Pernahkah anda menemui orang dengan multi gadget seperti ini
: duduk bekerja di depan laptop, namun sesekali melirik ke blackberry nya yang
berbunyi kalau-kalau ada BBM yang masuk. Sesaat menerima menelpon dengan HP
lainnya. Sejenak melemaskan otot dari depan laptop, tangan beralih mengelus Ipad
atau tablet android untuk memainkan game kesayangan, sambil menikmati lagu yang
mengalun lembut dari Ipod yang terpasang manis di docking speakernya. Lengkap
sudah kebahagiaan sang kolektor gadget, yang hidup dikelilingi oleh bermacam
gadgetnya.
Sebagian orang yang praktis, tentu berpikir bukankah semua
fungsi yang dibutuhkan itu tadi dapat dipenuhi oleh maksimal 2 gadget saja ?
Satu buah komputer/laptop untuk bekerja, terima dan kirim email, browsing
internet, menghibur diri dengan game, musik atau video dan sebuah HP dengan
koneksi internet yang dapat digunakan sebagai modem sekaligus menelpon, SMS,
texting (BBM dengan BB atau chat dengan Android), mendengarkan musik, memutar video
secara mobile, dan bermain game. Lalu mengapa harus punya banyak gadget ?
Ada orang yang punya alasan lifestyle, dimana status sosial
haruslah didukung dengan tentengan gadget terbaru. Dengan demikian, kehadiran
sebuah HP, blackberry, Ipad atau tablet menjadi tuntutan penampilan. Tak heran
kalau kita melihat banyak orang memiliki dan berlangganan layanan blackberry
yang sesungguhnya ditujukan untuk aplikasi perkantoran karena kecanggihan push
email dan BBM-chat justru lebih banyak dimanfaatkan sebagai social media, alias
media rumpisari. Yang penting kalau pas makan bareng diluar, gadget yang
ditaruh di atas meja nggak jauh beda dengan rekan semeja. Apalagi kalau ditanya
tidak punya PIN BB, apa kata dunia ? Atau, sudah umum kan, kita melihat anak-anak
kecil yang menenteng tablet PC atau Ipad yang peruntukan utamanya adalah
bermain games.
Ada juga orang dengan alasan praktis, memiliki berbagai
macam gadget dengan alasan apa boleh buat. Memiliki HP adalah suatu keharusan,
karena masih menjadi komunikasi utama, namun tidak suka digabung dengan Iphone
atau Blackberry nya dengan alasan batere yang cepat habis, atau lebih baik ada
2 supaya aktifitas browsing atau texting tidak terganggu telepon. Lalu mengapa
selan HP masih harus punya blackberry dan ipad atau tablet android sekaligus ?
Nah, ini biasanya didahului dengan keluhan, keduanya punya fungsi berbeda yang
tidak asyik bila disatukan. Di satu sisi harus punya blackberry karena tuntutan
rekanan bisnis yang maunya ber BBM ria, dan menolak karena tidak mau (tidak
bisa) chatting dengan software chatting lain seperti ping chat atau whatsup. Celakanya
aktifitas browsing dan entertainment di BB nggak akan se asyik menggunakan
tablet android atau Ipad. Hehehe
Inilah potret konsumen kelas menengah atas kita. Tidak heran
kalaupun orang bilang di dunia ini blackberry sedang stress kehilangan market
share, tapi tidak demikian di Indonesia. Mengapa ? Di dunia blackberry banyak
dimakan android dan iphone, namun di Indonesia, mereka dapat hidup berdampingan
dengan damai. Hal ini menjadi cermin betapa luar biasanya daya beli dan nafsu
belanja kelas menengah ke atas di Indonesia. Oleh karenanya tidak heran
Indonesia menjadi pasar yang sangat diperhitungkan oleh produsen-produsen kelas
dunia. Kita melihat bukan sekedar soal gadget, namun produk-produk fashion
kelas dunia pun berjejer di mall-mall Indonesia, seperti Gucci, Luis Vuitton,
Mont Blanc, dan sebaginya.
Kembali soal gadget, berapa banyak gadget di saku anda hari
ini ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar