Jumat, 07 September 2012

SUKACITA DALAM SEGALA HAL


SUKACITA DALAM SEGALA HAL

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)

Bagaimana pada umumnya orang menggambarkan tentang sukacita ? Kebanyakan akan menghubungkan sukacita dengan perasaan senang, karena apa yang sedang dialami membawa dampak yang  positif. Barangkali sukacita karena mendapatkan hadiah, sukacita karena lulus ujian, sukacita dalam suatu keberhasilan, atau sukacita karena merasa dicintai. Tentu tidak salah, karena sukacita, senang, bahagia, memiliki kedekatan makna. Namun bagaimana kalau kemudian sukacita itu dihubungkan dengan hal-hal  seperti penjara, kekurangan, kehilangan, atau bahkan dalam situasi-situasi yang menurut banyak orang adalah penderitaan dan kerasnya hidup? Mungkinkah?

Sukacita dalam gambaran di atas, adalah sukacita yang bersandar pada perasaan kita yang merespon peristiwa yang terjadi pada kita, terjadi di sekitar kita dan berdampak pada kita. Namun bila sukacita itu berhenti sampai di situ saja, maka sukacita itu akan sangat mudah berubah menjadi dukacita, karena perasaan kita tertuju pada diri dan apa yang ada disekitar kita. Sukacita yang demikian, bukanlah sukacita yang sejati. Surat Filipi, di mana kalimat “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”  ditulis,  dalam pandangan manusiawi kita barangkali akan tampak sangat ironis. Judul-judul perikopnya berbicara tentang sukacita dan ucapan syukur, namun sejatinya ditulis dari dalam penjara. Tentu kita jadi bertanya-tanya, sukacita semacam apakah yang dialami Paulus, dan oleh pengalaman itu Paulus dapat menguatkan jemaat Filipi ?

Sukacita yang sejati, bukanlah sekedar kesenangan, atau sekedar perasaan positif kita terhadap sesuatu. Sukacita sejati memiliki dimensi rohani, yaitu mindset yang dinaungi oleh iman dan pengharapan akan Kristus. Sukacita yang sejati tidak tergantung pada situasi apa yang kita hadapi, namun berorientasi surgawi, yaitu sukacita yang tertuju kepada Kristus, mengucap syukur karena Kristus, hidup bagi Kristus, dan melakukan apa yang Kristus kehendaki untuk kita kerjakan. Di bagian lain Paulus menegaskannya demikian : Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. (Filipi 3:7-8a)

 Hidup yang bersukacita adalah hidup bagi kemuliaan Kristus, dan memancarkan kemuliaan-Nya. Saat hidup kita tertuju pada Kristus dan Dia tinggal di dalam kita, maka sukacita yang meluap dari dalam diri kita bukan lagi bersandar pada apa yang fana, namun pada kekekalan. Kita sudah mendapatkan sukacita karena iman kepada Kristus yang akan membawa kita pada hidup kekal, jadi sukacita apa lagi yang dapat melebihinya ?

Karena itu, bersukacitalah senantiasa dalam segala hal !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar