Rabu, 22 Mei 2013

Berhenti Merokok itu Mudah, tapi Jarang yang Berhasil!


Industri rokok memang unik. Di satu sisi, semakin modern orang semakin mengerti bahwa merokok itu lebih banyak ruginya (duit, kesehatan) dibanding kenikmatannya. Tapi di sisi lain, dilaporkan industri rokok di Indonesia terlihat terus menerus mengalami pertumbuhan, rata-rata 4,4% per tahun dari tahun 2005 – 2012. Gappri memperkirakan konsumsi rokok pada 2012 telah mencapai 300 miliar batang. Kalau diuangkan, tentu bukan uang yang kecil. Triliunan.

Memang banyak upaya Pemerintah untuk membatasi konsumsi rokok, diantaranya :
Pencantuman peringatan pada kemasan : “MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN JANIN”

Pembatasan iklan Rokok (tidak boleh memperlihatkan produk pada semua media iklan) dan pembatasan jam tayang iklan TV (di atas pukul 21.00).

Toh faktanya : omset rokok naik dari tahun ke tahun. Mengapa? Karena pada dasarnya memang belajar merokok lebih mudah daripada berhenti merokok.

Berhenti merokok? Ini topik yang menarik, karena hanya bisa ditulis oleh mantan perokok. (hehe, just kidding …). Seriusnya : topik ini menarik karena berhenti merokok itu tidak mudah. Banyak orang yang berhenti merokok karena dipaksa keadaan (paru-paru dan jantung bermasalah). Tidak bisa dipungkiri merokok itu memang sangat nikmat, sehingga kalau perokok diminta berhenti merokok, tentu reaksi pertamanya bagaikan menyuruh kucing jadi vegetarian. Akan tetapi, berhenti merokok bukanlah hal yang mustahil, karena faktanya banyak juga yang berhasil.

Mengapa merokok? Karena belajar dari orang tua yang merokok, dan belajar dari teman sebaya yang sebagian besar merokok. Sampai hari ini, banyak kita jumpai perokok di usia belasan di sekitar kita. Saya kira pemicu utama justru dari keluarga dan teman dekat yang memberi peluang untuk belajar, dan pada akhirnya mengalami ketergantungan.

Pada dasarnya, dalam hati kecil seorang perokok itu, masih memiliki setitik rasa bersalah. Bukankah demikian? Terbukti, sekarang banyak kita jumpai perokok yang mengakui bahwa merokok itu merugikan kesehatannya, dan juga kesehatan orang lain (perokok pasif) dan mengganggu kenyamanan orang di sekitar. Karenanya mulai bermunculan perokok yang mau merokok di tempat (kotak kaca/akuarium) yang disediakan, menghidar dari kerumunan (supaya tidak mengganggu orang lain) dan bahkan gosok gigi atau berkumur sehabis merokok(untuk mengurangi bau mulut). Tapi di luar orang-orang ini, banyak juga sih yang cuek bebek, merokok di dalam ruang ber-AC, merokok saat berdesakan ngantri, merokok dalam angkutan umum.

Bagi mereka yang memiliki kesadaran bahwa merokok itu tidak baik, mulai terbesit keinginan, seandainya saja saya bisa berhenti merokok, tentu lebih baik. Tapi apa daya, selalu kalah dari keinginan untuk merokok. Ada yang bilang mulut rasanya menjadi asam tanpa rokok, ide ngga bisa keluar tanpa rokok, udah kecanduan rokok, dan lainnya. Kekuatan keinginan merokok itu memiliki dorongan yang kuat lho, untuk membuat orang bersemangat dan berusaha. Demi memenuhi keinginan merokok, bisa berputar-putar kota pukul 12 malam hanya untuk menemukan secercah cahaya lampu rombong rokok yang masih buka (sad but true … )

Agar sukses berhenti merokok, kita harus tahu kiat-kiat berhenti merokok. Dari pengalaman, ada yang sukses dan banyak yang gagal. Diantaraya :


Berhenti beli rokok, dengan harapan bisa mengatasi keinginan merokok karena tidak ada rokok. Kemungkinan gagal sangat tinggi, karena biar bagaimanapun kita punya banyak teman yang baik hati yang setiap saat bersedia berbagi rokok. Kecenderungan perokok akan semakin senang bila merokok bersama (iklan yang bilang “asyiknya rame-rame” emang bener banget). Akhirnya karena sungkan dengan teman, beli lagi deh.

Mengganti rokok dengan permen. Ternyata belakangan baru tahu rokok dan permen rasa mint sangat enak dikonsumsi bareng-bareng. Gagal lagi.

Mengurangi sedikit demi sedikit. Biasanya hanya berkurang di minggu-minggu awal, setelah itu kembali seperti semula. Tidak berhasil.

Mengucilkan diri dari lingkungan perokok. Namun sebagai makhluk sosial, tidak mungkin kita meninggalkan teman gara-gara rokoknya bukan? Gagal.

Lalu, bagaimana bisa berhasil berhenti merokok ?

Barangkali pengalaman ini dapat membantu :

Semua bentuk pengaruh, alat, metode, dan dorongan dari luar untuk berhenti merokok tidak akan berguna bila tidak ada keinginan dan motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.

Karena itu yang kita lakukan adalah, bilang pada diri sendiri “mulai hari ini saya tidak merokok” Begitu saja, berhenti!

Apa betul semudah itu? Memang tidak mudah.

Awali dulu dengan merubah dulu “mindset” anda :


Merokok itu bukan suatu “kecanduan” tapi hanya “nafsu dan kebiasaan” sehingga berhenti itu dampaknya hanyalah anda akan lebih sehat.

Belajarlah dari orang yang anda kenal, berapa banyak dari mereka yang umurnya jadi lebih pendek karena kanker paru-paru dan stroke. Memang sih banyak perokok yang umurnya panjang, tapi tidak ada yang menjamin anda masuk yang berumur pendek atau yang berumur panjang.

Kalaupun anda tidak takut mati, pikirkanlah orang yang anda sayangi. Kalau anda sakit, anda jadi beban mereka. Kalau anda mati, anda membatasi peluang untuk berkesempatan melihat anak anda tumbuh dewasa dan memberikan cucu buat anda.

Setelah itu, carilah alasan apa yang cukup penting, untuk membuat anda harus tetap merokok selain untuk memenuhi nafsu kenikmatan sesaat ? Kalau Anda ngga bisa temukan, maka dengan mudah anda bisa berhenti.

Akhiri dengan keputusan bulat Anda !


Yang penting bukan caranya, tapi niatnya. Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar