Berita politik
yang cukup menarik kemarin (sabtu 10/11/2012) adalah dimulainya episode baru
Pilkada, yaitu Pilkada Jawa Barat. Selain bertaburan artis, satu sisi
menariknya adalah upaya branding dari salah satu kandidat, yaitu Rieke Diah
Pitaloka dan Teten Masduki yang secara mengejutkan muncul dengan seragam
kotak-kotak ala Jokowi – Ahok, yang baru saja menjadi Gubernur dan Wagub DKI,
sebagaimana diberitakan kompas.com di sini. Karena saya bukan warga Jawa Barat,
tulisan ini bukan bermaksud mendukung salah satu calon, namun hanya ingin
sedikit berpikir, apakah sukses kotak-kotak di DKI akan disusul oleh sukses
kotak-kotak di Jabar ?
Apa yang ada di
benak kita saat melihat atau mendengar tentang “baju kotak-kotak” ? Barangkali
dalam konteks kita di Indonesia, sebelum hiruk-pikuk Pilkada Jakarta memandang
baju kotak-kotak sebagai salah satu mode pakaian saja, atau baju khas koboi
bila dikombinasikan dengan celana jeans. Namun Pilkada Jakarta mengubah
paradigma baju kotak-kotak menjadi salah satu brand elemen dari Jokowi-Ahok,
bahkan kalau kita bertanya pada warga Jakarta pada waktu itu, baju kotak-kotak
pasti akan diasosiasikan ke pasangan Jokowi-Ahok. Baju kotak-kotak menjadi
simbol dari Jokowi-Ahok, yang dimaknai dengan spirit baru, yaitu : kesiapan menyingsingkan
lengan baju, segera bekerja untuk permasalahan DKI yang kompleks dan
bermacam-macam. Tema ini menjadi relevan bila dibenturkan dengan formalitas ala
Foke yang oleh warga Jakarta dipandang kurang berhasil memajukan Jakarta.
Akankah tuah baju
kotak-kotak ini mampu mengatarkan Rieke-Teten untuk melawan baju putih berkacu
Dede Yusuf ?
Strategi brand
extension ala Jokowi – Rieke ini barangkali menjadi trend yang cukup populer di
dunia marketing. Kekuatan Jokowi dengan baju kotak-kotak menggoda tim sukses
pasangan Rieke-Teten untuk menggunakan ekuitas Jokowi sebagai kendaraan untuk
mendongkrak awareness sekaligus elektabilitas Reike. Strategi ini barangkali
cukup cerdas untuk mengemat “biaya iklan” mengingat sudah diciptakan dan
dipopulerkan dulu oleh Jokowi di DKI, dan (semoga) pesan semangat perubahan
(dan kemenangan) Jokowi di Jakarta yang diusung Rieke ini juga berdampak
positif signifikan pada elektabilitas Rieke. Apalagi bila didukung rekam jejak
Rieke sebagai politisi Senayan dan Teten Masduki di ICW, sekaligus juga secara
cepat menghapus image Rieke yang dulu pernah identik dengan “Oneng Bajuri”
menjadi Rieke yang cerdas dan piawai berpolitik.
Namun strategi
brand extension bukannya tidak memiliki risiko. Paling tidak ada beberapa hal
yang dapat menjadi masalah. Pertama, pada umumnya produk hasil brand
extension jarang sekali bisa menyamai (apalagi lebih besar) dari induknya. Biar
bagaimanapun kotak-kotak adalah ekuitas Jokowi, bukan Rieke. Sulit sekali
membayangkan secara tiba-tiba orang bisa beralih top of mind kotak-kotak
secara tiba-tiba dari Jokowi ke Rieke. Dengan demikian, dampak kotak-kotak ke
Rieke kemungkinan besar tidak akan sebesar dampaknya ke Jokowi. Kedua,
masalah orisinalitas. Biasanya ide yang orisinil dan berdampak besar, belum tentu
berhasil bila diulang. Dampaknya pun tidak sebesar pada waktu diluncurkan dan
berhasil. Ketiga, aspek kultural, dimana tema kotak-kota yang kena di
hati masyarakat DKI yang metropolis dan terbuka serta beraneka ragam, belum
tentu berdampak sama di Jawa Barat, khususnya diluar kota-kota besarnya, dimana
masyarakatnya lebih homogen. Barangkali pada sisi ini pendekatan kultural Dede
Yusuf bisa jadi lebih berhasil. Keempat, membangun koneksi Jokowi –
Rieke dengan jembatan baju kotak-kotak
barangkali akan sulit terjadi secara instan, supaya pengaruhnya
signifikan, karena tugas beratnya adalah memastikan bahwa semangat,
kapabilitas, elektabilitas Jokowi adalah juga milik Rieke. Biar bagaimanapun
kotak-kotak adalah sekedar simbol, tapi sesungguhnya roh kotak-kotak itu adalah
rekam jejak, integritas dan sukses Jokowi-Ahok.
Namun demikian,
tampaknya Pikada Jabar akan berlangsung dengan seru, karena bukan sekedar
pertarungan politik, namun popularitas selebriti. Sepertinya berkendaraan baju
kotak-kotak saja tidaklah cukup menopang elektabilitas Rieke, justru tantangan
sesungguhnya adalah sejauh mana pasangan ini dapat menunjukkan ke khas-an
jatidiri, komitmen dan visi terhadap Jawa Barat ke depan. Semoga apapun
hasilnya nanti bukan sekedar disokong oleh popularitas semata, namun semangat
memajukan Jawa Barat.
Selamat ber
Pilkada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar