Rabu, 22 Mei 2013

Berhenti Merokok itu Mudah, tapi Jarang yang Berhasil!


Industri rokok memang unik. Di satu sisi, semakin modern orang semakin mengerti bahwa merokok itu lebih banyak ruginya (duit, kesehatan) dibanding kenikmatannya. Tapi di sisi lain, dilaporkan industri rokok di Indonesia terlihat terus menerus mengalami pertumbuhan, rata-rata 4,4% per tahun dari tahun 2005 – 2012. Gappri memperkirakan konsumsi rokok pada 2012 telah mencapai 300 miliar batang. Kalau diuangkan, tentu bukan uang yang kecil. Triliunan.

Memang banyak upaya Pemerintah untuk membatasi konsumsi rokok, diantaranya :
Pencantuman peringatan pada kemasan : “MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN JANIN”

Pembatasan iklan Rokok (tidak boleh memperlihatkan produk pada semua media iklan) dan pembatasan jam tayang iklan TV (di atas pukul 21.00).

Toh faktanya : omset rokok naik dari tahun ke tahun. Mengapa? Karena pada dasarnya memang belajar merokok lebih mudah daripada berhenti merokok.

Berhenti merokok? Ini topik yang menarik, karena hanya bisa ditulis oleh mantan perokok. (hehe, just kidding …). Seriusnya : topik ini menarik karena berhenti merokok itu tidak mudah. Banyak orang yang berhenti merokok karena dipaksa keadaan (paru-paru dan jantung bermasalah). Tidak bisa dipungkiri merokok itu memang sangat nikmat, sehingga kalau perokok diminta berhenti merokok, tentu reaksi pertamanya bagaikan menyuruh kucing jadi vegetarian. Akan tetapi, berhenti merokok bukanlah hal yang mustahil, karena faktanya banyak juga yang berhasil.

Mengapa merokok? Karena belajar dari orang tua yang merokok, dan belajar dari teman sebaya yang sebagian besar merokok. Sampai hari ini, banyak kita jumpai perokok di usia belasan di sekitar kita. Saya kira pemicu utama justru dari keluarga dan teman dekat yang memberi peluang untuk belajar, dan pada akhirnya mengalami ketergantungan.

Pada dasarnya, dalam hati kecil seorang perokok itu, masih memiliki setitik rasa bersalah. Bukankah demikian? Terbukti, sekarang banyak kita jumpai perokok yang mengakui bahwa merokok itu merugikan kesehatannya, dan juga kesehatan orang lain (perokok pasif) dan mengganggu kenyamanan orang di sekitar. Karenanya mulai bermunculan perokok yang mau merokok di tempat (kotak kaca/akuarium) yang disediakan, menghidar dari kerumunan (supaya tidak mengganggu orang lain) dan bahkan gosok gigi atau berkumur sehabis merokok(untuk mengurangi bau mulut). Tapi di luar orang-orang ini, banyak juga sih yang cuek bebek, merokok di dalam ruang ber-AC, merokok saat berdesakan ngantri, merokok dalam angkutan umum.

Bagi mereka yang memiliki kesadaran bahwa merokok itu tidak baik, mulai terbesit keinginan, seandainya saja saya bisa berhenti merokok, tentu lebih baik. Tapi apa daya, selalu kalah dari keinginan untuk merokok. Ada yang bilang mulut rasanya menjadi asam tanpa rokok, ide ngga bisa keluar tanpa rokok, udah kecanduan rokok, dan lainnya. Kekuatan keinginan merokok itu memiliki dorongan yang kuat lho, untuk membuat orang bersemangat dan berusaha. Demi memenuhi keinginan merokok, bisa berputar-putar kota pukul 12 malam hanya untuk menemukan secercah cahaya lampu rombong rokok yang masih buka (sad but true … )

Agar sukses berhenti merokok, kita harus tahu kiat-kiat berhenti merokok. Dari pengalaman, ada yang sukses dan banyak yang gagal. Diantaraya :


Berhenti beli rokok, dengan harapan bisa mengatasi keinginan merokok karena tidak ada rokok. Kemungkinan gagal sangat tinggi, karena biar bagaimanapun kita punya banyak teman yang baik hati yang setiap saat bersedia berbagi rokok. Kecenderungan perokok akan semakin senang bila merokok bersama (iklan yang bilang “asyiknya rame-rame” emang bener banget). Akhirnya karena sungkan dengan teman, beli lagi deh.

Mengganti rokok dengan permen. Ternyata belakangan baru tahu rokok dan permen rasa mint sangat enak dikonsumsi bareng-bareng. Gagal lagi.

Mengurangi sedikit demi sedikit. Biasanya hanya berkurang di minggu-minggu awal, setelah itu kembali seperti semula. Tidak berhasil.

Mengucilkan diri dari lingkungan perokok. Namun sebagai makhluk sosial, tidak mungkin kita meninggalkan teman gara-gara rokoknya bukan? Gagal.

Lalu, bagaimana bisa berhasil berhenti merokok ?

Barangkali pengalaman ini dapat membantu :

Semua bentuk pengaruh, alat, metode, dan dorongan dari luar untuk berhenti merokok tidak akan berguna bila tidak ada keinginan dan motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.

Karena itu yang kita lakukan adalah, bilang pada diri sendiri “mulai hari ini saya tidak merokok” Begitu saja, berhenti!

Apa betul semudah itu? Memang tidak mudah.

Awali dulu dengan merubah dulu “mindset” anda :


Merokok itu bukan suatu “kecanduan” tapi hanya “nafsu dan kebiasaan” sehingga berhenti itu dampaknya hanyalah anda akan lebih sehat.

Belajarlah dari orang yang anda kenal, berapa banyak dari mereka yang umurnya jadi lebih pendek karena kanker paru-paru dan stroke. Memang sih banyak perokok yang umurnya panjang, tapi tidak ada yang menjamin anda masuk yang berumur pendek atau yang berumur panjang.

Kalaupun anda tidak takut mati, pikirkanlah orang yang anda sayangi. Kalau anda sakit, anda jadi beban mereka. Kalau anda mati, anda membatasi peluang untuk berkesempatan melihat anak anda tumbuh dewasa dan memberikan cucu buat anda.

Setelah itu, carilah alasan apa yang cukup penting, untuk membuat anda harus tetap merokok selain untuk memenuhi nafsu kenikmatan sesaat ? Kalau Anda ngga bisa temukan, maka dengan mudah anda bisa berhenti.

Akhiri dengan keputusan bulat Anda !


Yang penting bukan caranya, tapi niatnya. Selamat mencoba.

Sabtu, 18 Mei 2013

Blackberry, Riwayatmu kini


Dilepasnya aplikasi Blackberry Messenger untuk dapat berjalan dalam platform OS Android dan IOS barangkali merupakan berita mengejutkan dari Blackberry, karena selama ini fitur BBM adalah eksklusif milik Blackberry, dan menjadi salah satu fitur unggulan. Tentu keputusan ini mengundang tanda tanya yang cukup besar, khususnya terhadap masa depan Blackberry OS.

Tentu saja, keunggulan Blackberry bukan hanya pada fitur BBM saja, melainkan juga pada fitur push email nya yang konon masih terbaik. Tidak heran, karena OS dan gadget Blackberry pada mulanya diciptakan untuk segmen bisnis, sehingga kekuatannya terletak pada push email dan messenger. Untuk fitur lainnya, seperti entertainment, games dan browser masih kalah dibandingkan dengan Android maupun IOS. Apalagi dengan jaringan pas-pasan seperti di Indonesia, sudah lumrah keluhan BB lemot.

Di satu sisi, berita munculnya BBM di Android dan IOS mengundang tanda tanya besar, strategi apa yang sedang dimainkan RIM. Paling tidak, pada tahun ini ada berita lain seputar Blackberry yang cukup menarik, yaitu :

Pertama, Peluncuran OS Blackberry. Penyempurnaan OS Blackberry 10 dengan gadget full touchscreen maupun dengan querty keyboard khas Blackberry yang baru diluncurkan awal tahun 2013 ini diharapkan lebih mampu bersaing dengan IOS dan Android. Waktulah yang akan membuktikannya. Namun yang jelas konon perkembangan sampai dengan kwartal 1 2013 ini tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda meledak. Bahkan, menurut artikel ini tampaknya penjualan Blackberry 10 masih di bawah target. Dari rencana produksi 1,5-2 juta unit sebulan, ternyata estimasi analys untuk sales di 2 bulan terakhir baru mencapai rata-rata 1,25 juta unit per bulan.
Kedua, market share Blackberry. Data yang dirilis oleh IDC berdasarkan shipment di seluruh dunia, terlihat perbandingan market share smartphone OS masih di dominasi oleh Android (75%), dan IOS (17,3%) di tempat ke-2. Blackberry pada quarter 1 2013 hanya memperoleh 2,9% market share, bahkan karena mengalami penurunan, dilewati oleh Windows Phone 8. Hal ini menunjukkan adanya tekanan terhadap bisnis Blackberry sendiri, karena data tersebut merupakan warning atas performa buruk Blackberry.
13687827431246182677
source : engadget.com
Berdasarkan kenyataan di atas, tampaknya 2 strategi yang besar yang sedang diambil adalah upaya menyelamatkan Blackberry, adalah peluncuran BB 10 yang didasarkan pada keyakinan bahwa Blackberry masih memiliki penggemar (paling tidak di Asia Pasific termasuk Indonesia). Diharapkan dengan diluncurkannya BB 10, membuat BB masih dapat eksis di dunia smartphone. Tentu dalam hal ini waktu lah yang akan membuktikan.
Strategi lainnya adalah membuka BBM ke platform Android dan IOS, yang barangkali menjadi salah satu upaya yang cukup berarti paling tidak dalam 2 kemungkinan skenario :
  • Skenario positifnya : mempertahankan eksisiting user BBM, dan sekaligus memperluas pasar BBM (yang konon akan dapat diunduh secara gratis untuk layanan messenger dan group). Hal ini dalam jangka panjang akan menguntungkan, karena dengan “teaser BBM” dapat diharapkan pengguna IOS dan Android mau beralih mencoba BB. Agar skenario ini dapat terjadi, OS maupun gadget BB 10 harus benar-benar istimewa, dibandingkan dengan kompetitornya.

  • Atau skenario negatifnya : dengan dapat dipakainya BBM di berbagai macam platform akan menyebabkan orang semakin melupakan Blackberry, karena saat ini adalah jamannya Android. Pada akhirnya Blackberry akan melakukan turn around bisnis dari penyedia OS menjadi produsen software multiplatform. Namun paling tidak secara bisnis belum tentu strategi turnaround ini buruk buat Blackberry, tapi justru semakin memperbesar bisnisnya. Bukankan penggunan Android + IOS + Blackberry saja sudah mencapai 95% market? Peluang pasar yang sangat besar. Siapa tahu suatu saat akan muncul Blackberry rasa Android. Sebagai aplikasi multi platform tampaknya BBM juga harus berbenah, agar tidak kalah bersaing dengan WA, Kakao Talk, dan free aplikasi messenger lainnya. Ke depan seharusnya BBM dikembangkan sebagai aplikasi yang lebih luas, sehingga fitur messaging dan group messaging menjadi standar free aplikasi, namun akan menjadi aplikasi berbayar untuk “extended feature” lainnya. Ini akan menjadi sumber penghasilan baru bagi Blackberry dari pengguna Android dan IOS.
Let’s wait and see.

Senin, 13 Mei 2013

Pesta Demokrasi : Pestanya Siapa ?


Raungan mesin sepeda motor memecah pagi. Rombongan motor itu memenuhi jalan dengan berseragam dan membawa atribut partai tertentu, mendukung salah satu pasangan calon Gurbenur Jawa Tengah. Ah, rupanya pesta itu kembali digelar. Seperti biasa, pesta demokrasi selalu diwarnai dengan pengerahan massa, mendengarkan orasi orang penting, lalu ketika bubaran, dimulailah pawai keliling itu. Jalanan menjadi penuh, dan pengguna jalan harus rela minggir memberi jalan agar rombongan itu lewat. Kadang tidak habis pikir, apakah dengan cara seperti itu lalu rakyat yang melihatnya jadi tercerahkan? Inilah salah satu fenomena politik negeri ini, pesta demokrasi. Mengapa disebut pesta? Karena memang hanyalah pesta. Pesta memang menyenangkan, tapi kita harus tahu tidak ada pesta yang tidak berakhir. Pesta selalu membawa kegembiraan, tapi setelah berakhir, semua kembali seperti biasa.

Proses politik semestinya bukan sekedar bagaimana kekuasaan dibentuk, tapi lebih dari itu mendewasakan rakyat, agar rakyat tidak lagi sekedar dianggap objek politik, tapi juga subjek politik yang berpartisipasi dalam proses politik. Sebagai subjek itu bukan sekedar hak 5 menit di bilik suara yang menentukan nasib 5 tahun ke depan, tapi juga sebagai subjek yang berhak untuk mendapatkan pemimpin yang memikirikan dan memberikan yang terbaik untuk seluruh rakyatnya. Karena itu, rakyat bukan sekedar sebagai pemilih, namun juga berhak menuntuk janji-janji kampanye. Dengan demikian, kampanye politik bukan hanya sebagai cara mencapai jalan menuju kekuasaan, tapi juga mengajak rakyat menyongsong masa depan yang lebih baik. Karena itu, kampanye seharusnya ditempuh dengan cara mencerdaskan rakyat untuk berpolitik secara demokratis rasional, yaitu memilih siapa pemimpin terbaik.

Agar dapat menjadi rasional, bukankah proses politik itu seharusnya adalah suatu pendidikan politik, bukan pesta politik. Tentu membangun awareness dengan beriklan, branding dan pengerahan massa, namun tentu untuk memberi pendidikan dan pencerahan, bukan mengganggu ketertiban. Lalu mengapa dari tahun ke tahun masih begitu juga? Jangan-jangan memang proses politik itu hanyalah sekedar tentang memperoleh kekuasaan. Selebihnya politik itu adalah urusan para elit, sedangkan rakyat tinggal menjadi penonton dan kembali berharap akan perbaikan nasibnya. Pesta telah berakhir, kehidupan kembali normal.
Namun yang menarik, sekalipun bertahun-tahun muncul kritik, toh kampanye politik sebagai hura-huranya pesta demokrasi selalu meriah, tak pernah sepi pengunjung. Barangkali hal seperti ini perlu disikapi secara arif oleh para elit politik. Seolah mereka takut tanpa model kampanye yang demikian, dia tidak akan dikenal, dan pada akhirnya tidak terpilih. Rakyat dianggap tidak memiliki “kecerdasan politik” dan dianggap sebagai pemilih yang emosional, yang terpesona oleh gemerlap panggung, penampilan artis, dan (barangkali) amplop uang capek ala kadarnya. Rakyat dianggap bodoh, atau memang sengaja dibodohi?

Jangan-jangan, dengan cara-cara kampanye politik seperti sekarang ini, ya memang keputusan yang tepat adalah jadi orang yang aktif menghadiri pesta. Toh semua juga tahu, apapun hasilnya, setelah pesta selesai semua kembali seperti bisa : tidak ada perubahan apa-apa. Karena itu, daripada tidak dapat apa-apa lima tahun ke depan, lebih baik ikut pesta ; paling tidak memperoleh paket kaos, uang bensin dan hiburan. Rakyat tidak butuh itu, mereka butuh diperhatikan masa depannya, butuh suatu pengharapan yang bisa dibuktikan.
Semoga pesta ini tidak selesai setelah pencoblosan dengan rakyat yang hanya bisa menunggu pesta berikutnya. Semoga kampanye cagub Jateng menghasilkan pemimpin berkualitas yang betul-betul memikirkan rakyat, dan menggerakkan warga Jateng membangun Jateng. Semoga demokrasi yang dibangun kali ini bukan sekedar hajatan.

Selamat berdemokrasi untuk rakyat Jawa Tengah.

Kamis, 09 Mei 2013

Catatan Masa Kecil : Juwana, Ketika Banjir Mengalir Sampai Jauh

Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata “Juwana”? Barangkali sebagian besar orang akan menjawab “bandeng”. Juwana identik dengan bandeng, karena adanya salah satu pusat oleh-oleh di kota Semarang yang berlabel Bandeng Juwana. Dan rasanya memang tidak salah, karena sejak jaman dulu, Juwana terkenal sebagai penghasil bandeng yang konon enak karena tidak “bau tanah”. Juwana bukanlah sekedar bandeng presto, tapi merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Pati yang terletak di 80 kilometer ke arah timur dari kota Semarang. Mengapa tiba-tiba saya menulis tentang Juwana? Banyak yang istimewa dari kota ini, tapi satu diantaranya karena saya besar di sana.

Juwana adalah kecamatan yang dinamis, karena secara ekonomi sangat strategis bagi kabupaten Pati. Selain karena posisinya berada di jalur Pantura yang sudah ramai sejak zaman dulu karena dilalui jalan Deandles, Juwana dengan sungai Juwana atau sungai Silugonggo yang merupakan salah satu muara laut utara Jawa telah lama menjadi salah satu jalur perdagangan kayu dari Kalimantan, memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menampung hasil laut dari kapal-kapal nelayan yang ada. Selain itu Juwana juga merupakan daerah hasil tambak udang dan bandeng yang cukup dikenal, termasuk hasil produksi kerupuk udang dan terasinya yang lezat. Tidak ketinggalan, Juwana pernah dikenal sebagai salah satu pusat industri logam kuningan dan batik khas desa Bakaran. Belum lagi kuliner hasil lautnya yang mak nyus. Inilah yang membuat Juwana yang kecil itu menjadi sangat dinamis.

Sebelum adanya waduk Kedungombo, salah satu trademark dari Juwana adalah banjir tahunan. Jadi, pada waktu itu kalau seseorang dikenal berasal dari Juwana dan tidak bisa berenang, dengan bergurau orang mengatakan, “bagaimana mungkin setiap tahun pekarangan rumah menjadi kolam renang, sampai gede belum juga bisa berenang?” hehe …

Nah, kali ini saya ingin bercerita tentang banjir. Seperti saya ceritakan di atas, banjir merupakan event tahunan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Istimewanya lagi, karena Juwana adalah daerah muara yang menerima semua banjir limpahan dari hulu, biasanya banjir bisa berlangsung lama, bahkan lebih dari seminggu. Untung saja, sejak dibangunnya waduk Kedungombo, banjir tidak lagi datang setiap tahun, tapi hanya kalau debit air benar-benar besar saja. Sisa-sisanya dapat dilihat hari ini, yaitu rumah-rumah warga yang dekat dengan DAS Sungai Juwana biasanya dibangun cukup tinggi dari jalan, karena dipersiapkan sebagai rumah yang kebanjiran. Pada masa itu, stasiun kota Juwana yang lama tidak difungsikan, sering menjadi lokasi pengungsian banjir, terlebih saat banjir besar, seperti tahun 1981 misalnya. Hampir sebagian besar kecamatan Juwana terendam banjir. Tentu banjir menimbulkan kerugian yang cukup besar, namun ada sisi-sisi unik dari warga dalam menghadapi banjir, karena dalam situasi banjir itu, tidak semua warga mengungsi. Biasanya warga yang rumahnya terendam kurang dari 1 meter lebih memilih tidak mengungsi, tapi menikmati saja banjirnya.

Beberapa keunikan dalam menyiasati hidup bersama banjir misalnya :
  • Selalu menyediakan beberapa “dingklik” kayu yang difungsikan sebagai jembatan yang tersebar di dalam rumah, sehingga kaki tidak basah dengan air kotor. Setelah mandi di sumur atau di kamar mandi, tinggal naik ke jembatan dingklik, mencuci kaki dengan air bersih dan bebas berjalan dari satu dingklik ke dingklik lainnya. 

  • Selalu memasang palang bambu atau kayu terapung di depan pintu rumah. Bukan sebagai anti maling, tapi dipakai sebagai penghalang agar sampah yang terbawa banjir di depan rumah tidak masuk ke dalam rumah. 

  • Selalu menyediakan ban dalam mobil bekas, yang dimanfaatkan untuk bermain air atau belajar berenang untuk anak-anak. Tidak perlu ke sungai atau mencari kolam renang (karena memang tidak ada), cukup belajar berenang di depan rumah. 

  • Kalau ban dalamnya kebetulan adalah ban dalam truk, bisa dimanfaatkan sebagai perahu anak kecil, cukup memasukkan 1 buah ember cuci pakaian ke lubang di tengah ban, jadilah sebuah perahu. Atau kalau punya lebih dari 1 ban truk, cukup dirangkai menjadi rakit dengan meletakkan selembar daun pintu di atasnya 

  • Tidak punya ban dalam ? Solusi belajar berenang atau naik rakit adalah dengan memanfaatkan batang pohon pisang. Alhasil, di musim banjir banyak pohon pisang yang ditebang untuk dimanfaatkan batangnya 

  • Untuk anak-anak sekolah yang kebanjiran dan kebetulan sekolahnya tidak banjir, maka solusi untuk dapat tetap berangkat sekolah adalah dengan berlangganan ojek perahu. Biasanya perahu dapat menampung 5 – 8 anak, menjemput dari satu rumah ke rumah lain dan membawa anak-anak sampai ke tempat terdangkal dekat sekolah. Dengan demikian, walaupun bersandal jepit, anak-anak dapat tetap bersekolah dengan seragam lengkap 

Itulah sekelumit kisah masa lalu, di mata saya sebagai anak kecil pada waktu itu. Dalam setiap bencana, memang terjadi banyak duka dan kesedihan, namun juga dapat dinikmati sebagai kesenangan dan bahkan dinantikan. Namun selalu ada hikmah dan perjuangan untuk survive, dan pada akhirnya orang dapat hidup bersama bencana itu.

Kamis, 02 Mei 2013

CSR sebagai Content Brand Building : Ayo Menabung Pohon


Dalam suatu seminar bertajuk 10 karakter dan perilaku khas konsumen Indonesia, founder Frontier Handy Irawan menyatakan berdasarkan temuan data-data marketing research Frontier, salah satu dari 10 ciri khas konsumen Indonesia itu adalah kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Walaupun penelitian ini sudah dilakukan lebih dari 5 tahun yang lalu, tampaknya masih cukup relevan saat ini kalau ukurannya isyu-isyu lingkungan di sekitar kita. Dari yang sederhana : membuang sampah. Masih banyak kita jumpai sungai yang beralih fungsi menjadi tempat sampah raksasa. Dengan santainya sebuah sepeda motor yang melintas berhenti sejenak, melempar sekantung plastik sampah ke sungai, dan melenggang santai tanpa rasa bersalah. Kasus yang lebih kompleks : pencemaran. Berapa banyak industri yang concern terhadap pengolahan limbahnya? Atau soal hutan, yang konon adalah paru-paru bumi. Semakin maraknya bencana banjir dan tanah longsor salah satunya dikontribusi oleh penggundulan hutan. Dengan setengah berseloroh, salah satu peserta seminar itu mengatakan “kalau begitu campaign iklan dengan mengangkat isyu lingkungan tidak bakalan laku dong di Indonesia” Bisa jadi.

Oleh karena itu, sekilas melirik tema campaign Bank Niaga yang mengangkat tema Nabung Pohon Yuk, sejenak membuat saya berpikir, ini tema komunikasi yang sangat menantang. Janji Bank Niaga untuk mengajak Nasabahnya mencintai lingkungan dengan cara untuk setiap pembukaan Rekening Tabungan Junior ataupun TabunganKu, CIMB Niaga akan mendonasikan satu bibit pohon, secara bisnis memang menjadi penuh tanda tanya, sekalipun sebagai CSR Bank Niaga patut kita acungi jempol. Bukankah mainstream strategy menarik nasabah baru adalah menawarkan hadiah undian gemerlap atau memberikan bunga tabungan yang lebih tinggi 0,5% - 1% per tahun dibandingkan suku bunga Bank lain ? Selain itu CIMB Niaga juga telah menyediakan rekening CIMB Niaga Peduli Lingkungan. Melalui rekening ini, CIMB Niaga mengajak masyarakat untuk bisa berkontribusi terhadap lingkungan hidup, dengan mendonasikan dananya ke rekening tersebut. Dalam kegiatan CIMB Niaga Peduli Lingkungan ini CIMB Niaga bekerja sama dengan Yayasan KEHATI untuk pelestarian lingkungan di daerah Jawa yaitu di Pesanggrahan Sangga Buana dan Taman Kehati di wilayah Sumatera dengan nilai program senilai total Rp500.000.000.

Oleh karena itu, marilah kita melihatnya dari perspektif yang lain : keperdulian.

Keperdulian, apalagi terhadap lingkungan barangkali menjadi hal yang “mahal” untuk diwujudkan, namun kalau tidak ada yang memulai, dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi di masa mendatang? Bisa jadi lagu Koes Plus Nusantara yang menggambarkan Indonesia yang subur makmur tinggalah kenangan, yang tersisa adalah hamparan beton yang kering, hutan yang gundul dan bencana alam tak berkesudahan. Mengerikan sekali membayangkan sementara peningkatan produktifitas tanaman pangan masih terbatas, ditambah lagi masih terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan property, atau barangkali pemanfaatan kayu di hutan yang tidak diimbangi dengan konservasi hutan yang memadai. Dari sisi ini kita patut merenung bahwa perilaku kita hari ini menggambarkan yang sedang kita persiapkan sebagai warisan bagi generasi mendatang, termasuk bagaimana kita memperlakukan lingkungan kita. Rusaknya keseimbangan lingkungan hari ini, akan berdampak pada menurunnya kualitas hidup generasi mendatang. Relakah kita ?

Mengangkat isyu lingkungan, barangkali baru menyentuh keperdulian kalangan terbatas, namun selalu harus ada yang memulai. Seringkali pertimbangan bisnis yang berhitung sukses – gagal secara material membuat enggan para pemasar untuk mengangkat isyu lingkungan sebagai tema utama. Namun ternyata itu bukan berarti tidak mungkin. Salah satu contohnya Body Shop yang konsisten mengangkat isyu lingkungan ternyata dapat membentuk market dan konsumen loyalnya sendiri, dan secara bisnis dapat berkembang.

Sekali lagi keperdulian. Semoga ini bukan sekedar tema CSR, namun benar-benar berasal dari hati yang memiliki keperdulian bagi masa depan, melalui kecintaan pada lingkungan. Sekalipun belum populer, namun selalu harus ada yang memulai.

Selamat untuk CIMB Niaga, Anda telah memulai satu langkah kecil menuju masa depan Indonesia yang lebih ramah lingkungan.