Kurang lebih seminggu yang lalu, jam menunjukkan pukul 11:15
siang HP saya berdering. Kebetulan saat itu baru saja saya menyelesaikan
meeting dan bersiap untuk keluar ruangan. Terlihat nomer HP 0821944xxxxx, tapi
tidak terdaftar dalam phonebook saya. Akhirnya saya angkat telp dari Mr. X
tersebut, dan terjadilah dialog demikian :
Saya : Halo
Mr. X : Halo.
Apa betul ini Bapak Edhi ?
Saya : Saya
sendiri
Mr. X :
Bapak Edhi ?
Saya : Iya.
Dari mana ya Pak ?
Mr. X :
Maaf, ini dari saya penjaga sekolah
Saya : Ya,
ada apa?
Mr X : Ini
mau memberi tahu, anak Bapak jatuh di sekolah
Saya : Lho
jatuh kenapa ?
Mr X : Jatuh
dari tangga, didorong temannya.
Saya : Lho
sekarang kondisinya bagaimana ? Nama
Bapak siapa ?
Mr. X : Saya
penjaga sekolah. Ini Bapak diminta segera datang ke sekolah ..
Saya : Saya
mesti ke sekolah mana ?
Mr X : (langsung menutup telepon).
Dapatkah
Anda mengenali kejanggalan dari percakapan di atas ?
Terus terang
ditengah percakapan itu, hati saya bergolak, apa yang terjadi dengan anak saya.
Namun untung saja, saya terima telepon sedang dalam kondisi yang relax, selesai
meeting, tidak sedang berada di tengah suasana yang serius, dan kebetulan hati
lagi senang. Dalam situasi demikian, sambil didalam hati bertanya-tanya, saya
masih menyisakan akal sehat untuk curiga dan merespon pendek-pendek saja
percakapan tersebut. Saya samasekali tidak menyebut nama anak, ataupun lokasi
sekolah anak, sehingga di pertanyaan saya terakhir, “saya mesti ke sekolah
mana?” Mr. X langsung menutup telepon, tidak melanjutkan percakapan.
Setelah
percakapan itu berakhir, saya jadi yakin bahwa telepon tersebut pastilah
telepon iseng atau orang dengan motivasi
lain semacam upaya penipuan yang gagal. Tapi namanya juga orang tua, tetap saja
ada kekuatiran, sehingga saya kontak istri, menceritakan telp yang baru saja
saya terima, dan ternyata benar, setelah istri kontak ke sekolah, dua anak saya
masing-masing masih belajar dengan kondisi sehat.
Setelah
memastikan semuanya baik-baik saja, saya renungkan kembali, ternyata memang
percakapan itu mengandung banyak kejanggalan, misalnya :
·
Apakah benar penjaga sekolah
yang bertanggung jawab menghubungi orang tua murid ? Mengapa bukan bagian tata
usaha sekolah atau wali kelasnya ? Dari sini saja sudah mencurigakan.
· Sedari awal Mr. X tidak
menyebutkan siapa nama dirinya, dari sekolah mana, siapa nama anak yang jatuh
untuk dikonfirmasi ke orang tuanya. Bagaimana saya bisa tahu ? Masih untung
anak saya 2 orang dan belajar di sekolah yang berbeda, sehingga saya bisa
menanyakan “Saya mesti ke sekolah mana?”
Tentu saja
telepon dari Mr. X tersebut juga menyisakan beberapa tanda tanya, semisal
bagaimana dia bisa tahu nama saya. Analisis sederhananya barangkali Mr. X baru
saja dapat rejeki nomplok menemukan HP di jalan, dengan phonebook yang penuh
nama, sehingga muncul ide untuk menghubungi kontak tersebut satu-demi satu. Atau
pertanyaan lain, bagaimana Mr. X yakin saya punya anak ? Barangkali kalau
urusan ini sifatnya trial n error saja. Kalau meleset ya sudah.
Terlepas
dari persoalan di atas, pengalaman ini mendorong saya untuk mengajak kita semua
tetap berhati-hati dan waspada saat menerima telepon dari orang tidak dikenal,
dan mengaku-ngaku membawa informasi penting. Belum tentu informasi itu benar,
bisa saja orang iseng, atau orang jahat yang bermaksud menipu. Tentu saat saya
mendapat kabar anak saya jatuh, sebagai orang tua langsung panik. Untunglah
Tuhan masih menyayangi saya dengan memberikan akal sehat untuk tidak larut
dalam emosi, dan langsung menelusuri informasi itu dengan jernih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar