Presiden Soekarno yang
mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2
Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional
sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati
setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. (wikipaedia)
Kepahlawanan Raden Ajeng Kartini, sekalipun masih
menimbulkan kontroversi di beberapa kalangan, namun saat ini secara umum hari
Kartini masih juga dirayakan. Kegiatan yang pada umumnya dapat dengan mudah
ditemukan dalam rangka peringatan hari Kartini, adalah kesetaraan gender,
dengan mengangkat tema emansipasi, namun diwujudkan dengan dandanan cantik
berkebaya. Pendek kata, hari Kartini adalah hari istimewa para wanita; yang
dewasa berkebaya cantik ala Kartini, yang kecil pun berlenggok di atas catwalk
bertemakan kebaya dan batik. Tentu melestarikan kebudayaan adalah hal yang
sangat baik, namun bukankah bukan itu konteks hari Kartini ?
Kartini dijadikan pahlawan nasional tentu bukan karena
kebayanya. Kartini dijadikan pahlawan Nasional karena pemikiran dan
tindakannya. Barangkali gagasan Kartini hari ini adalah hal yang biasa, namun
pada masanya sangatlah kontroversial. Kartini adalah figur wanita cerdas dan
kritis. Karenanya sekalipun merelakan pendidikan formal nya terputus karena
budaya pada masanya memang demikian, semangat belajar Kartini tidaklah pupus.
Kartini melanjutkan belajarnya dengan membaca surat kabar dan berkorespondensi
dengan sahabat Belandanya. Barangkali persinggungan antara permikiran Barat
dengan semangat belajar Kartini pada akhirnya membuatnya kritis terhadap segala
hal : tentang lingkungan budaya Jawa di mana dia hidup, tentang hasratnya untuk
bersekolah di negeri Belanda, tentang cita-citanya agar kaum wanita mendapatkan
kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
Menghayati kepahlawanan Kartini adalah mencoba menyelami
hasrat yang mendalam untuk maju, niat yang kuat untuk meraih cita-cita. Kartini
dengan pemikiran dan cita-citanya semestinya menjadi inspirasi, bukan hanya
bagi kaum wanita, namun juga bagi bangsa yang sedang merindukan banyak hal,
yang masih berkutat dengan berbagai macam persoalan ini. Semoga dalam konteks
ini kita tidak hanya cukup puas nyaman menjadi penonton dan membicarakan, namun
juga mau mengambil hikmah darinya agar tidak tenggelam dalam wacana yang tak
berkesudahan.
Kartini bukan sekedar kebaya dan sanggulnya. Kalau inspirasi
Kartini diwujudkan hanya dengan mengenakan kembali sanggul dan kebaya Kartini
saja, rasanya kita ini masih sekedar menjadi fans Kartini, tidak lebih dari si
kecil yang menari berkostum K-Pop setelah menonton tarian gadis-gadis Korea di
TV. Memperingati hari Kartini adalah mengingat semangat Kartini untuk
menjadikan dirinya lebih baik, lebih bermakna bagi orang lain, dan yang paling
penting bertindak untuk memperjuangkannya. Dengan demikian, berbicara tentang
Kartini seharusnya bukan lagi berbicara masalah gender semata, namun mengenai semangat
Kartini yang dapat menjadi milik semua orang. Kalau hari ini banyak wanita
pintar, berpendidikan tinggi dan sukses, itulah hasil dari penghayatan semangat
Kartini dari generasi terdahulu. Kartini telah pergi, tapi semangatnya tetap
hidup dan menjadi inspirasi.
Selamat Hari Kartini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar