Selasa, 10 Juli 2012

Uji Kecerdasan Politik Warga DKI


Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba …..

Hari ini 11 Juli 2012, warga DKI akan mendatangi TPS untuk memilih Gubernur yang baru. Aura persaingan, kampanye, blow up media Pilkada DKI tahun 2012 tampaknya cukup istimewa, karena mengundang banyak perhatian baik warga DKI maupun rakyat Indonesia pada umumnya. Banyak yang berpendapat, perebutan jabatan Gubernur DKI sangat strategis, tidak hanya karena mengendalikan ibukota negara dan sentral ekonomi nasional (dimana sebagian besar uang RI berputar), juga secara politis dianggap menentukan peta politik menuju pergantian kekuasan nasional 2014. Selain itu, dengan semakin banyaknya pilihan calon membuat gairah masyarakat untuk memperhatikan dan berharap Jakarta akan menjadi lebih baik menjadi semakin tinggi. Bahkan orang yang biasanya apatis dengan politik pun sekarang menjadi pengamat Pilkada DKI.

Menjadi Gubernur DKI mestinya tidak sama dengan mengatur daerah lain di Indonesia. Di Jakarta, rakyat yang diatur dari Presiden sampai pemulung, dari anggota DPR sampai pedagang sapi, dari pengusaha paus hingga pengusaha teri. Masalah Jakarta pun tak kalah kompleks, karena problem Jakarta menyangkut semua problema kota metropolitan dan menyangkut citra bangsa dan negara, karena Jakarta lah serambi Indonesia. Kalau orang asing masuk ibukota negara melihat kekacauan, maka dianggap kacaulah bangsa ini. Yang menarik, dalam kampanye para calon tampaknya menyelesaikan masalah Jakarta seperti kemacetan, banjir, pendidikan, penataan wilayah kumuh, kemiskinan dan sebagainya, seolah menjadi masalah yang mudah diselesaikan. Bahkan kalau dipikir jauh sebelum Foke jadi Gubernur pun masalah itu sudah ada, dan sampai hari ini tidak tuntas. Jadi, mengapa dalam kampanye2 masalah-masalah itu sepertinya mudah diatasi ? Bahkan ada yang berani pasang target 3 tahun kelar ? Luar biasa memang.

Hari ini kecerdasan politik warga DKI diuji. Kampanye tinggalah kampanye, tidak afdol kalau tidak berjanji, tidak seru kalau tidak menebar pesona dan jargon. Namanya juga kampanye, semua calon maunya menjual diri, yang mudah-mudahan laku. Masalah mewujudkan janji, itu persoalan nanti kalau terpilih bukan ? Saya yakin di dalam jajaran birokrasi DKI tentu banyak sekali orang-orang pintar yang tahu persis persoalan DKI. Hanya mengapa penyelesaiannya tidak pernah tuntas, itu yang jadi pertanyaannya. Bahkan Gubernur lulusan Jerman pun tak mampu menuntaskannya. Apakah dia kurang pandai ? Tampaknya tidak. Jadi yang menjadi persoalan bukanlah pada kepintaran, tapi kepemimpinan.

DKI membutuhkan kepemimpinan yang tegas, berwibawa dan dipercaya oleh warga DKI. Hanya dengan kepemimpinan yang didukung, semua visi dan program pemimpin DKI baru bisa jalan. Sepintar apapun pemimpinnya kalau tidak legitimate dan didukung oleh seluruh jajaran birokrasi hingga rakyatnya, akan sangat berat menjalankan roda pemerintahan.
Oleh karena itu, warga Jakarta harus jeli melihat para calon, bukan pada apa yang mereka janjikan, tapi lebih pada karakter kepemimpinannya :
1. Siapa yang mempunyai visi yang paling jelas untuk DKI, track record kepemimpinan yang berwibawa, disegani dan kredible di mata rakyat?
2. Siapa yang memiliki kapasitas kepemimpinan untuk berani tegas memberantas korupsi, mendisiplinkan jajarannya, dan bersih dari KKN, sekaligus komitmen yang kuat untuk DKI ?
3.  Siapa yang paling jauh dari kepentingan dibelakang layar dari elit politik nasional yang mencoba mencari kendaraan politik nasional dengan menguasai Jakarta ?
4. Siapa yang paling mampu menahan diri dari bargaining politik dan ekonomi, tegas untuk tidak berkompromi dengan kepentingan sekelompok kecil elit politik dan ekonomi dalam membagun dan menata Jakarta ?
5. Siapa yang paling memiliki kepekaan  untuk melihat persoalan Jakarta dari jendela hati yang terdalam, untuk memulai menata Jakarta dengan menyelesaikan masalah-masalah yang paling menyentuh kepentingan mereka yang selama ini terpinggirkan ; seperti masalah urbanisasi, kemiskinan, dan penataan sektor informal.
6. Siapa yang paling tegas dan mampu menimbulkan rasa aman bagi warga Jakarta, terkait persoalan kriminalitas, tawuran, premanisme dan konflik antar kelompok ?
7. Seharusnya masih banyak daftar karakter lain yang dibutuhkan warga Jakarta, silahkan Anda menambahkannya.

Yang jelas, 5 menit waktu anda merenung dan kemudian mencoblos, menjadi keputusan nasib Jakarta 5 tahun ke depan. Boleh saja ada orang beranggapan “buat saya siapa Gubernurnya ngga ngaruh” tapi yang jelas ketidakpedulian itu seringkali mendatangkan kekecewaan diakhir nanti. Kekecewaan karena terpikat janji dan hingar bingar panggung kampanye dengan penyanyi seksinya, kekecewaan karena terpikat selembar Rp. 50,000 -an, bahkan kekecewaan karena tidak menggunakan hak pilih (karena bisa saja disalahgunakan untuk kepentingan calon tertentu).  Kalaupun tidak ada yang ideal, paling tidak anda bisa memilih salah satu calon dengan masalah yang paling sedikit.

Kepada warga DKI, selamat berlibur, selamat berpesta demokrasi, semoga sukses menemukan  Gubernur DKI idaman Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar