesan keringat (dalam arti yang sebenarnya.. tuh kan selalu ada adegan mengelap kening yang berkeringat .. he..he..), namun tidak mengurangi arti dari sukacita karena luasnya hati yang penuh kasih di antara anggota keluarga.. secara visual tampaknya orang susah, tapi selalu ada keceriaan di dalamnya. Sekalipun di dalam kekurangan, mereka tidak kehilangan kegembiraan. Sungguh kontras dengan sinetron jaman sekarang… kalo miskin pasti kerjanya ditindas dan menangis melulu… yang bahagia mereka yang bermobil mewah, rumah gede… tapi anehnya masih juga haus harta.. tidak ada orang yang berkata-kata lembut.. yang ada hanya celaan, mata melotot, bentakan, dan tangisan tak berdaya… oops.. tapi sy tidak bermaksud cerita tentang sinetron nih.. it makes me sick..

Keluarga Cemara boleh jadi tidak benar-benar ada di bumi Indonesia ini. Mereka berada di dalam imajinasi cerdas Arswendo Atmowiloto. Namun melalui Keluarga Cemara, kita belajar mengenai arti keluarga di dalam kehidupan kita.Entah kita sekarang sebagai istri, suami, anak atau orang tua.. di tengah kehidupan yang semakin penuh kesibukan, keluarga semakin kehilangan arti.

Di luar urusan pekerjaan, ada banyak orang yang rela meninggalkan kesempatan menikmati setiap tetesan kasih di dalam keluarga, yang anehnya demi status di luar rumah. Ada banyak orang yang begitu luar biasa di luar rumah, terkenal suka menolong sesama, banyak kegiatan sosial, berbagai macam pelayanan, selalu ada waktu untuk siapa saja, tapi susah punya waktu untuk keluarga, walaupun sekedar membantu anak mengerjakan PR. Kadang ada yang bisa berbuat banyak pada orang lain, tapi malah tidak melakukan apa-apa untuk keluarga. Lalu apa gunanya itu semua ? Katanya cinta keluarga tapi banyak orang tua yang tidak tau persis watak anak-anaknya.. katanya cinta, tapi kenapa anak lebih dekat dengan pengasuh ? Katanya cinta… kenapa suami tak kerasan di rumah.. katanya cinta, tanya kenapa ? padahal ntar kalo kita mati, kalo bukan keluarga, siapa lagi yang mau nangis … (ada atau gak ada yg nangis buat orang mati kayaknya sama aja ya.. ga ngaruh .. ha..ha…ha..)

Ada banyak hal yang tidak bisa di ukur dengan materi. Sayangnya kita telah kehilangan begitu banyak saat menyadarinya. Tentu banyak hal baik yang kita lakukan bukanlah sesuatu yang salah, namun setiap kebaikan yang kita kucurkan sebaiknya diuji di dalam keluarga. Apa yang bisa kita berikan bagi keluarga kita, itulah yang kita bagikan pada orang lain. There’s no place like home, itulah idaman setiap orang yang selalu mempunyai tempat untuk kembali, tempat di mana kita selalu diterima. Itulah indahnya keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar