Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)
Kata
“ibadah”, pada umumnya kita artikan sebagai penyembahan(worship) kepada Allah.
Namun kita sering mengasosiasikannya hanya dengan kegiatan ritual peribadatan
dalam gereja seperti persekutuan doa dan kebaktian. Contohnya kita mengenal
istilah Ibadah Pengucapan Syukur, Ibadah Minggu, Ibadah Rabu Abu, dan
sebagainya. Namun makna dari ibadah, bukanlah sekedar bentuk kegiatan agamawi
yang demikian. Penyembahan kepada Tuhan memiliki arti yang lebih dalam dari
sekedar ritual penyembahan menurut aturan agama. Surat Rasul Paulus kepada
jemaat di Roma, menyebut ibadah yang sejati adalah hidup yang “mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah”
Ibadah yang sejati adalah suatu
persembahan, suatu kurban bagi Allah. Dalam kebaktian Minggu kita pun
memberikan persembahan kepada Tuhan berupa harta benda kita. Namun ibadah yang
sejati bukanlah persembahan dari harta yang kita miliki, namun mempersembahkan
tubuh kita, bukan milik kita yang berada di luar diri kita, namun diri kita
seutuhnya. Persembahan tubuh berarti menyangkut kemanusiaan kita seutuhnya,
yang dengan sadar kita persembahkan bagi Allah, merupakan bentuk penyangkalan
diri, bahwa diri kita ini bukan lagi milik kita, namun sepenuhnya milik Allah.
Ibadah yang sejati adalah penyerahan total kepada Allah.
Oleh karena ibadah yang sejati adalah
penyerahan diri secara total kepada Allah, maka tubuh yang dipersembahkan itu
harus memiliki kriteria yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan Allah.
Sebagai persembahan yang hidup berarti diri kita yang telah ditebus oleh
Kristus. Persembahan yang hidup adalah tubuh yang telah mati bagi dosa dan
hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus (Roma 6:11). Jadi yang kita persembahkan
adalah hidup kita yang baru, sebagai syukur kita atas penebusan Kristus. Dengan
demikian, melalui hidup yang baru itu pula, kita senantiasa rindu untuk hidup
kudus dihadapan Allah, karena hanya kekudusanlah yang layak dihadapan Allah
yang kudus. Dengan begitu hidup kita dapat selalu berkenan dihadapan-Nya.
Apa yang sudah kita persembahkan bagi
Allah sebagai bentuk ibadah kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar