Kamis, 14 Juni 2012

MENDENGAR VS MENDENGARKAN




Kata “mendengar” dan “mendengarkan” sekilas tampak sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan arti yang cukup besar. Mendengar, memiliki makna pasif, dimana orang seperti “tidak sengaja” mendengar; misalnya mendengar suara motor lewat, atau mendengar suara sesuatu yang jatuh. Sementara mendengarkan, memiliki makna aktif, di mana seseorang berusaha untuk mendengar, dapat mengidentifikasi, mengerti, dan memahami apa yang didengarkan itu. Barangkali penjelasan dalam bahasa Inggris dapat lebih membantu. Mendengar, biasa diterjemahkan sebagai to hear (accidently get to know, become aware of) sementara mendengarkan biasa diterjemahkan sebagai to listen(pay close attention to, hear with intention).

Dalam konteks pemberitaan Firman Tuhan, bagaimana kita menerima dan menyikapinya ? Saat Firman Tuhan diberitakan, baik itu di mimbar gereja, persekutuan doa maupun media lainnya seperti televisi atau radio, apakah kita mendengar Firman Tuhan itu, atau mendengarkannya ? Kalau Firman Tuhan itu hanya sampai taraf di dengar, masuk ke dalam telinga saja, maka Firman itu akan masuk ke telinga kiri dan keluar lagi melalui telinga kanan. Sikap yang biasa kita lihat pada seseorang yang hanya mendengar biasanya mengatakan ini : “ya rasanya aku pernah mendengar ada orang yang mengatakan itu” atau saat ditanya tidak dapat lagi mengatakan apa yang telah didengarnya. Namun sebaliknya saat Firman Tuhan yang ditaburkan itu didengarkan, yaitu masuk ke telinga kita, diterima oleh otak kita dan dimengerti dengan sungguh-sungguh lalu ditanamkan di dalam hati, maka benih Firman itu tidak akan masuk telinga kiri kemudian lewat ke telinga kanan, namun bagaikan benih yang ditabur di dalam hati, siap untuk disiram, ditumbuhkan dan berbuah lebat.

Mendengarkan Firman Tuhan, sangatlah penting bagi kita. Kita melihat hari-hari ini dunia yang semakin berubah, banyak orang meninggalkan Tuhan karena tidak mau mendengarkan Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya mendengar, karena pemberitaan Firman Tuhan itu dianggap sekedar seremoni mingguan, atau ke gereja itu dianggap sekedar kewajiban agama, sehingga nilai kekristenan itu dimaknai sempit sebagai suatu ritual keagamaan, namun Firman Tuhan tidak tertanam dengan baik di hati anak-anak-Nya. Sungguh menyedihkan saat pemberitaan Firman tidak direspon oleh hati yang lapar akan kebenaran Illahi.

Pada masa kita memperingati Pekan Anak ini, marilah kita renungkan kembali pentingnya kita mendengarkan Firman, dan memberitakannya kembali kepada anak-anak kita. Ingatlah akan Firman Allah ini : “supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka,  supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. (Mazmur 78:6-8)

Berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar