Kata
“mendengar” dan “mendengarkan” sekilas tampak sama, namun sebenarnya memiliki
perbedaan arti yang cukup besar. Mendengar, memiliki makna pasif, dimana orang
seperti “tidak sengaja” mendengar; misalnya mendengar suara motor lewat, atau
mendengar suara sesuatu yang jatuh. Sementara mendengarkan, memiliki makna
aktif, di mana seseorang berusaha untuk mendengar, dapat mengidentifikasi,
mengerti, dan memahami apa yang didengarkan itu. Barangkali penjelasan dalam
bahasa Inggris dapat lebih membantu. Mendengar, biasa diterjemahkan sebagai to
hear (accidently get to know, become aware of) sementara
mendengarkan biasa diterjemahkan sebagai to listen(pay close attention to,
hear with intention).
Dalam
konteks pemberitaan Firman Tuhan, bagaimana kita menerima dan menyikapinya ?
Saat Firman Tuhan diberitakan, baik itu di mimbar gereja, persekutuan doa
maupun media lainnya seperti televisi atau radio, apakah kita mendengar Firman
Tuhan itu, atau mendengarkannya ? Kalau Firman Tuhan itu hanya sampai taraf di
dengar, masuk ke dalam telinga saja, maka Firman itu akan masuk ke telinga kiri
dan keluar lagi melalui telinga kanan. Sikap yang biasa kita lihat pada
seseorang yang hanya mendengar biasanya mengatakan ini : “ya rasanya aku pernah
mendengar ada orang yang mengatakan itu” atau saat ditanya tidak dapat lagi
mengatakan apa yang telah didengarnya. Namun sebaliknya saat Firman Tuhan yang
ditaburkan itu didengarkan, yaitu masuk ke telinga kita, diterima oleh otak
kita dan dimengerti dengan sungguh-sungguh lalu ditanamkan di dalam hati, maka
benih Firman itu tidak akan masuk telinga kiri kemudian lewat ke telinga kanan,
namun bagaikan benih yang ditabur di dalam hati, siap untuk disiram,
ditumbuhkan dan berbuah lebat.
Mendengarkan
Firman Tuhan, sangatlah penting bagi kita. Kita melihat hari-hari ini dunia
yang semakin berubah, banyak orang meninggalkan Tuhan karena tidak mau mendengarkan
Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya mendengar, karena pemberitaan
Firman Tuhan itu dianggap sekedar seremoni mingguan, atau ke gereja itu
dianggap sekedar kewajiban agama, sehingga nilai kekristenan itu dimaknai
sempit sebagai suatu ritual keagamaan, namun Firman Tuhan tidak tertanam dengan
baik di hati anak-anak-Nya. Sungguh menyedihkan saat pemberitaan Firman tidak
direspon oleh hati yang lapar akan kebenaran Illahi.
Pada
masa kita memperingati Pekan Anak ini, marilah kita renungkan kembali
pentingnya kita mendengarkan Firman, dan memberitakannya kembali kepada
anak-anak kita. Ingatlah akan Firman Allah ini : “supaya dikenal oleh
angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan
menceritakannya kepada anak-anak mereka,
supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan
perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya; dan jangan
seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang
tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. (Mazmur 78:6-8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar