Senin, 22 Oktober 2012

".. Anak Bapak Jatuh di Sekolah .." Haaa ??!!!!!!


Kurang lebih seminggu yang lalu, jam menunjukkan pukul 11:15 siang HP saya berdering. Kebetulan saat itu baru saja saya menyelesaikan meeting dan bersiap untuk keluar ruangan. Terlihat nomer HP 0821944xxxxx, tapi tidak terdaftar dalam phonebook saya. Akhirnya saya angkat telp dari Mr. X tersebut, dan terjadilah dialog demikian :

Saya : Halo
Mr. X : Halo. Apa betul ini Bapak Edhi ?
Saya : Saya sendiri
Mr. X : Bapak Edhi ?
Saya : Iya. Dari mana ya Pak ?
Mr. X : Maaf, ini dari saya penjaga sekolah
Saya : Ya, ada apa?
Mr X : Ini mau memberi tahu, anak Bapak jatuh di sekolah
Saya : Lho jatuh kenapa ?
Mr X : Jatuh dari tangga, didorong temannya.
Saya : Lho sekarang kondisinya  bagaimana ? Nama Bapak siapa ?
Mr. X : Saya penjaga sekolah. Ini Bapak diminta segera datang ke sekolah ..
Saya : Saya mesti ke sekolah mana ?
Mr X :  (langsung menutup telepon).

Dapatkah Anda mengenali kejanggalan dari percakapan di atas ?
Terus terang ditengah percakapan itu, hati saya bergolak, apa yang terjadi dengan anak saya. Namun untung saja, saya terima telepon sedang dalam kondisi yang relax, selesai meeting, tidak sedang berada di tengah suasana yang serius, dan kebetulan hati lagi senang. Dalam situasi demikian, sambil didalam hati bertanya-tanya, saya masih menyisakan akal sehat untuk curiga dan merespon pendek-pendek saja percakapan tersebut. Saya samasekali tidak menyebut nama anak, ataupun lokasi sekolah anak, sehingga di pertanyaan saya terakhir, “saya mesti ke sekolah mana?” Mr. X langsung menutup telepon, tidak melanjutkan percakapan.

Setelah percakapan itu berakhir, saya jadi yakin bahwa telepon tersebut pastilah telepon  iseng atau orang dengan motivasi lain semacam upaya penipuan yang gagal. Tapi namanya juga orang tua, tetap saja ada kekuatiran, sehingga saya kontak istri, menceritakan telp yang baru saja saya terima, dan ternyata benar, setelah istri kontak ke sekolah, dua anak saya masing-masing masih belajar dengan kondisi sehat.

Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, saya renungkan kembali, ternyata memang percakapan itu mengandung banyak kejanggalan, misalnya :
·         Apakah benar penjaga sekolah yang bertanggung jawab menghubungi orang tua murid ? Mengapa bukan bagian tata usaha sekolah atau wali kelasnya ? Dari sini saja sudah mencurigakan.

·       Sedari awal Mr. X tidak menyebutkan siapa nama dirinya, dari sekolah mana, siapa nama anak yang jatuh untuk dikonfirmasi ke orang tuanya. Bagaimana saya bisa tahu ? Masih untung anak saya 2 orang dan belajar di sekolah yang berbeda, sehingga saya bisa menanyakan “Saya mesti ke  sekolah mana?”

Tentu saja telepon dari Mr. X tersebut juga menyisakan beberapa tanda tanya, semisal bagaimana dia bisa tahu nama saya. Analisis sederhananya barangkali Mr. X baru saja dapat rejeki nomplok menemukan HP di jalan, dengan phonebook yang penuh nama, sehingga muncul ide untuk menghubungi kontak tersebut satu-demi satu. Atau pertanyaan lain, bagaimana Mr. X yakin saya punya anak ? Barangkali kalau urusan ini sifatnya trial n error saja. Kalau meleset ya sudah.

Terlepas dari persoalan di atas, pengalaman ini mendorong saya untuk mengajak kita semua tetap berhati-hati dan waspada saat menerima telepon dari orang tidak dikenal, dan mengaku-ngaku membawa informasi penting. Belum tentu informasi itu benar, bisa saja orang iseng, atau orang jahat yang bermaksud menipu. Tentu saat saya mendapat kabar anak saya jatuh, sebagai orang tua langsung panik. Untunglah Tuhan masih menyayangi saya dengan memberikan akal sehat untuk tidak larut dalam emosi, dan langsung menelusuri informasi itu dengan jernih.

Demikian sedikit sharing pengalaman, semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar