Tuhan itu baik, kasih
setia-Nya tetap dan untuk selama-lamanya. Berkat-Nya mengalir setiap waktu bagi
umat-Nya. Amin saudaraku ? Mungkin kalimat ini sering kita dengar dan kita tentu
meng-amin-kannya. Hidup yang diberkati Tuhan, sungguh lumrah menjadi bagian
dari doa kita sehari-hari, baik dalam doa pribadi, maupun saat kita mendoakan
orang lain. Dalam SMS, surat-menyurat, ucapan ulang tahun maupun email pribadi,
sering kita menyisipkan akronim GBU (God Bless You), sebagai doa agar sahabat,
rekan kita itu diberkati Tuhan selalu.
Hal yang lebih penting dari berkat Tuhan, adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkannya. Ada orang yang menganggap bahwa berkat itu adalah “hak” atau hadiah yang diberikan Tuhan karena menurut, dan berbuat baik. Paradigma hidup yang demikian hanyalah melahirkan sikap yang menilai berkati Tuhan sebagai kenikmatan bagi diri kita saja. Namun bukankah cara pandang yang demikian itu sangat mementingkan diri sendiri? Lalu bagaimana menyikapi berkat Tuhan yang ada pada kita?
Peristiwa Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang, sering kita lihat dari sudut pandang Tuhan yang ajaib membuat mujizat. Namun, dibalik mujizat tersebut, ada nilai-nilai yang dapat kita pelajari :
Pertama, Tuhan Yesus menunjukkan kasih dan kepedulian kepada umat-Nya. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (Mat 14:16).
Kedua, Tuhan Yesus
mengajarkan kepada para murid-Nya untuk memberikan apa yang ada pada mereka,
sebagai bentuk keperdulian mereka kepada sesama. Bukan masalah seberapa besar,
namun bagaimana hati mereka mau menyerahkannya untuk perkerjaan Tuhan. Jawab
mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan."
Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." (Mat 14:17-18)
Ketiga, Tuhan Yesus
mengajarkan kepada para murid-Nya agar tidak berfokus pada berkat, tapi kepada
Bapa sang pemberi berkat. Sebelum membagikan berkat, Tuhan Yesus mengawali dengan doa ucapan syukur (Mat
14:19). Mujizat pun terjadi, 5.000 orang dikenyangkan dengan 5 roti dan 2 ikan.
Mungkin
kita hanya punya 5 roti dan 2 ikan, namun kalau Tuhan mau memakainya, akan
menjadi berkat yang luar biasa. Bagian kita adalah menyadari bahwa berkat yang
dipercayakan pada kita itu tetaplah milik Tuhan. Karena itu, kalau kita bisa
memberi lakukanlah itu demi kemurahan Allah karena kita hanyalah melaksanakan
tugas sebagai saluran berkat. Kita bisa memberi bukan karena kita punya, tapi
karena kemurahan Allah berlimpah atas kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar