Jumat, 20 Juli 2012

MEMBERI DENGAN KEMURAHAN HATI

Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. (Matius 14:19)

Tuhan itu baik, kasih setia-Nya tetap dan untuk selama-lamanya. Berkat-Nya mengalir setiap waktu bagi umat-Nya. Amin saudaraku ? Mungkin kalimat ini sering kita dengar dan kita tentu meng-amin-kannya. Hidup yang diberkati Tuhan, sungguh lumrah menjadi bagian dari doa kita sehari-hari, baik dalam doa pribadi, maupun saat kita mendoakan orang lain. Dalam SMS, surat-menyurat, ucapan ulang tahun maupun email pribadi, sering kita menyisipkan akronim GBU (God Bless You), sebagai doa agar sahabat, rekan kita itu diberkati Tuhan selalu.


Hal yang lebih penting dari berkat Tuhan, adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkannya. Ada orang yang menganggap bahwa berkat itu adalah “hak” atau hadiah yang diberikan Tuhan karena menurut, dan berbuat baik. Paradigma hidup yang demikian hanyalah melahirkan sikap yang menilai berkati Tuhan sebagai kenikmatan bagi diri kita saja. Namun bukankah cara pandang yang demikian itu sangat mementingkan diri sendiri? Lalu bagaimana menyikapi berkat Tuhan yang ada pada kita?


Peristiwa Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang, sering kita lihat dari sudut pandang Tuhan yang ajaib membuat mujizat. Namun, dibalik mujizat tersebut, ada nilai-nilai yang dapat kita pelajari :


Pertama, Tuhan Yesus menunjukkan kasih dan kepedulian kepada umat-Nya. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (Mat 14:16).

Kedua, Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya untuk memberikan apa yang ada pada mereka, sebagai bentuk keperdulian mereka kepada sesama. Bukan masalah seberapa besar, namun bagaimana hati mereka mau menyerahkannya untuk perkerjaan Tuhan. Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." (Mat 14:17-18)

Ketiga, Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya agar tidak berfokus pada berkat, tapi kepada Bapa sang pemberi berkat. Sebelum membagikan berkat, Tuhan Yesus  mengawali dengan doa ucapan syukur (Mat 14:19). Mujizat pun terjadi, 5.000 orang dikenyangkan dengan 5 roti dan 2 ikan.

Mungkin kita hanya punya 5 roti dan 2 ikan, namun kalau Tuhan mau memakainya, akan menjadi berkat yang luar biasa. Bagian kita adalah menyadari bahwa berkat yang dipercayakan pada kita itu tetaplah milik Tuhan. Karena itu, kalau kita bisa memberi lakukanlah itu demi kemurahan Allah karena kita hanyalah melaksanakan tugas sebagai saluran berkat. Kita bisa memberi bukan karena kita punya, tapi karena kemurahan Allah berlimpah atas kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar