Kamis, 17 Januari 2013

Jempolmu Adalah Harimaumu


Kalau anda pengguna Blackberry (BB), dan tiba-tiba BB berbunyi, munculah pesan dari BBM diawali dengan kalimat sakti “Sorry BC” atau “sorry BM”, maka terangkailah kata-kata yang indah dengan penutup yang terkesan menakutkan “sebarkan kalau anda peduli”. Pada akhirnya banyak orang yang lalu ikut-ikutkan memanfaatkan fasilitas sakti “broadcast message” di blackberry itu untuk mengirimkan pesan ke seluruh contact atau kelompok contact tertentu, hanya dengan beberapa step sederhana dengan menggunakan jempol anda.
Broadcast message merupakan salah satu terobosan teknologi di blackberry messenger yang pasti sangat bermanfaat, apalagi kalau dikaitkan positioning blackberry sebagai gadget yang mumpuni sebagai “mobile office”, melengkapi fasilitas lainnya yang tidak kalah menarik, yaitu push email. Dengan broadcast message katakanlah seorang sales manager dapat dengan mudah menyampaikan satu instruksi kepada semua sales force nya dalam waktu singkat tanpa harus memilih kontak dan copy paste message satu demi satu. Namun demikian, dalam prakteknya tidak semua BM (broadcast message) yang kita terima itu bermanfaat, atau memang diharapkan.
Ada bermacam-macam BC yang mungkin bisa kita terima :
  • BC Kekanak-kanakan (atau memang dikirim anak-anak) : biasanya berisi semacam “add PIN temanku ini XXXXXX, maka kamu akan mendapatkan PIN artis-artis terkenal” atau bisa juga “nanti pukul 12.00 malam akan datang seorang anak kecil ke dalam mimpimu dan dia akan mengajakmu bermain”.  Kalau sering BC seperti ini, lebih baik cek jangan-jangan anak anda sudah membagi PIN anda ke teman-temannya.

  • BC  jualan : “ada yang mau tas LV KW 2, murah, please PING me.” Bisa bermanfaat buat yang suka shopping, tapi bisa juga nyebelin kalau dapet iklan terus-terusan.

  • BC kalimat bijak/religius : biasanya berisi kalimat-kalimat motivasi atau ayat-ayat kitab suci dan renungan hidup, buat saya merupakan bacaan yang sangat bermanfaat untuk memulai hari. Mungkin ada baiknya menyimpan  BC yang seperti ini.

  • BC hoax : mungkin maksudnya baik, tapi tidak cek dan re-cek informasi, sehingga secara tidak sadar menyebarkan berita yang tidak benar. Misalnya saja, terkait banjir Jakarta 16 Januari 2013, muncul BC yang maksudnya baik meminta orang waspada, tapi ditambahi kalimat serem “Jakarta akan terendam banjir terbesar di Indonesia yang akan dimulai sore ini pukul 18:00 wib pintu air katulampa akan dibuka sebab sudah tidak dapat menampung ketinggian air” …  Maksudnya baik, tapi datanya patut diragukan. Atau mungkin pernah dapat BC yang mendaur ulang email atau SMS hoax ini : “berikut ini daftar obat yang tidak boleh dikonsumsi karena mengandung PPA … “  Bukankah obat-obat tersebut masih beredar dan ada no reg BPOM ?

  • BC humor : misalnya yang baru saja beredar hari ini : “ sekilas info : karna banyaknya berita akan terjadinya banjir besar2an di Jakarta, maka tahun baru Imlek khusus di Jakarta, kata gong xi fat choi, diubah menjadi ngung si yuk choi … !! Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan”.  BC humor yang konteksual, walaupun kalau dibaca orang yang kebanjiran pastilah diiringi senyum kecut “kok ni orang ga punya empati sama sekali ya sama orang yang lagi kena musibah”. Atau mungkin juga BC kutipan humor yang beredar di internet dan disebarkan via BBM. Tinggal copy – paste, jadi deh.

  • BC politik : biasanya berisi sikap politik atau cacian terhadap pernyataan kontroversial seorang tokoh. Misalnya saja reaksi masyarakat atas pernyataan rasis seorang pengacara baru-baru ini, muncul BC kecaman dengan embel-embel “sebarkan terus sampai si X itu membacanya”. Atau juga BC dimanfaatkan untuk kampanye politik tim sukses calon pemimpin, entah itu walikota, gubernur, atau kades, biasanya berisi link artikel rekam jejak calon, diakhiri dengan slogan : “jangan salah pilih, coblos pasangan X dan Y demi kota Z yang lebih baik”

  • BC link artikel : biasanya salah satu cara penulis  mempromosikan tulisannya deh ini. Hehehe.

  • BC info bermanfaat : nah, kadang ada juga BC yang bermanfaat semacam yang beredar hari ini (17/1/13): “Buat teman-teman yang membutuhkan evakuasi, bisa menghubungi 6344215 (Jak Pus), 43931063 (Jak Ut), 5682284(Jak Bar), 7515054(Jak Sel), 85904904(Jak Tim)”. Mungkin juga anda pernah dapat informasi tentang modus kejahatan baru di ATM atau juga barangkali copy paste berita kompas.com untuk update lokasi-lokasi genangan banjir.  Berita atau catatan begini barangkali bisa bermanfaat, namun sebelum ikut forward ke contact kita, ada baiknya cek ke sumber lain di internet, benar atau tidaknya informasi tersebut, supaya kita tidak berpotensi meneruskan kesalahan.
Bagaimanapun teknologi BBM diciptakan untuk kemudahan, kepraktisan dan kenyamanan, namun manfaatnya  kita sendirilah yang menentukannya. Apa yang kita sebarkan, menggambarkan kepribadian kita. Jadi berpikirlah dulu sebelum jempol bertindak.
Jempolmu adalah harimaumu.

Selasa, 08 Januari 2013

Pajak UMKM 1% dari Omzet : Bukan Sekedar Masalah Uang


Dirjen Pajak sedang merencanakan untuk memberlakukan pengenaan pajak untuk UMKM sebagaimana dicatat kompas.com di sini :

Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Fuad Rahmany menyatakan akan memberlakukan pajak kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Pajak yang dikenakan sebesar satu persen dari total omzet setahun.”Yang punya usaha tetap akan dikenakan pajak penghasilan sebesar satu persen dari omzet,” ucap Fuad saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (7/1/2013).

Pengenaan pajak 1 persen dari omzet ini apabila nanti ditetapkan berpotensi mengundang kontroversi. Paling tidak akan muncul tiga pertanyaan ini :

Pertama, pengenaan pajak yang proporsional dari usaha beromset Rp. 0 – 4,8 miliar, mengandung berpotensi memberatkan terutama bagi usaha kecil, apalagi memproduksi produk yang sejenis dengan usaha menengah. Memang Dirjen Pajak pernah menyebut akan ditetapkan hanya 0,5% untuk omset dibawah Rp. 300 juta per tahun, namun pernyataan ini sedikit membingungkan karena pernyataan awalnya 1% dikenakan untuk omset Rp. 0 – 4,8 miliar; bukan >Rp. 300 juta – 4,8 miliar. Untuk melindungi usaha kecil (dan mikro), justru ada kebutuhan pemberian insentif pajak bagi mereka, agar terus mengalami pertumbuhan usaha.Dorongan pada usaha kecil ini dapat menjadi cara Pemerintah untuk menekan angka pengangguran, karena selain mendorong pertumbuhan entrepreneur baru, keberadaan mereka akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, karena usaha mikro – kecil lebih labour intensive.

Kedua, pengenaan pajak yang didasarkan pada omzet juga dapat menimbulkan persoalan tersendiri. Seperti kita ketahui, setiap jenis usaha atau industri pasti memiliki struktur permodalan, keuangan dan laba tersendiri. Ada jenis usaha yang mempunyai margin laba besar dan volumenya kecil, ada sebaliknya jenis usaha yang bermargin laba kecil namun mengandalkan volume dan nilai waktu dari uang. Dengan demikian pengenaan pajak yang dipukul rata berdasarkan omset ini akan menimbulkan ketidakadilan.  Usaha yang mendapatkan margin laba besar akan dikenai pajak yang relatif kecil dibandingkan dengan margin labanya, sebaliknya jenis usaha yang bermargin laba kecil akan kena pajak cukup besar relatif ke margin labanya.

Sebagai ilustrasi, usaha dengan omset  Rp. 1.000, dan margin laba 30% memperoleh laba bersih Rp. 300, dipotong pajak 1% dari Rp.1.000,- atau sebesar Rp.10,-, maka dia akan memperoleh pendapatan bersih Rp. 290,-, dimana nilai pajaknya adalah 10/300, atau sebesar 3,3%. Sebaliknya, usaha dengan omset yang sama sebesar Rp. 1.000,- namun dengan margin laba 5% akan mendapatkan laba bersih Rp. 50,-, dipotong pajak 1% dari Rp. 1.000,- atau sebesar Rp.10,-, maka dia akan memperoleh pendapatan bersih Rp. 40,-, dimana nilai pajaknya adalah 10/50, atau sebesar 20%.

Ketiga, belum lagi nanti bila dikaitkan dengan usaha-usaha yang baru muncul, yang tentu saja omset tidak menggambarkan tingkat keuntungan, bahkan boleh dikatakan masih merugi jika ditilik dari investasi awal yang dikeluarkan. Untuk mereka seharusnya akan lebih menarik dan bersemangat melakukan ekspansi usaha bila pembayaran pajak dimulai saat mendapatkan profit.

Melihat potensi persoalan ini, bilamana tetap akan dikenakan ujung-ujungnya pajak sebesar 1 persen ini bisa jadi akan dibebankan ke konsumen untuk mempertahankan kinerja dan kemampulabaan usaha. Pemindahan risiko ke konsumen ini berupa kenaikan harga, yang belum tentu nilainya 1%, namun bisa lebih. Masih lagi ditambah dengan kenaikan biaya lainnya sudah di depan mata : kenaikan UMP, kenaikan TDL, kemungkinan kenaikan harga BBM, dan efek dari kenaikan harga di industri hulu (bahan baku/kemasan) serta kenaikan biaya distribusi/transportasi. Pertanyaannya adalah : dalam kondisi demikian bagaimanakah UMKM mempertahankan daya saingnya ?

Catatan di atas semestinya menjadi pertimbangan untuk penetapan kebijakan  pajak ke UMKM ini, supaya selain dapat memenuhi target, namun juga tidak mengusik rasa keadilan masyarakat. Jadi semestinya ini bukan ditafsirkan sebagai penolakan membayar pajak, namun lebih kepada bagaimana pengenaan pajak itu tidak memberatkan yang kecil dan cukup adil bagi mereka. Lalu pertanyaannya : bukankah hanya 1% dan bukankah akan lebih sederhana dibandingkan harus menyusun laporan keuangan, menetapkan profit dan menghitung pajaknya? Apakah alasan-alasan di atas jadi tampak mengada-ada ?
Memang yang menjadi persoalan bila pajak UMKM dihitung berdasarkan profit maka akan terkendala dengan bagaimana kemampuan UMKM itu dalam menyusun laporan keuangan, dan menghitung pajaknya sendiri. Justru inilah yang menjadi persoalan, siapa yang mau mendidik mereka untuk dapat menghitung pajaknya sendiri dengan baik, benar dan jujur? Bukankah kalaupun nanti pajak disederhanakan dengan langsung dikenakan 1% dari omset, siapa yang dapat menentukan nilai omset sesungguhnya kalau tidak ada pencatatan? Masalahnya akan sama kalau tidak diajarin.

Yang menjadi persoalan sebenarnya adalah bukan sekedar membayar pajaknya, namun termasuk juga bagaimana nantinya pemenuhan ekspektasi masyarakat terhadap pengenaan pajak ini. Seberapa yakin para pelaku usaha khususnya UMKM terhadap imbal balik atas kewajiban membayar pajak, apakah akan diimbangi dengan hak untuk :
  • Menikmati infrastruktur yang baik sehingga biaya menjadi lebih efisien,

  • Mendapatkan pelayanan birokrasi yang ramah dan tidak berbelit-belit,

  • Menikmati  kebijakan yang masuk akal dan memenuhi rasa keadilan masyarakat

  • Yakin terhadap kesungguhan komitmen terhadap pemberantasan korupsi
Selanjutnya, menimbang daya dukung UMKM terhadap laju perekonomian, maka yang perlu dipikirkan selain menarik pajak dari mereka, justru upaya-upaya apa yang dapat dilakukan agar UKM dapat berkembang. Beberapa hal yang dapat dipikirkan :
  • Kemudahan perkreditan bagi UMKM. Sepertinya sudah banyak program untuk ini, tinggal sejauh mana sosialisasi dan realisasinya.

  • Ruang untuk berkembang bagi UMKM, antara lain dengan memfasilitasi pemasaran hasil-hasil produksi UMKM, dan bantuan standarisasi mutu agar dapat bersaing tidak hanya di dalam negeri namun juga secara global, sehingga dapat menjadi salah satu penopang ekspor

  • Meningkatkan peran KPPU agar UMKM mendapat ruang dalam persaingan usaha. Sebagai contoh di sektor retail penetrasi hypermarket yang bebas di perkotaan dan pertumbuhan minimarket berjaringan yang sudah jauh masuk ke pedesaan, bahkan berdiri di sekitar pasar tradisional, pastilah terasa dampaknya bagi retail tradisional disekitarnya. Seberapa urgent hal seperti ini untuk segera diatur ?

  • Menyediakan informasi dan akses bagi UMKM untuk dapat saling bekerja sama membangun jaringan baik dalam hal pemasaran bersama maupun saling suply bila hasil produksi mereka saling berhubungan. Misal  adanya asosiasi produsen acessories mobil, dapat di difasilitasi untuk pemasaran bersama ke dealer-dealer mobil, atau saling melengkapi satu dengan yang lain.
Bilamana UMKM dapat didorong menjadi salah satu lokomotif perekonomian, maka keuntungannya adalah selain menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, juga pada akhirnya meningkatkan penerimaan negara dari pajak dan devisa bila berhasil menembus pasar global.

Jadi, masalahnya tidak sederhana lagi bukan ?

Kamis, 03 Januari 2013

Maut Mengintip Keceriaan Liburan di Pantai


Liburan  sekolah adalah saat-saat yang dinantikan, karena pada waktu itulah anak-anak sekolah sejenak meninggalkan kesibukan belajar, atau para pekerja meninggalkan rutinitas kerja dan memanfaatkan waktu untuk berekreasi bersama keluarga.

Bermain di pantai, adalah salah satu pilihan favorit. Bermain air, merupakan permainan yang mengasyikkan, tidak pernah membosakankan. Apalagi Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan, sudah pasti memiliki banyak sekali pantai dan wisata laut yang indah, dari yang sudah mendunia seperti pantai Kuta, Bunaken, atau Belitung maupun banyak lagi nama yang kita kenal seperti Parangtritis, Baron, Kukup, Indrayanti di pesisis selatan DIY, Pantai Teleng Ria Pacitan, Tanjung Kodok Lamongan, Pantai Kartini dan Bandengan di Jepara, Pantai Ngliyep di Malang, Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Carita, Karimunjawa, Pulau Seribu dan masih banyak lagi. Namun berita menyedihkan kita baca di media, pada liburan akhir tahun 2012 dan awal tahun 2013 ini. Telah terjadi beberapa kecelakaan, di mana keceriaan berenang atau bermain di air berubah menjadi bencana. Inilah beberapa kutipan beritanya :

Kejadian nahas itu bermula saat para santri Pondok Pesantren Raudlatul Falah, Gembong, Pati, Jateng, mengisi liburan di Pantai Bandengan, pada Minggu, 23 Desember kemarin. Tujuh santri berkelompok bermain menggunakan perahu karet. Namun, ombak besar datang dan menghempas perahu yang mereka tumpangi hingga terbalik. Para santri yang tidak mengenakan pelampung itu pun tenggelam. Lima orang hilang ditelan ombak, sementara dua lainnya berhasil menyelamatkan diri. http://jogja.okezone.com/read/2012/12/24/513/736356/tujuh-santri-tenggelam-di-laut-4-tewas-1-hilang

Miswari (15) seorang santri Ponpes Iskarima, Karangpandan, Karanganyar, Jateng hilang tergulung ombak saat berenang bersama 7 rekannya di Pantai Pancer, Pacitan, Kamis (27/12/2012) pagi. Dalam kejadian itu seorang korban korban lain, Fatih (12) warga Ciamis, Jawa Barat kritis dan dilarikan ke RSUD setempat.http://surabaya.detik.com/read/2012/12/28/095514/2128543/475/santri-hilang-ditelan-ombak-pantai-pancer-ditemukan

Semula hanya ingin merayakan liburan akhir tahun, namun naas bagi empat pengunjung pantai selatan karena Selasa (1/1) dikabarkan hilang ditelan ganasnya ombak pantai selatan. Tiga hanyut di Pantai Simedeng, Kabupaten Gunungkidul di antaranya, Dodo (23) warga Kuningan, Aji (23) mahasiswa asal Karawang, Jawa Barat, dan dan Tridadi (30), karyawan restotan yang ada di Pantai Indrayani, tempat para korban menginap. Berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkan di tempat kejadian menyebutkan, semula Kedua korban masing-masing Dodo (23), dan Aji (23) asyik mandi di tepi pantai atau yang berdekatan dengan Pantai Indrayani. Semula gelombang laut biasa-biasa saja, namun ketika keduanya baru asyik mandi, tiba-tiba datang ombak besar langsung menggulung keduanya. Kejadian ini diketahui Tridadi (30), karyawan restoran di Pantai Indrayanti, berniat menolongnya namun naas ombak besar justru turut menggulungnya pula.http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/01/139950/Empat-Wisatawan-Hanyut-Ditelan-Ombak-Pantai-Selatan

Asep Supriatna (48), wisatawan asal Cirebon, diduga tenggelam di Pantai Citepus, Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat saat berenang, dan hingga Selasa (01/01) petang belum ditemukan.
“Pencarian terhadap jasad korban belum membuahkan hasil karena hari sudah mulai gelap dan kondisi gelombang cukup tinggi,” kata Ketua Forum Komunikasi SAR Daerah (FKSD), Okih Fajri, Selasa (01/01).http://www.beritasatu.com/mobile/nasional/90200-wisatawan-hilang-di-pantai-citepus.html

Membaca berita di atas, tentu sangat membawa kesedihan yang mendalam. Bagaimana tidak, keluar dari rumah dengan maksud berekreasi, bergembira bersama, namun bencana mengubahnya menjadi kesedihan dan tangisan keluarga.
Di sisi lain, bermain di pantai biasanya jadi kurang asyik kalau tidak bermain air, entah itu sekedar membasahi kaki, berenang atau memanfaatkan fasilitas permainan air yang ada seperti banana boat, jet ski, kano, atau berperahu karet. Namun adanya beberapa kecelakaan tadi, apakah memang bermain air di pantai menjadi demikian menakutkan ? Tentu saja tidak, asal kita tetap waspada dan berhati-hati. Berikut ini beberapa tips yang mungkin bermanfaat untuk kita saat berekreasi di pantai :
  • Jangan lupa berdoa.

  • Perhatikan kondisi badan. Kalau anda lagi tidak fit, atau memang tidak bisa berenang  tidak perlu memaksakan diri untuk berenang atau bermain olahraga air. Masih banyak aktifitas lain yang dapat dilakukan di pantai. Misalnya bermain sepakbola, volley pantai, atau untuk anak-anak dapat membangun istana pasir atau berburu batu karang atau kulit kerang untuk hiasan akuarium di rumah, atau sekedar bersantai dengan menyewa tikar dan berkeliling belanja souvenir.

  • Perhatikan cuaca dan ombak, apakah saat itu ombak sedang besar dan berangin atau tenang. Biasanya ombak di pagi hari relatif lebih tenang daripada sore hari.

  • Perhatikan lokasi-lokasi dengan tanda-tanda larangan berenang. Patuhilah tanda-tanda tersebut, karena dibuat untuk keselamatan pengunjung yang tidak menguasai medan. Lokasi yang ditandai biasanya merupakan area yang lebih dalam, dan mengandung bahaya bila berenang atau bermain sampai di situ. Tanda yang dipakai biasanya berupa bendera atau papan peringatan.

  • Sekalipun pandai berenang, bukan jaminan kita pasti baik-baik saja. Berenang di laut berbeda kondisinya dengan berenang di kolam renang.

  • Bila sedang bermain dengan perahu, banana boat, kano atau jetski, pastikan kita menggunakan pelampung dan perlengkapan keselamatan lainnya, sudah melakukan pemeriksaan kondisi peralatan dan memastikannya bekerja dengan baik, selalu pahami instruksi penggunaan, dan mintalah didampingi petugas bila perlu.

  • Jangan menggunakan perahu atau kano melebihi kapasitas. Katakanlah kalau kita ber enam, dan kapasitas perahu hanya untuk empat orang, lebih baik sewa dua perahu daripada memaksakan satu perahu untuk enam orang.

  • Tetap waspada. Bila kita pergi bersama keluarga atau rombongan teman-teman, pastikan mereka tahu kita berada di lokasi mana. Jangan bermain sendiri terpisah dari rombongan, sehingga bila terjadi sesuatu dengan kita, akan segera terdeteksi.

  • Di setiap pantai, biasanya tersedia fasilitas penjaga pantai atau menara pengawas. Namun demikian, berpikirlah bahwa tanggung jawab keselamatan kita secara pribadi sepenuhnya ada di tangan kita. Apalagi pada waktu musim liburan di mana pantai sedang penuh sesak, tidak mungkin sejumlah penjaga pantai dapat mengawasi pengunjung satu demi satu.
Demikianlah, semoga bermanfaat. Tidak lupa dalam kesempatan ini saya mengucapkan selamat tahun baru, semoga tahun 2013 ini kita dapat lebih bertumbuh dan berkarya. Bagi yang suka ke pantai, silahkan ikut berbagi pengalaman dan tips di bagian komentar.